Tulisan ini kami buat bertepatan 2 Mei 2015, bertepatan dengan tanggal lahir salah satu tokoh pembangkit dan penggerak pendidikan di tanah air, yang hari bisa dirasakan manfaatnya bahwa beliau telah berjasa dan turut membesarkan negara Indonesia,
Ki Hajar Dewantara. Tulisan ini adalah ungkapan keinginan, impian, asa dan harapan yang bersifat pribadi, namun dengan harapan bisa berguna dan bermanfaat bagi banyak orang / pihak lain. Tulisan ini sekedar latihan menulis cerita kehidupan, sebatas wahana untuk mengemukakan ide, gagasan, impian dan harapan - yang apabila terjadi adalah semata-mata kemurahan Alloh SWT, karena menurut kalkulasi matematika biaya tidak akan terwujud dan kalkulasi nalar akan sangat di luar nalar karena berbagai keterbatasan teknis dan non teknis. Niatan ini semata-mata semangat untuk belajar dan ingin menambah ilmu pengetahuan untuk selanjutnya bisa berbagi manfaat bagi siswa, teman-teman guru, sekolah dan dunia pendidikan pada umumnya.
Harapan Studi Lanjut
Setelah membaca dan melihat kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh yang membesarkan dan memajukan dunia pendidikan di Indonesia, baik dari tulisan dan paparan di web internet atau pun dari tayangan video youtube.com semacam kick andy, satu indonesia dsb. Satu hal yang paling terasa bahwa saya merasa terlambat untuk dapat berbuat banyak untuk ikut sumbang saran bagi kemajuan pendidikan di negeri ini. Kami sedikit berharap, jika suatu saat ada seseorang, lembaga atau perusahaan yang membaca posting ini dan berkenan untuk memberikan sponsor / beasiswa kepada kami, kami akan sangat bersyukur, menerima dengan segenap suka cita dan menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya - semoga kemurahan dan kebaikan Bpk/Ibu/Sdr pembaca diberi ganjaran dan pahala rejeki yang lebih besar dan berlipat ganda, diberi kesehatan, keselamatan dan kebahagian dunia akhirat, amin. Dan kalaupun tidak, kami pasrah dan tawakal, dengan kondisi saat ini saja sudah merasa jauh lebih baik dari kondisi puluhan tahun silam.
Saat ini saya berprofesi sebagai PNS Guru, golongan III/b - untuk formasi guru TIK SMP yang mulai bertugas sejak awal tahun 2011, yang saat itu diambil 2 orang dari sekitar 20 pendaftar di Wonosobo. Tak banyak yang dapat kami lakukan sebagai guru baru, yah sebatas berbagi kepada siswa-siswa dan membantu teman guru yang menghadapi kesulitan berkaitan dengan komputer. Semenjak gonjang-ganjing akibat Kurtilas (kurikulum 2013) nasib guru TIK terombang-ambing pada posisi yang tidak menentu, yang hingga hari ini walau sudah ada permen tentang guru TIK yang difungsikan sebagai BK-TIK namun dirasakan oleh banyak mantan guru TIK pada sekolah yang menggunakan kurtilas serasa belum pas dan tidak nyaman. Terdorong oleh hal itu, kami pribadi ingin peran kami lebih nyata dan lebih bermakna.
Sejak kecil terbiasa sekolah berpindah-pindah karena mengikuti orang tua yang berpindah-pindah dalam mengadu nasib, bukan berpindah tugas layaknya TNI/Polri atau PNS, namun karena ekonomi - karena orang tua hanya petani dan buruh bangunan. Waktu itu saat kelas 2 SD, kami sekeluarga ikut program transmigrasi ke pulau Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Tenggara, sehingga sekolah dasar saya pindah hingga beberapa kali. SD kelas 1-2 di SDN Keceme (Sleman - DIY), kelas 3-4 di SDN Utama, kelas 5-6 di SDN WPPII DKB4 (Tinanggea - Kendari), SMP di SMPN Andoolo Utama (Tinanggea - Kendari). Lulus SD dan SMP di Kendari - Sulawesi Tenggara, karena mengikuti orang tua transmigrasi. Tempat tinggal sewaktu di daerah transmigrasi berada jauh di pedalaman yang berjarak sekitar 98 km dari pusat kota kabupaten.
Selepas lulus SMP tidak bisa langsung melanjutkan ke SLTA, karena kendala biaya. Saat itu sempat mendaftar di SMK N 1 Kendari dan dinyatakan DITERIMA jurusan teknik elektro pada urutan Rangking ke-3 dari ratusan pendaftar, namun terpaksa tidak bisa daftar ulang, karena memang tak ada uang sama sekali, mau minta kepada siapa. Waktu itu, oleh orang tua saya dititipkan pada orang kota untuk bantu-bantu pekerjaan rumah, momong putranya, rencananya sambil melanjutkan sekolah di kota. Namun apa daya nasib orang yang baru saja ikut orang, tak mungkin untuk meminta pinjaman uang yang waktu itu berjumlah ratusan ribu. Alhasil akhirnya memilih pulang kampung untuk bekerja membantu orang tua.
Selepas menganggur tidak belajar di bangku sekolah selama 1 tahun rasanya hampa. Alhamdulilah menjelang tahun ajaran baru, saya beserta orang tua bisa pulang kampung ke Jawa lagi (bedol rumah). Ceritanya merasa gagal dalam transmigrasi, membuat kakak tertua saya berusaha untuk meyakinkan orang tua kami untuk kembali ke tanah kelahiran, dan akhirnya kami sekeluarga bisa kembali ke rumah di Sleman Yogyakarta. Selanjutnya saya melanjutkan sekolah di SMA Sulaiman Sleman - sekolah swasta - karena memang tidak bisa mendaftar di sekolah negeri karena terkendala persyaratan administrasi disebabkan beda propinsi. Selama di SMA berbekal semangat mengentaskan diri dari kemiskinan serasa bisa mengikuti pelajaran dengan baik walau telah 1 tahun absen belajar, bahkan alhamdulillah di kelas bisa lulus dengan predikat terbaik.
Prestasi terbaik tidak serta merta membuat orang tua menganjurkan untuk kuliah, ya karena tidak ada biaya sama sekali, dan lagi karena kedua orang tua belum paham apa kuliah, untuk apa dan harus bagaimana. Atas inisiatif sendiri mencoba mendaftar kuliah saat ada tawaran PBUD di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, atpi tidak lolos. Keinginan untuk melanjutkan pendidikan tidak serta merta terwujud. Setelah lulus SMA, tahun pertama gagal, tidak diterima pada FMIPA UGM. Untuk mengisi waktu kami belajar komputer di sebuah lembaga pendidikan komputer, waktu itu menggunakan program Under-DOS, Wordstar, Lotus 123 dan Dbase III Plus. Tahun kedua mencoba mendaftar lagi, setelah mengikuti program bimbingan masuk UMPTN, masih mencoba ke UGM, alhamdulilah gagal lagi.
Kesempatan untuk bisa kuliah di perguruan tinggi negeri tinggal 1 kali, terakhir. Maka dengan semangat yang membara saya belajar sendiri (otodidak) dari buku-buku UMPTN. Saat itu saya bekerja apa saja yang ada untuk persiapan biaya jika diterima di UMPTN. Bekerja di sawah orang sudah biasa, mencangkul, merawat tanaman. Menjadi kuli bangunan adalah pekerjaan yang paling sering saya lakukan, karena merasa cocok dan menikmati, juga lama pekerjaan biasanya agak panjang, 1 rumah bisa sampai 1 bulan. Saat itu saya juga memelihara sapi, bantuan dari kakek untuk tabungan kuliah nanti. Alhamdulilah perjuangan untuk kuliah akhirnya dikabulkan oleh Alloh, saya diterima di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang saat itu masih bernama IKIP Yogyakarta - pada jurusan pendidikan teknik mesin. Jadi juga keinginan untuk kuliah di PTN, karena memang untuk di PTS saya pikir tidak mampu biayanya.
Daftar ulang dan administrasi lainnya selesai, seluruh pembiayaan saya bayar dari tabungan sendiri dari hasil kerja menjadi kuli bangunan atau bekerja di sawah orang, tanpa harus merepotkan orang tua. Begitu hingga semester 4 biaya kuliah tercukupi dari tabungan saat sebelum kuliah dan ditambah dengan cara bekerja di sela-sela libur kuliah, menjadi kuli bangunan. Pernah juga dibantu biaya bayar SPP 1 semester oleh adik yang saat itu sudah bekerja di pabrik. Pada tahun ke-3, tepatnya semester 5 alhamdulilah ada teman sekampung (kakak 3 angkatan) yang dulu mahasiswa UGM dan sudah bekerja di perusahaan BUMN menawari beasiswa, dan sejak saat itu - hingga lulus biaya SPP dibayar dari beasiswa PT Surveyor Indonesia di Jakarta. Perjalanan pergi-pulang kuliah tanpa biaya, karena jarak sekitar 18 kilometer selalu kami tempuh dengan ber-sepeda ontel.
Alhamdulilah, saat ini saya sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai PNS di SMP Negeri 2 Kepil Wonosobo Jawa Tengah. Banyak suka duka selama mengajar di sekolah negeri, banyak pula pengalaman yang diperoleh dari teman-teman senior. Beberapa sangat baik, sangat inspiratif dan sangat berpandangan cukup maju dalam upaya memajukan sekolah. Walau secara umum baik, namun minat dan kemauan belajar rata-rata kurang, bekerja asal jalan dan beberapa kurang kreatif, kurang inovatif dan kurang produktif. Saya sepenuhnya menyadari masih banyak kekurangan dalam segala aspek, baik wawasan, pengetahuan apalagi pengalaman. Namun rasanya akan lebih baik jika mendapat kesempatan untuk belajar lebih lanjut.
Pendidikan dan Latihan
Pernah beberapa kali diberi kesempatan belajar di berbagai pendidikan dan latihan (diklat), terutama saat awal diluncurkannya kurikulum baru tahun 2013(Kurtilas). Bersamaan dengan saat mapel TIK diwacanakan tidak diajarkan lagi di sekolah pilot K-13, maka kami mendapat tugas diklat guru untuk mapel Prakarya, dilanjutkan diklat guru pendamping di mapel yang sama, diklat menjadi anggota tim pengembang kurikulum kabupaten untuk mapel Prakarya juga, dan ujungnya dipanggil untuk diklat instruktur nasional, kemudian ditugaskan menjadi instruktur dan berbagi ilmu bagi guru sasaran untuk mapel prakarya di tingkat kabupaten. Menjelang tahun 2015 muncul wacana TIK kembali dalam bentuk bimbingan TIK, dan tanpa tahu sebabnya dipanggil kembali untuk diklat instruktur untuk bidang bimbingan TIK yang waktu itu hanya di ambil 5 orang dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, yang akhirnya ditugaskan untuk berbagi hasil diklat kepada teman-teman guru TIK di Kudus.
Dari pengalaman saat berbagi pengalaman di beberapa tempat, rasanya saya yang pernah dilatih kesana kemari justru merasa kurang pengalaman, lebih banyak belajar pada guru sasaran, yang intinya lebih banyak kurangnya walau sekilas dianggap banyak tahu. Rasanya berat dianggap lebih tahu, lebih pandai dan lebih pengalaman namun sejatinya biasa-biasa saja bahkan cenderung banyak kurangnya. Hal inilah yang justru mendorong dan membangkitkan keinginan kuat untuk bisa belajar lagi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berkiprah di berbagai kegiatan sekolah dengan kurikulum 2013 membuat diri untuk banyak belajar untuk menjawab tantangan dan kesulitan yang dihadapi. Kurikulum 2013 yang berfokus pada proses pembelajaran dan penilaian otentik membutuhkan aplikasi penilaian yang dapat mengakomodir kebutuhan guru dan sekolah dalam menghasilkan sebuah produk berupa nilai jadi. Disinilah dibutuhkan kehadiran aplikasi yang siap pakai yang bisa digunakan untuk entri berbagai nilai, mulai dari nilai sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemudian dikomparasikan dengan berbgai aturan yang berlaku untuk selanjutnya diolah menjadi nilai jadi yang bisa cetak dalam bentuk leger dan rapot. Berawal dari iseng-iseng membantu teman akhirnya tertantang untuk membuat aplikasi berbasis excel yang digunakan untuk sekolah sendiri. Akhirnya beberapa sekolah SMP dan SD berminat dan ikut meminta untuk dibuatkan aplikasi yang sejenis.
Kendala
Kendala pertama adalah yang paling besar, biaya. Mengingat saya PNS awal dan belum bersertifikasi. Kendala kedua umur, yang dengan umur 43 tahun tak mungkin ada lembaga negara yang menyediakan beasiswa untuk golongan tua. Dan kendala ketiga adalah biaya sekolah anak, ketika disuruh memilih maka akhirnya lebih utama fokus pada biaya untuk sekolah anak-anak yang berjumlah 3 orang agar mereka mendapat pendidikan yang baik, pendidikan yang baik haruslah dengan biaya yang tidak murah (kalau tidak boleh dibilang mahal). Saya berharap suatu saat ada lembaga, perusahaan atau perseorangan yang
berkenan untuk memberikan bantuan / sponsorship berupa beasiswa untuk
menempuh S2.
Akhirnya semua saya serahkan kepada Alloh untuk langkah selanjutnya yang paling baik. Saya sudah sangat bersyukur dengan situasi saat ini, namun begitu jika ada kesempatan untuk bisa belajar banyak, bisa berbuat lebih banyak untuk kemanfaatan orang lain, khususnya pendidikan - maka saya insya-Alloh siap dan akan melaksanakan dengan senang hati.