Tugas berat seorang pemimpin sebuah lembaga adalah mengelola anak buah yang memiliki watak yang berbeda-beda untuk bisa memiliki visi yang sama. Seorang pemimpin pasti berharap semua orang yang dipimpinnya baik, kompeten, jujur dan disiplin, agar bisa memberikan pelayanan yang optimal. Hal inilah yang menjadi inspirasi pertama tulisan kali ini, berawal dari sebuah keluh kesah seorang kepala madrasah di kabupaten Magelang, sekitar satu setengah bulan lalu. Isinya kurang lebih begini, "Harus bagaimana lagi cara ngatasi orang yang "cerdik", orangnya dicari tidak ada di tempat tugas namun data absensi kehadirannya tertib, paginya finger paling awal dan pulangnya finger paling akhir". Jika ditilik data presensi sebelum digunakan mesin finger print kondisinya jauh lebih parah, rata-rata baru hadir pukul 08.00 atau paling awal pukul 07.30 namun dalam tanda tangan absensi tercatat hadir pukul 06.30, begitu juga dengan jam kepulangan, pukul 12.00 sudah sering hilang namun tercatat di atas pukul 14.00.
Jika yang di atas adalah contoh sosok yang kurang bisa diteladani, maka di tempat lain ada sosok yang justru menjadi pembangkit motivasi dan sumber inspirasi. Pribadi yang sederhana, yang selalu mengasah kompetensi, yang menjaga kedisiplinan dan menjunjung tinggi kejujuran. Inilah yang menjadi inspirasi kedua, sosok yang kepadanya kita harus belajar banyak hal. Sebut saja Pak Udin, seorang guru PNS/DPK yang menjadi kepala sekolah di salah satu SMA swasta di kabupaten Magelang dengan lima hari kerja. Jarak 15 kilometer tak menghalangi beliau untuk hadir di sekolah pukul 06.30 pagi, dan pulang setelah pukul 16/00 sore setiap harinya. Jumlah jam wajib yang menjadi syarat halalnya rejeki benar-benar beliau jaga, dengan tetap berada di sekolah sambil mengerjakan berbagai pekerjaan yang harus diselesaikannya. Jika suatu saat merasa jumlah totalnya kurang karena kepentingan dinas atau pribadi maka beliau merasa wajib untuk menggantinya di hari lain dengan cara tetap bekerja dan berada di sekolah, walau ia harus sendirian. Tak banyak sosok demikian, dari contoh ini kita bisa ambil hikmah bahwa sebenarnya jika kita mau maka kita pasti bisa, untuk berbuat lebih baik, selagi masih bisa, masih sempat dan selagi belum terlambat. Inilah tema tulisan kali ini, seri lentera hikmah dengan tema integritas, selamat menikmati.
Memulai Finger Print
Terhitung mulai tanggal 6 Maret 2018, SMP Negeri 2 Kepil sudah menggunakan mesin finger-print sebagai alat presensi bagi guru & karyawan. Kehadiran mesin absensi berbasis sidik jari ini memunculkan berbagai harapan baik - tentunya bagi yang berfikir postif - agar lebih teratur dan disiplin, walau tak dipungkiri pasti muncul pula sikap apatis dan pesimis dari sebagian yang berfikir negatif. Maka menjadi prioritas untuk membangun sikap optimis seluruh elemen dan unsur sekolah bahwa hadirnya mesin finger print ini adalah solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas pelayanan kepada siswa dan masyarakat. Bagi yang sudah terbiasa disiplin datang awal seperti Pak Aris Winarna dan Ibu Ruti Sumarni kehadiran mesin absensi ini tidak menjadi masalah, namun akan terasa menjadi masalah bagi terbiasa datang terlambat dan pulang awal.
Memang, setiap perubahan sistem yang menyebabkan munculnya hal baru pasti akan memunculkan berbagai reaksi sebagai bentuk pernyataan sikap, hal ini sangat wajar dan pasti terjadi. Beberapa pribadi mungkin akan sangat protektif ditandai dengan tidak ingin diusik ketenangannya, bahkan menolak segala bentuk perubahan, karena kecenderungan diri yang ingin mapan, aman dan nyaman, yang biasa disebut dengan "Zona Aman". Ini adalah sifat asal manusia, sifat kita semua yang lebih suka pada sesuatu yang bebas, merdeka dan tidak mengikat. Bagi yang phobia (takut) perubahan mereka berfikir bahwa perubahan adalah momok, perubahan bak hantu yang menakutkan, perubahan akan membuat situasi tidak nyaman, tidak aman dan tidak mapan lagi. Muncul pikiran "jangan-jangan, ojo-ojo, gek-gek" dan berbagai kecemasan lain, maka berikutnya ia berfikir bagaimana mencari cara agar bisa mengakali atau menyiasati sistem baru ini.
Menyiasati Sistem, Topik Trend
Topik tentang trik cara menyiasati, cara membobol dan cara mengakali sistem banyak dicari oleh orang yang "aktif dan kreatif", terutama yang banyak akalnya. Termasuk topik bagaimana cara menyiasati mesin "Finger Print" agar data rekap kehadiran bisa mulus, jika terlambat tidak terdeteksi, jika bolos tidak konangan dan jika tidak hadir namun tetap tercatat berangkat. Tak heran jika ada orang yang kemudian berpikir bagaimana agar nilai ujian bagus tanpa susah-susah belajar, soal UKG bisa dicurangi dan soal UN bisa bocor. Puncaknya ada orang berhasil menemukan cara bagaimana mendapat uang banyak tanpa susah payah bekerja, bisa belanja apa saja. Yang terakhir inilah yang dilakukan oleh 5 pelaku skimming ATM BRI dengan barang bukti 1.447 kartu ATM duplikat yang dibuat dari hasil rekam data di ratusan ATM yang tersebar di pulau Jawa dan Bali. Ratusan rekening telah dibobol dan disedot uangnya melalui ATM. Ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah tabungan dan deposito telah berpindah tangan. Bisa dibayangkan betapa marah dan kecewanya orang yang menjadi korban kartu ATM palsu ini.
Secara konsep setiap sistem dirancang dengan sangat canggih dan aman, namun secara realita masih saja banyak yang kecolongan karena dibobot oleh orang "cerdik" (dalam tanda kurung). Orang cerdik punya seribu akal untuk bisa "lolos" dari teknologi canggih yang membuatnya dirinya seakan tetap "untung" dalam kondisi terjepit sekalipun. Kelemahan dan kekurangan dalam sebuah sistem pasti ada, bahkan dalam sistem paling aman sekalipun, karena memang tidak ada yang sempurna dan aman 100 persen di dunia ini. Seperti halnya dalam aplikasi komputer baik yang berbasis web atau desktop selalu tetap bisa dibobol, tentu saja oleh mereka yang ahli, "Banyak jalan menuju Roma", begitu peribahasa yang menjadi pembisik mereka. Demikian pula mesin absensi ini pasti bisa dicari jalan untuk dikelabuhi, khususnya bagi yang punya niat dan beritikad kurang baik, yang menunjukkan bahwa dirinya tidak memahami apa esensi sebenarnya.
Ada beberapa cara menyiasati mesin absensi finger print yang berbasis pada sidik jari ini, mulai dari yang bersifat personal hingga yang bersifat komunal dan institusional. Berikut ini beberapa trik, cara untuk menyiasati absensi finger print, kami bagikan untuk diambil hikmahnya.
Kehadiran guru, karyawan dan pimpinan adalah sebuah keharusan yang tidak bisa diwakilkan dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Inilah salah satu tujuan diciptakannya mesin finger print ini, karena scan kehadiran berdasarkan jarinya, artinya jarinya hadir jika orangnya juga hadir. Teknologi ini telah banyak dipakai di industri besar, perusahaan ternama dan lembaga bonafit di berbagai penjuru dunia. Absensi kehadiran merupakan hal sangat penting, bertujuan agar disiplin tepat waktu, karena dalam sistem manajemen, waktu adalah kunci sukses atau gagalnya sebuah sistem. Kebutuhan teknologi absensi semakin berkembang, bahkan yang terbaru telah beredar mesin absensi yang berbasis wajah dan retina mata, yang lebih sulit lagi untuk disiasati.
Cara kita memahami urgensi waktu akan sangat berpengaruh dalam menyikapi kehadiran mesin ini, Jika mesin absensi finger print hanya dimaknai sebagai pengolah data kehadiran, maka trik nomor 1 sampai nomor 4 bisa digunakan untuk menyiasati dan mengakali data absensi kita. Bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain - rasa itulah yang melahirkan sikap bijaksana. Mencoba memposisikan diri, jika kita adalah pimpinan di sekolah, manajer di industri atau bahkan sebagai pemilik perusahaan, maka kita bisa menilai bahwa pelaku trik nomor 1 sampai nomor 4 semuanya tidak jujur (tidak punya integritas) dan melakukan manipulasi. Pelaku trik nomor 1 jelas seorang pecundang, pelaku nomor 2, 3 dan 4 jelas kumpulan dari orang yang tidak bisa memegang amanah (tidak bisa dipercaya). Watak dan sikap orang-orang beginilah yang membuat banyak industri hancur, pabrik gulung tikar dan perusahaan bangkrut.
Lalu bagaimana jika hal demikian terjadi di sekolah tempat siswa belajar menimba ilmu dan mencari pengalaman, ini sangat riskan dan sangat disayangkan jika sampai terjadi. Sekolah-sekolah yang saat ini menjadi sekolah unggul dan pavorit telah melewati fase ini puluhan tahun yang lalu, mereka juga pernah mengalami hal serupa. Proses yang berjalan membuat mereka menjadikan disiplin tepat waktu sebagai budaya, sebagai kebutuhan, bukan lagi sebagai beban. Jika di sekolah masih bermain dengan trik 1 - 4, maka dampaknya akan jauh lebih parah, karena pada hakikatnya pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu dan pengetahuan saja, namun ada transfer sikap (attitude), moral dan spiritual, dan itu yang lebih utama.
Mengambil hikmah dari keluhan pimpinan kepala madrasah dan contoh teladan Pak Udin di atas, maka kami ambil beberapa kesimpulan singkat yang semoga bisa digunakan sebagai pedoman dalam menyikapi mesin absensi Finger Print;
Sebagai penutup tulisan kali ini, kita semua berharap semoga semakin mendekati akhir masa tugas maka kita bisa semakin baik, semakin bijaksana, semakin rendah hati dan semakin banyak dalam menanam benih kebaikan. Oleh karena itu kita harus berupaya untuk selalu meluruskan niat dan membenahi motivasi agar bisa bersikap dan berbuat yang terbaik. Segala sesuatu yang diniatkan dengan baik, dilakukan dengan baik maka yang akan datang adalah kebaikan, sebaliknya jika niat sudah tidak baik, dilakukan dengan cara yang kurang baik, maka jangan harap kebaikan yang datang, sebaliknya hanya keburukan yang semakin merundung dan mengepung. Kebaikan dan keburukan pada akhirnya akan mengental menjadi karakter, sifat dan watak. Watak itulah yang kemudian menjadi brand, merek dan image diri kita.
Demikian lentera hikmah kali ini, semoga kita bisa menjaga diri dalam kebaikan, semampu yang kita bisa (sekecil apapun, dan untuk memulai kebaikan tidak harus menunggu waktu khusus, serta tidak harus pilih-pilih dalam melakukan kebaikan. Kebaikan kecil yang bisa memberi manfaat laksana lilin dalam gelap, redup namun mampu memberi cahaya dan bisa menjadi lentera yang berguna bagi sesama. Sampai jumpa di tulisan berikutnya dalam tema membangun brand, merek dan image diri. Selamat bekerja, selamat berkarya, semoga sukses.
Jika yang di atas adalah contoh sosok yang kurang bisa diteladani, maka di tempat lain ada sosok yang justru menjadi pembangkit motivasi dan sumber inspirasi. Pribadi yang sederhana, yang selalu mengasah kompetensi, yang menjaga kedisiplinan dan menjunjung tinggi kejujuran. Inilah yang menjadi inspirasi kedua, sosok yang kepadanya kita harus belajar banyak hal. Sebut saja Pak Udin, seorang guru PNS/DPK yang menjadi kepala sekolah di salah satu SMA swasta di kabupaten Magelang dengan lima hari kerja. Jarak 15 kilometer tak menghalangi beliau untuk hadir di sekolah pukul 06.30 pagi, dan pulang setelah pukul 16/00 sore setiap harinya. Jumlah jam wajib yang menjadi syarat halalnya rejeki benar-benar beliau jaga, dengan tetap berada di sekolah sambil mengerjakan berbagai pekerjaan yang harus diselesaikannya. Jika suatu saat merasa jumlah totalnya kurang karena kepentingan dinas atau pribadi maka beliau merasa wajib untuk menggantinya di hari lain dengan cara tetap bekerja dan berada di sekolah, walau ia harus sendirian. Tak banyak sosok demikian, dari contoh ini kita bisa ambil hikmah bahwa sebenarnya jika kita mau maka kita pasti bisa, untuk berbuat lebih baik, selagi masih bisa, masih sempat dan selagi belum terlambat. Inilah tema tulisan kali ini, seri lentera hikmah dengan tema integritas, selamat menikmati.
Memulai Finger Print
Terhitung mulai tanggal 6 Maret 2018, SMP Negeri 2 Kepil sudah menggunakan mesin finger-print sebagai alat presensi bagi guru & karyawan. Kehadiran mesin absensi berbasis sidik jari ini memunculkan berbagai harapan baik - tentunya bagi yang berfikir postif - agar lebih teratur dan disiplin, walau tak dipungkiri pasti muncul pula sikap apatis dan pesimis dari sebagian yang berfikir negatif. Maka menjadi prioritas untuk membangun sikap optimis seluruh elemen dan unsur sekolah bahwa hadirnya mesin finger print ini adalah solusi terbaik untuk memperbaiki kualitas pelayanan kepada siswa dan masyarakat. Bagi yang sudah terbiasa disiplin datang awal seperti Pak Aris Winarna dan Ibu Ruti Sumarni kehadiran mesin absensi ini tidak menjadi masalah, namun akan terasa menjadi masalah bagi terbiasa datang terlambat dan pulang awal.
Memang, setiap perubahan sistem yang menyebabkan munculnya hal baru pasti akan memunculkan berbagai reaksi sebagai bentuk pernyataan sikap, hal ini sangat wajar dan pasti terjadi. Beberapa pribadi mungkin akan sangat protektif ditandai dengan tidak ingin diusik ketenangannya, bahkan menolak segala bentuk perubahan, karena kecenderungan diri yang ingin mapan, aman dan nyaman, yang biasa disebut dengan "Zona Aman". Ini adalah sifat asal manusia, sifat kita semua yang lebih suka pada sesuatu yang bebas, merdeka dan tidak mengikat. Bagi yang phobia (takut) perubahan mereka berfikir bahwa perubahan adalah momok, perubahan bak hantu yang menakutkan, perubahan akan membuat situasi tidak nyaman, tidak aman dan tidak mapan lagi. Muncul pikiran "jangan-jangan, ojo-ojo, gek-gek" dan berbagai kecemasan lain, maka berikutnya ia berfikir bagaimana mencari cara agar bisa mengakali atau menyiasati sistem baru ini.
Topik tentang trik cara menyiasati, cara membobol dan cara mengakali sistem banyak dicari oleh orang yang "aktif dan kreatif", terutama yang banyak akalnya. Termasuk topik bagaimana cara menyiasati mesin "Finger Print" agar data rekap kehadiran bisa mulus, jika terlambat tidak terdeteksi, jika bolos tidak konangan dan jika tidak hadir namun tetap tercatat berangkat. Tak heran jika ada orang yang kemudian berpikir bagaimana agar nilai ujian bagus tanpa susah-susah belajar, soal UKG bisa dicurangi dan soal UN bisa bocor. Puncaknya ada orang berhasil menemukan cara bagaimana mendapat uang banyak tanpa susah payah bekerja, bisa belanja apa saja. Yang terakhir inilah yang dilakukan oleh 5 pelaku skimming ATM BRI dengan barang bukti 1.447 kartu ATM duplikat yang dibuat dari hasil rekam data di ratusan ATM yang tersebar di pulau Jawa dan Bali. Ratusan rekening telah dibobol dan disedot uangnya melalui ATM. Ratusan juta atau bahkan milyaran rupiah tabungan dan deposito telah berpindah tangan. Bisa dibayangkan betapa marah dan kecewanya orang yang menjadi korban kartu ATM palsu ini.
Secara konsep setiap sistem dirancang dengan sangat canggih dan aman, namun secara realita masih saja banyak yang kecolongan karena dibobot oleh orang "cerdik" (dalam tanda kurung). Orang cerdik punya seribu akal untuk bisa "lolos" dari teknologi canggih yang membuatnya dirinya seakan tetap "untung" dalam kondisi terjepit sekalipun. Kelemahan dan kekurangan dalam sebuah sistem pasti ada, bahkan dalam sistem paling aman sekalipun, karena memang tidak ada yang sempurna dan aman 100 persen di dunia ini. Seperti halnya dalam aplikasi komputer baik yang berbasis web atau desktop selalu tetap bisa dibobol, tentu saja oleh mereka yang ahli, "Banyak jalan menuju Roma", begitu peribahasa yang menjadi pembisik mereka. Demikian pula mesin absensi ini pasti bisa dicari jalan untuk dikelabuhi, khususnya bagi yang punya niat dan beritikad kurang baik, yang menunjukkan bahwa dirinya tidak memahami apa esensi sebenarnya.
Ada beberapa cara menyiasati mesin absensi finger print yang berbasis pada sidik jari ini, mulai dari yang bersifat personal hingga yang bersifat komunal dan institusional. Berikut ini beberapa trik, cara untuk menyiasati absensi finger print, kami bagikan untuk diambil hikmahnya.
- Personal, dengan modus scan absensi masuk paling awal lalu pulang, kemudian datang lagi agak siang, pulangnya juga bisa lebih awal, setelah lewat jam pulang lalu datang lagi untuk scan pulang. Bisa juga scan pagi sebelum mandi dan scan siang setelah situasi sepi, bahkan bisa jadi tidak hadir atau pergi jauh, laporan akan tetap terbaca hadir awal dan pulang akhir, modus ini bisa dilakukan sendiri dan diam-diam serta tidak terdeteksi oleh siapapun.
- Kolegial, dengan modus titip jari duplikat maka terlambat tidak terlihat dan lolos ketika bolos. Caranya dengan membuat jari duplikat (tiruan) kemudian menitipkan pada teman untuk proses scan absensi. Jari duplikat berupa jari tiruan yang dapat dibuat menggunakan filler sejenis silicon, gelatin atau lem kayu yang dituang dalam cetakan jari yang telah dibuat sebelumnya. Cara ini bisa dilakukan secara kolegial 2 orang teman atau lebih, secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi tanpa melibatkan admin.
- Komunal, dengan modus substitusi jari (pengganti jari cadangan) maka akan bisa saling nitip scan absensi menggunakan jari temannya. Pada saat registrasi user ke dalam mesin, proses rekam sidik jari untuk setiap 1 orang disediakan dengan 2 jari yang difungsikan sebagai cadangan, Modus ini adalah peluang untuk secara komunal dapat bergantian bertukar jari dengan temannya, artinya 1 orang dapat menggantikan scan absensi 1 orang lainnya, jika hal ini berantai maka 5 orang bisa melakukan scan absensi untuk 10 orang. Beberapa orang berpasangan yang bermufakat dan melibatkan admin saat rekam sidik jari.
- Institusional, dengan seting kustomisasi waktu pada saat-saat khusus. Pada dasarnya sistem waktu pada mesin fingerprint adalah berjalan automatic dan realtime (nyata), maka data laporan (report) yang keluar dari mesin tidak bisa diubah/diedit waktunya, bahkan oleh admin sekalipun. Jika suatu saat karena sesuatu hal dikehendaki oleh institusi untuk mengakali, maka satu-satunya jalan adalah merubah waktu realtime pada saat scan datang maupun scan pulang. Modus ini dapat dilakukan secara komunal dan institusional, admin yang punya hak akses khusus untuk melakukan kustomisasi ini.
Kehadiran guru, karyawan dan pimpinan adalah sebuah keharusan yang tidak bisa diwakilkan dalam menjalankan tugas dan pekerjaan. Inilah salah satu tujuan diciptakannya mesin finger print ini, karena scan kehadiran berdasarkan jarinya, artinya jarinya hadir jika orangnya juga hadir. Teknologi ini telah banyak dipakai di industri besar, perusahaan ternama dan lembaga bonafit di berbagai penjuru dunia. Absensi kehadiran merupakan hal sangat penting, bertujuan agar disiplin tepat waktu, karena dalam sistem manajemen, waktu adalah kunci sukses atau gagalnya sebuah sistem. Kebutuhan teknologi absensi semakin berkembang, bahkan yang terbaru telah beredar mesin absensi yang berbasis wajah dan retina mata, yang lebih sulit lagi untuk disiasati.
Cara kita memahami urgensi waktu akan sangat berpengaruh dalam menyikapi kehadiran mesin ini, Jika mesin absensi finger print hanya dimaknai sebagai pengolah data kehadiran, maka trik nomor 1 sampai nomor 4 bisa digunakan untuk menyiasati dan mengakali data absensi kita. Bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain - rasa itulah yang melahirkan sikap bijaksana. Mencoba memposisikan diri, jika kita adalah pimpinan di sekolah, manajer di industri atau bahkan sebagai pemilik perusahaan, maka kita bisa menilai bahwa pelaku trik nomor 1 sampai nomor 4 semuanya tidak jujur (tidak punya integritas) dan melakukan manipulasi. Pelaku trik nomor 1 jelas seorang pecundang, pelaku nomor 2, 3 dan 4 jelas kumpulan dari orang yang tidak bisa memegang amanah (tidak bisa dipercaya). Watak dan sikap orang-orang beginilah yang membuat banyak industri hancur, pabrik gulung tikar dan perusahaan bangkrut.
Lalu bagaimana jika hal demikian terjadi di sekolah tempat siswa belajar menimba ilmu dan mencari pengalaman, ini sangat riskan dan sangat disayangkan jika sampai terjadi. Sekolah-sekolah yang saat ini menjadi sekolah unggul dan pavorit telah melewati fase ini puluhan tahun yang lalu, mereka juga pernah mengalami hal serupa. Proses yang berjalan membuat mereka menjadikan disiplin tepat waktu sebagai budaya, sebagai kebutuhan, bukan lagi sebagai beban. Jika di sekolah masih bermain dengan trik 1 - 4, maka dampaknya akan jauh lebih parah, karena pada hakikatnya pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu dan pengetahuan saja, namun ada transfer sikap (attitude), moral dan spiritual, dan itu yang lebih utama.
Mengambil hikmah dari keluhan pimpinan kepala madrasah dan contoh teladan Pak Udin di atas, maka kami ambil beberapa kesimpulan singkat yang semoga bisa digunakan sebagai pedoman dalam menyikapi mesin absensi Finger Print;
- Berterima kasih atas kehadiran mesin ini, yang ternyata mampu membantu mengontrol kita menjadi lebih baik, lebih disiplin dan lebih menghargai waktu. Sungguh mesin ini layaknya penolong bagi kita untuk keluar dari kebiasaan terlambat, kebiasaan bolos dan kebiasaan korupsi waktu yang jika ditotal jumlahnya entah sudah berapa ratus jam.
- Legowo dan terbuka menerima kekurangan diri, semakin tawadhu dan rendah hati, bahwa kita masih kalah dengan mesin yang mampu jujur walau ia tak punya hati. Kita tak perlu pongah, sombong dan busung dada bertahan bahwa kita baik, nyatanya selama ini banyak manipulasi data kehadiran kita, hingga markup jam datang dan jam pulang.
- Bijaksana dalam menyikapi report (laporan) kehadiran, tidak perlu marah, tidak perlu sewot dan tidak perlu berlebihan. Jika muncul warna kuning tanda terlambat dan atau pulang awal, jika muncul warna merah tanda jika tidak hadir, tidak scan, scan di luar jadwal atau kesalahan dalam proses scan lainnya sebaiknya jadikan ini rambu-rambu dan pengingat, bahwa masih ada yang kurang dalam diri kita, jika merasa tidak sesuai bisa klarifikasi dan langsung melihat data aslinya di aplikasi Finger Print.
- Jadikan ini mesin ini wahana membenahi niat dan membangun motivasi untuk memperbaiki diri, Jika data absensi kehadiran Anda sudah baik, status sudah OK dan warna sudah hijau, bersyukurlah dan tetaplah menjaga kebaikan itu, ingatkan dan ajak teman yang lain untuk semangat meraih predikat seperti Anda. Kebaikan ini adalah bekal untuk merajut dan meraih kebaikan berikutnya dalam bidang lainnya.
- Hasil rekap kehadiran yang berupa print-out data jam masuk, jam pulang dan total jam perminggu penting dan ini adalah hal utama, namun lahirnya sosok pribadi yang jujur penuh integritas adalah lebih utama. Jika memang tidak bisa hadir melaksanakan tugas karena suatu hal, tak perlu melakukan manipulasi data dengan finger pagi dan sore hari. Sikap yang jujur dan terbuka akan lebih berharga, lebih satria dan lebih bermartabat.
- Data kehadiran yang terlihat sempurna bukanlah segala-galanya, bukan pula tujuan akhir dari diterapkannya sistem ini. Tujuan awalnya adalah membangun kedisiplinan dalam bekerja, dan tujuan akhirnya adalah membentuk jiwa yang berkarakter, kompeten dan mampu memberikan pelayanan terbaik dalam mendidik anak bangsa. Kedisiplinan dalam hal kehadiran hanyalah satu dari sekian banyak pekerjaan manajemen personalia dalam usaha membangun sistem pendidikan yang bermutu dan berkualitas.
- Menyempurnakan kewajiban dengan hadir tepat waktu, pulang cukup waktu dan terpenuhi jumlah minimal adalah salah satu cara untuk menghalalkan rejeki yang diterima, minimal dari sisi waktu, Ada kepuasan batin, ada kenyamanan dan ketentraman, pasti akan sangat berbeda dengan yang gajinya terima utuh, namun waktunya dicuri dan dicurangi. Jika waktu kehadiran saja di-akali dan dicurangi, maka kebaikan apalagi yang bisa diharapkan.
Sebagai penutup tulisan kali ini, kita semua berharap semoga semakin mendekati akhir masa tugas maka kita bisa semakin baik, semakin bijaksana, semakin rendah hati dan semakin banyak dalam menanam benih kebaikan. Oleh karena itu kita harus berupaya untuk selalu meluruskan niat dan membenahi motivasi agar bisa bersikap dan berbuat yang terbaik. Segala sesuatu yang diniatkan dengan baik, dilakukan dengan baik maka yang akan datang adalah kebaikan, sebaliknya jika niat sudah tidak baik, dilakukan dengan cara yang kurang baik, maka jangan harap kebaikan yang datang, sebaliknya hanya keburukan yang semakin merundung dan mengepung. Kebaikan dan keburukan pada akhirnya akan mengental menjadi karakter, sifat dan watak. Watak itulah yang kemudian menjadi brand, merek dan image diri kita.
Demikian lentera hikmah kali ini, semoga kita bisa menjaga diri dalam kebaikan, semampu yang kita bisa (sekecil apapun, dan untuk memulai kebaikan tidak harus menunggu waktu khusus, serta tidak harus pilih-pilih dalam melakukan kebaikan. Kebaikan kecil yang bisa memberi manfaat laksana lilin dalam gelap, redup namun mampu memberi cahaya dan bisa menjadi lentera yang berguna bagi sesama. Sampai jumpa di tulisan berikutnya dalam tema membangun brand, merek dan image diri. Selamat bekerja, selamat berkarya, semoga sukses.