Mengawali tulisan kali ini kami nukilkan hasil survei kami tentang penilaian siswa terhadap guru. Pada awal bulan Maret ini kami mengadakan survei kepada siswa kelas
IX yang kami insertkan dalam soal ujian praktik secara online. Dari
total responden 96 siswa, data yang masuk dan valid sebanyak 91 siswa.
Data berbentuk email dan file hasil pekerjaan siswa kemudian kami rekap
dan hasilnya sungguh luar biasa, bisa menjadi bahan pemikiran,
pertimbangan dan instopeksi bagi semua pihak, terutama bagi guru yang
masuk dalam daftar rekomendasi hasil survei. Dua hal yang kami munculkan
dalam survei tersebut yang pertama guru pavorit dan alasannya, dan yang
kedua guru yang kurang disukai berikut alasannya. Hasilnya, untuk guru
pavorit (paling disukai), secara berututan tiga teratas adalah : 1. Bpk
Yosep Luhvendi, S.Pd, (24 responden) 2. Bpk Drs. Kardan, (23 responden)
3. Ibu Ruti Sumarni, S.Pd. (17 responden). Secara umum alasan mereka
menyukai guru pavorit mereka adalah option 1) baik, ramah, santun, - dan
option 3) pandai, cerdas, terampil. Sebaliknya kemudian muncul guru
yang kurang disukai (nama ada pada redaksi, sesuai kode etik tidak kami
sebutkan), alasan paling banyak adalah pada option 1) galak, pemarah dan
3) acuh, kurang perhatian. Inilah yang menjadi inspirasi tulisan kali ini, yang secara gamblang menggambarkan diri kita di mata siswa.
Tulisan ini adalah seri -12 dalam tajuk manajemen sekolah. Semuanya asli goresan pribadi, dari awal hingga kali ini adalah dari hasil ketikan keyboard yang merupakan buah pikir, bisikan hati dan percikan suara seiring perjalanan waktu selama ini. Kami bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh tulisan ini. Kalau ada tulisan yang salah (tidak sesuai) adalah karena saya yang salah dalam memahami masalah yang terjadi, karena kebodohan saya dan karena kelemahan saya yang tidak bisa adil dalam bersikap. Oleh karena itu kepada semua pihak yang merasa tersentuh, tersinggung dan merasa ternoda, dengan segala kerendahan hati, dengan segenap ketulusan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tulisan terakhir ini adalah kesimpulan aspek manajemen, berisi prinsip-prinsip puncak untuk bisa meraih kesuksesan, cita-cita dan tujuan mulia bersama-sama. Dari uraian ini kami berharap kita bisa sadar dan berkenan untuk koreksi bersama-sama. Kita berada di level berapa, di kelas yang mana, mari kita berkaca dengan uraian penutup seri manajemen sekolah ini.
Dalam berteman hanya dibutuhkan 3 bulan untuk tahu siapa teman kita - simpatis atau egois, penyabar atau pemarah, pemurah atau util-metitil (pelit), perwira atau pecundang dan sifat-sifat lainnya. Adapun dalam membina keluarga (suami-istri), butuh waktu 1 - 3 tahun untuk benar-benar mengetahui karakter masing-masing. Di masa inilah kesabaran teruji, kesetiaan terhakimi dan kesungguhan teradili. Akan bahagia atau sengsara, langgeng atau berantakan ditentukan dalam masa-masa yang penuh ujian ini. Demikian juga adanya dalam dunia kerja, kita sebagai guru, karyawan, pegawai bahkan buruh sekalipun. Setelah sekian lama dalam kebersamaan, maka dengan sendirinya akan terlihat jelas siapa kita, siapa dia dan siapa mereka sebenarnya. Yang memang aslinya baik akan terlihat baik, yang biasa saja juga akan kelihatan kebiasaannya, sebaliknya yang buruk dari bawaan juga akan terlihat buruknya. Ibarat pepatah "Intan akan tetap menjadi intan walau di comberan sekalipun", demikian pula sebaliknya Memang, kita cenderung akan menutup diri dan menyembunyikan siapa kita pada awalnya, namun seiring waktu akan muncul karakter kita yang sesungguhnya. Yah ... memang waktu yang akhirnya akan membuka semuanya.
Pada dasarnya memang setiap kita - setiap manusia membawa jiwa dan sifat yang berbeda-beda (bawaan). Namun seiring waktu berjalan sifat itu bisa berubah. Ada yang baik dan selalu menjaga kebaikannya. Ada yang kurang baik dan semakin menjadi tambah buruk. Ada juga yang semula kurang baik namun terinspirasi dan termotivasi menjadi sangat baik. Yang paling parah adalah yang semula baik namun terbentur kondisi dan lingkungan sehingga menjadi kurang baik. Hakikatnya menjadi baik atau buruk adalah pilihan, siapapun bisa menentukan pilihannya. Kendala yang muncul adalah dominasi pemikiran dan kecenderungan hati yang kemudian menjadi sifat / karakter. Karakter adalah sikap/sifat yang ditunjukkan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, sementara kita sulit untuk bisa membaca kekurangan/karakter buruk kita, namun orang lain yang sering berinteraksi dengan kita dapat membacanya dengan seksama,. Itulah yang kemudian muncul dan menjadi faktor dominan pada diri kita, sehingga siswa pun bisa menilai siapa kita dan bagaimana karakter kita.
Faktor pembentuk karakter paling besar adalah lingkungan. Ada tiga hal yang umumnya mempengaruhi jiwa dan membentuk karakter sesorang. Harta, Tahta, Wanita. Tiga hal inilah yang bisa menjadi pemicu dan pemacu seseorang berubah sesuai kecenderungan jiwanya. Gerak, tingkah dan gelagatnya akan nampak pada orang punya kecenderungan pada salah satu dari tiga hal ini. Yang pertama, karakter yang berorientasi harta (uang) maka dia akan semangat dan aktif pada setiap hal yang ada uangnya, bahkan dia bisa mengambil lebih dari beban kerja (job kerja) agar mendapat banyak tambahan, walau pelaksanaannya asal-asalan - sebatas sah di atas kertas. Sebaliknya dia akan enggan/malas untuk menjalani pekerjaan yang tidak nilai tambahnya dari segi keuangan. Inilah level terbawah, yang biasanya dilakukan orang yang merasa sangat membutuhkan uang lebih. Yang kedua, berorientasi tahta (jabatan, gelas, posisi) akan sangat aktif, bahkan rela keluar uang/harta untuk memuluskan karirnya untuk mendapatkan jabatan tertentu. Politik dan intriknya banyak kita lihat di negeri ini, dimana mereka mengendarai dan mengatasnamakan rakyat untuk tujuan jabatan mereka. Inilah level kedua, yang biasanya dialami oleh orang yang sudah memiliki harta yang cukup. Yang ketiga, gelagat orang yang jatuh hati (cinta) mudah dibaca dan sulit untuk disembunyikan. Inilah yang biasanya menggelincirkan orang yang berharta dan menduduki tahta, namun tidak mustahil bagi orang yang biasa saja bisa celaka karena masalah cinta ini.
Terkait dengan hasil survei dan kaitannya dengan pengaruh lingkungan dari 3 hal yang berbahaya, maka wajib dibangun lingkungan sekolah yang kondusif. Karena sekolah adalah lingkungan pembentuk karakter bagi siswa, maka yang pertama dan utama adalah membentuk diri kita sebagai guru yang baik bagi anak didik kita. Maka lingkungan guru harus dibentuk dan dikondisikan agar ketiga pengaruh tersebut bisa diminimalisir dan berdampak situasi kerja menjadi kondusif dan kinerja bisa dioptimalkan. Beberapa hal mendasar yang menjadi prinsip dan harus ada, harus ditumbuhkan kembali untuk menjadikan kita sebagai bagian dari sistem organisasi / lingkungan kerja yang kondusif, aktif dan kreatif sebagai berikut :
Dengan begitu kita bisa berharap menjadi guru / pegawai yang elit layaknya kopassus, yang di manapun berada tetap menjadi figur yang heroik, simpatik, disiplin, dan bisa bermanfaat. Harapannya bisa memiliki jiwa yang dekat dengan siswa, klien, konsumen, rakyat namun tetap terhormat dan disegani, karena terhormat dan disegani tidak harus berwajah angker dan menakutkan.
Demikian ulasan terakhir untuk tulisan ke-12 seri manajemen sekolah ini, semoga bisa menambah wawasan - mencarge semangat untuk berubah - menjadi motivasi untuk peduli - membangkitkan kembali jiwa pengorbanan - menguatkan jiwa solidaritas dan untuk bersama-sama membesarkan dan menjadikan SMPN 2 Kepil menjadi sekolah maju dalam berbagai hal, yang memiliki kualitas yang dapat dibanggakan dan menjadi sekolah pavorit dari segala lapisan. Sampai berjumpa pada tulisan seri dan bab lainnya. Selamat beraktifitas semoga bermanfaat. (29660-710)
Tulisan ini adalah seri -12 dalam tajuk manajemen sekolah. Semuanya asli goresan pribadi, dari awal hingga kali ini adalah dari hasil ketikan keyboard yang merupakan buah pikir, bisikan hati dan percikan suara seiring perjalanan waktu selama ini. Kami bertanggung jawab sepenuhnya terhadap seluruh tulisan ini. Kalau ada tulisan yang salah (tidak sesuai) adalah karena saya yang salah dalam memahami masalah yang terjadi, karena kebodohan saya dan karena kelemahan saya yang tidak bisa adil dalam bersikap. Oleh karena itu kepada semua pihak yang merasa tersentuh, tersinggung dan merasa ternoda, dengan segala kerendahan hati, dengan segenap ketulusan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tulisan terakhir ini adalah kesimpulan aspek manajemen, berisi prinsip-prinsip puncak untuk bisa meraih kesuksesan, cita-cita dan tujuan mulia bersama-sama. Dari uraian ini kami berharap kita bisa sadar dan berkenan untuk koreksi bersama-sama. Kita berada di level berapa, di kelas yang mana, mari kita berkaca dengan uraian penutup seri manajemen sekolah ini.
Dalam berteman hanya dibutuhkan 3 bulan untuk tahu siapa teman kita - simpatis atau egois, penyabar atau pemarah, pemurah atau util-metitil (pelit), perwira atau pecundang dan sifat-sifat lainnya. Adapun dalam membina keluarga (suami-istri), butuh waktu 1 - 3 tahun untuk benar-benar mengetahui karakter masing-masing. Di masa inilah kesabaran teruji, kesetiaan terhakimi dan kesungguhan teradili. Akan bahagia atau sengsara, langgeng atau berantakan ditentukan dalam masa-masa yang penuh ujian ini. Demikian juga adanya dalam dunia kerja, kita sebagai guru, karyawan, pegawai bahkan buruh sekalipun. Setelah sekian lama dalam kebersamaan, maka dengan sendirinya akan terlihat jelas siapa kita, siapa dia dan siapa mereka sebenarnya. Yang memang aslinya baik akan terlihat baik, yang biasa saja juga akan kelihatan kebiasaannya, sebaliknya yang buruk dari bawaan juga akan terlihat buruknya. Ibarat pepatah "Intan akan tetap menjadi intan walau di comberan sekalipun", demikian pula sebaliknya Memang, kita cenderung akan menutup diri dan menyembunyikan siapa kita pada awalnya, namun seiring waktu akan muncul karakter kita yang sesungguhnya. Yah ... memang waktu yang akhirnya akan membuka semuanya.
Pada dasarnya memang setiap kita - setiap manusia membawa jiwa dan sifat yang berbeda-beda (bawaan). Namun seiring waktu berjalan sifat itu bisa berubah. Ada yang baik dan selalu menjaga kebaikannya. Ada yang kurang baik dan semakin menjadi tambah buruk. Ada juga yang semula kurang baik namun terinspirasi dan termotivasi menjadi sangat baik. Yang paling parah adalah yang semula baik namun terbentur kondisi dan lingkungan sehingga menjadi kurang baik. Hakikatnya menjadi baik atau buruk adalah pilihan, siapapun bisa menentukan pilihannya. Kendala yang muncul adalah dominasi pemikiran dan kecenderungan hati yang kemudian menjadi sifat / karakter. Karakter adalah sikap/sifat yang ditunjukkan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, sementara kita sulit untuk bisa membaca kekurangan/karakter buruk kita, namun orang lain yang sering berinteraksi dengan kita dapat membacanya dengan seksama,. Itulah yang kemudian muncul dan menjadi faktor dominan pada diri kita, sehingga siswa pun bisa menilai siapa kita dan bagaimana karakter kita.
Faktor pembentuk karakter paling besar adalah lingkungan. Ada tiga hal yang umumnya mempengaruhi jiwa dan membentuk karakter sesorang. Harta, Tahta, Wanita. Tiga hal inilah yang bisa menjadi pemicu dan pemacu seseorang berubah sesuai kecenderungan jiwanya. Gerak, tingkah dan gelagatnya akan nampak pada orang punya kecenderungan pada salah satu dari tiga hal ini. Yang pertama, karakter yang berorientasi harta (uang) maka dia akan semangat dan aktif pada setiap hal yang ada uangnya, bahkan dia bisa mengambil lebih dari beban kerja (job kerja) agar mendapat banyak tambahan, walau pelaksanaannya asal-asalan - sebatas sah di atas kertas. Sebaliknya dia akan enggan/malas untuk menjalani pekerjaan yang tidak nilai tambahnya dari segi keuangan. Inilah level terbawah, yang biasanya dilakukan orang yang merasa sangat membutuhkan uang lebih. Yang kedua, berorientasi tahta (jabatan, gelas, posisi) akan sangat aktif, bahkan rela keluar uang/harta untuk memuluskan karirnya untuk mendapatkan jabatan tertentu. Politik dan intriknya banyak kita lihat di negeri ini, dimana mereka mengendarai dan mengatasnamakan rakyat untuk tujuan jabatan mereka. Inilah level kedua, yang biasanya dialami oleh orang yang sudah memiliki harta yang cukup. Yang ketiga, gelagat orang yang jatuh hati (cinta) mudah dibaca dan sulit untuk disembunyikan. Inilah yang biasanya menggelincirkan orang yang berharta dan menduduki tahta, namun tidak mustahil bagi orang yang biasa saja bisa celaka karena masalah cinta ini.
Terkait dengan hasil survei dan kaitannya dengan pengaruh lingkungan dari 3 hal yang berbahaya, maka wajib dibangun lingkungan sekolah yang kondusif. Karena sekolah adalah lingkungan pembentuk karakter bagi siswa, maka yang pertama dan utama adalah membentuk diri kita sebagai guru yang baik bagi anak didik kita. Maka lingkungan guru harus dibentuk dan dikondisikan agar ketiga pengaruh tersebut bisa diminimalisir dan berdampak situasi kerja menjadi kondusif dan kinerja bisa dioptimalkan. Beberapa hal mendasar yang menjadi prinsip dan harus ada, harus ditumbuhkan kembali untuk menjadikan kita sebagai bagian dari sistem organisasi / lingkungan kerja yang kondusif, aktif dan kreatif sebagai berikut :
- Peduli. Peduli adalah urusan hati. Mudah simpati, mudah memberi, mudah membantu dan mudah berbagi adalah mereka yang punya hati, hati yang masih peduli. Ada slogan asal bunyi "Kalau ingin hidup bebas tanpa beban maka buang rasa peduli." Peduli tidak dimiliki orang yang egois. Orang yang tak punya rasa peduli tidak akan ambil pusing dengan masalah orang lain, tidak akan terganggu dengan penderitaan orang lain dan tidak akan berfikir apakah sikapnya mengganggu / menyusahkan orang lain atau tidak. Peduli adalah kepekaan hati, kerendahan budi dan kehalusan rasa. Baik, ramah, santun dalam survei guru di atas hanya dimiliki oleh orang yang punya tingkat kepedulian yang tinggi. Peduli merupakan tolok ukur asosiasi dan adaptasi dalam hidup berdampingan dengan orang lain dalam lingkungan sosial.
- Pejuang. Pengorbanan adalah bagian dari perjuangan. Jiwa pejuang adalah mereka yang siap berkorban. Dengan semangat juang yang tinggi, sebuah cita-cita besar akan mudah diraih, tantangan sekuat apapun akan mudah ditembus dan beban seberat apapun serasa ringan. Seorang calon istri lebih bangga pada calon suami yang hidupnya penuh perjuangan, termasuk perjuangan untuk mendapatkan dirinya - daripada orang lain yang tinggal terima jadi. Perjuangan membuktikan kesungguhan seseorang. Ruh pejuang, inilah yang harus kita hidupkan kembali, bahwa kita harus punya jiwa pejuang yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita besar kita dalam mendidik siswa dan memajukan sekolah ini. Dan ruh ini tidak hanya ada ketika memulai dan berhenti ketika usai, namun harus selalu ada di setiap episode, setiap posisi dan selalu diperbaharui secara periodik. Kita butuh perjuangan yang tidak pernah henti, yang tulus ikhlas dan perjuangan yang luar biasa untuk memajukan sekolah, untuk mendidik dan membimbing siswa-siswi kita.
- Solidaritas. Korsa dalam bahasa militer, khususnya kopassus. Disiplin tinggi, dedikasi, loyalitas dan persatuan yang solid menjadi ciri utama pasukan paling elit dan disegani di jajaran militer di Indonesia. Solidaritas muncul dari rasa kebersamaan, senasib, seperjuangan, loyalitas pada korp / kesatuan tempat bernaung. Jiwa korsa inilah yang harus kita munculkan kembali, kita bina dan kita pupuk dengan cara kita bangga dan loyal pada kesatuan kita di SMPN 2 Kepil.
- Totalitas. Prajurit yang tidak memiliki totalitas akan bersembunyi, lari mencari selamat ketika tahu ternyata musuhnya lebih kuat, lebih banyak. Begitu pula kita guru, pegawai, karyawan akan mundur dan beringsut lepas tanggung jawab bila berhadapan dengan tugas yang berat. Jiwa yang punya totalitas akan benar-benar bekerja dengan sepenuh tanggung jawab, sepenuh hati, sepenuh daya pikir dan sepenuh waktu. Dia akan benar-benar terjun langsung dan menjadi bagian dalam kegiatan, bukan hanya menjadi juri, wasit atau penonton yang duduk di luar arena sambil membaca koran atau sibuk dengan update status di media sosial. Jiwa ini tidak akan lari, pergi, atau bolos sebelum waktunya, kecuali ada kepentingan yang sangat mendesak. Jiwa ini akan sanggup memberi lebih, baik waktu, tenaga, pikiran bahkan biaya/harta untuk suatu cita-cita bersama.
- Motivasi. Manusia umumnya memiliki jiwa yang mudah lupa, mudah bosan dan cenderung malas. Motivasi sangat dibutuhkan oleh siapapun, karena di dalamnya ada penyadaran, ada peringatan, ada dorongan yang bisa membangkitkan kekuatan luar biasa untuk bergerak, untuk bangkit, untuk berubah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Motivasi bisa dilakukan oleh siapa saja - selama dia memiliki kapasitas. Namun akan lebih bagus, lebih terasa dan lebih berdampak positif apabila dilakukan oleh yang ahli dan berpengalaman (dari luar sistem). Oleh karena itu sebaiknya setiap lembaga membuat agenda khusus dan rutin (termasuk alokasi anggaran) untuk mengadakan motivasi bagi personelnya, yang dalam beberapa lembaga biasa dimasukkan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (LITBANG). Bentuk motivation building ini bermacam-macam ; bisa ESQ, bisa outbond, bisa training, seminar dan lain-lain.
Dengan begitu kita bisa berharap menjadi guru / pegawai yang elit layaknya kopassus, yang di manapun berada tetap menjadi figur yang heroik, simpatik, disiplin, dan bisa bermanfaat. Harapannya bisa memiliki jiwa yang dekat dengan siswa, klien, konsumen, rakyat namun tetap terhormat dan disegani, karena terhormat dan disegani tidak harus berwajah angker dan menakutkan.
Demikian ulasan terakhir untuk tulisan ke-12 seri manajemen sekolah ini, semoga bisa menambah wawasan - mencarge semangat untuk berubah - menjadi motivasi untuk peduli - membangkitkan kembali jiwa pengorbanan - menguatkan jiwa solidaritas dan untuk bersama-sama membesarkan dan menjadikan SMPN 2 Kepil menjadi sekolah maju dalam berbagai hal, yang memiliki kualitas yang dapat dibanggakan dan menjadi sekolah pavorit dari segala lapisan. Sampai berjumpa pada tulisan seri dan bab lainnya. Selamat beraktifitas semoga bermanfaat. (29660-710)