Banyak rencana, banyak ide, banyak angan dan keinginan yang hendak dituliskan untuk dibagikan, namun banyak pula kendala dan halangan yang menjadi masalah hingga tak mampu untuk memulainya. Namun bisa segera beranjak dan bertindak, kadang memang harus dipaksa untuk bangkit, berdiri dan memulai kembali. Kali ini adalah edisi ke-6 untuk tulisan bertajuk lentera hikmah, dengan harapan kami bisa menyempurnakan hingga seri ke-12, dengan harapan semoga bermanfaat walau kecil ibarat setitik air di sungai yang panjang. Semoga pada edisi selanjutnya kami bisa membuat seri tulisan baru dengan tajuk baru tentang inovasi, kreasi dan teknologi dalam dunia pendidikan.
Grand topik kali ini adalah ungkapan singkat, jujur dan sarat makna dari salah satu guru senior di SMPN 2 Kepil - Bpk Aris Winarna, S.Pd. Ungkapan yang disampaikan pada tanggal 17 Agustus 2015 di pantai Goa Cemara, saat acara refreshing dalam rangka persiapan perpisahan dengan Bpk Drs. Kardan. "Pertama - Bapak adalah ATASAN kami, kedua - Bapak adalah TEMAN kami, dan ketiga - Bapak adalah RIVAL kami. Istilah atasan jelas, karena sebagai kepala sekolah, begitu juga dengan istilah teman, karena merasa sesama guru. Namun satu istilah terakhir - "rival" -, inilah yang luar biasa. Sebuah pengakuan yang sangat jujur, sangat bersahaja, sangat menyentuh dan sangat bijaksana. Seseorang yang BISA MERASA siapa dirinya dan BERANI MENGAKUI kehebatan orang lain. Akhir-akhir ini sangat jarang dijumpai pengakuan seperti ini, kebanyakan yang terjadi adalah kebalikannya, MERASA BISA dan MERASA HEBAT.
Telah banyak yang dilalui bersama beliau, Bapak Drs. Kardan. Sebagai seorang atasan yang sangat bersahaja, sederhana dan tidak pernah menonjolkan bahwa dirinya adalah adalah seorang atasan bagi bawahannya. Sebagai seorang teman demikian juga, sangat dekat kepada siapa saja, termasuk kepada siswa. Bahkan kedekatan dengan siswa inilah yang membuat beliau sangat istimewa di mata anak-anak. "Manjing Ajur Ajer Mancolo Putra Mancolo Putri" benar-benar beliau terapkan ketika berada di tengah siswa, seakan bukan lagi sebagai guru dan murid namun lebih kepada teman. Sebagai seorang rival didasari karena kepribadian beliau yang multi talenta, terutama dalam bidang seni. Beliau yang basic pendidikannya IPA namun memiliki kemampuan yang luar biasa di bidang seni, mengalahkan guru seni yang sesungguhnya. Inilah rival yang dimaksud, bukan musuh, namun lebih diartikan sebagai pesaing, pendorong dan motivator bagi yang lain untuk bisa belajar dan berkarya yang lebih baik lagi
Perjalanan masih panjang, perjuangan belum usai dan deretan sukses masih luas terbentang. Setiap kita bisa mewujudkan impian, menggapai cita-cita dan meraih sukses. Siapapun dari kita berhak untuk berjalan, berjuang dan berkarya meraih sukses. Sukses bukan hanya milik orang kaya, namun juga terbuka orang seadanya, bahkan yang sangat kekurangan sekalipun. Sukses juga bukan hanya bagi mereka yang cerdas, pintar dan terampil saja, namun mereka biasa-biasa saja, yang lambat berfikir dan terlihat tertinggal pun bisa meraih sukses. Iwan Sunito, CEO Crown International Holding Group, sebuah perusahaan properti terkenal di Australia ternyata adalah orang Indonesia, kelahiran Surabaya. Beberapa kali tidak naik kelas sewaktu sekolah. SD, SMP dan SMA di Pangkalan Bun - Kalimantan. "Succes in not a destination, but is a journey", sukses bukanlah tujuan, tapi sukses adalah perjalanan. Artinya sukses bukan hanyalah dinilai / dillihat dari hasil akhirnya, namun rangkaian perjalanan menuju sukses itulah yang lebih penting. Proses menuju sukses itulah yang perlu dijadikan pelajaran untuk meraih sukses-sukses berikutnya.
Ada beberapa hikmah yang bisa ambil, yang semoga bisa memberi sedikit motivasi untuk berbagi, bisa sedikit membangkitkan inspirasi untuk berkreasi dan sedikit menambah daya untuk mengabdi bagi negara, demi anak bangsa, demi sesama, demi keluarga, demi anak mertua dan demi anak cucu kita.
Grand topik kali ini adalah ungkapan singkat, jujur dan sarat makna dari salah satu guru senior di SMPN 2 Kepil - Bpk Aris Winarna, S.Pd. Ungkapan yang disampaikan pada tanggal 17 Agustus 2015 di pantai Goa Cemara, saat acara refreshing dalam rangka persiapan perpisahan dengan Bpk Drs. Kardan. "Pertama - Bapak adalah ATASAN kami, kedua - Bapak adalah TEMAN kami, dan ketiga - Bapak adalah RIVAL kami. Istilah atasan jelas, karena sebagai kepala sekolah, begitu juga dengan istilah teman, karena merasa sesama guru. Namun satu istilah terakhir - "rival" -, inilah yang luar biasa. Sebuah pengakuan yang sangat jujur, sangat bersahaja, sangat menyentuh dan sangat bijaksana. Seseorang yang BISA MERASA siapa dirinya dan BERANI MENGAKUI kehebatan orang lain. Akhir-akhir ini sangat jarang dijumpai pengakuan seperti ini, kebanyakan yang terjadi adalah kebalikannya, MERASA BISA dan MERASA HEBAT.
Telah banyak yang dilalui bersama beliau, Bapak Drs. Kardan. Sebagai seorang atasan yang sangat bersahaja, sederhana dan tidak pernah menonjolkan bahwa dirinya adalah adalah seorang atasan bagi bawahannya. Sebagai seorang teman demikian juga, sangat dekat kepada siapa saja, termasuk kepada siswa. Bahkan kedekatan dengan siswa inilah yang membuat beliau sangat istimewa di mata anak-anak. "Manjing Ajur Ajer Mancolo Putra Mancolo Putri" benar-benar beliau terapkan ketika berada di tengah siswa, seakan bukan lagi sebagai guru dan murid namun lebih kepada teman. Sebagai seorang rival didasari karena kepribadian beliau yang multi talenta, terutama dalam bidang seni. Beliau yang basic pendidikannya IPA namun memiliki kemampuan yang luar biasa di bidang seni, mengalahkan guru seni yang sesungguhnya. Inilah rival yang dimaksud, bukan musuh, namun lebih diartikan sebagai pesaing, pendorong dan motivator bagi yang lain untuk bisa belajar dan berkarya yang lebih baik lagi
Perjalanan masih panjang, perjuangan belum usai dan deretan sukses masih luas terbentang. Setiap kita bisa mewujudkan impian, menggapai cita-cita dan meraih sukses. Siapapun dari kita berhak untuk berjalan, berjuang dan berkarya meraih sukses. Sukses bukan hanya milik orang kaya, namun juga terbuka orang seadanya, bahkan yang sangat kekurangan sekalipun. Sukses juga bukan hanya bagi mereka yang cerdas, pintar dan terampil saja, namun mereka biasa-biasa saja, yang lambat berfikir dan terlihat tertinggal pun bisa meraih sukses. Iwan Sunito, CEO Crown International Holding Group, sebuah perusahaan properti terkenal di Australia ternyata adalah orang Indonesia, kelahiran Surabaya. Beberapa kali tidak naik kelas sewaktu sekolah. SD, SMP dan SMA di Pangkalan Bun - Kalimantan. "Succes in not a destination, but is a journey", sukses bukanlah tujuan, tapi sukses adalah perjalanan. Artinya sukses bukan hanyalah dinilai / dillihat dari hasil akhirnya, namun rangkaian perjalanan menuju sukses itulah yang lebih penting. Proses menuju sukses itulah yang perlu dijadikan pelajaran untuk meraih sukses-sukses berikutnya.
Ada beberapa hikmah yang bisa ambil, yang semoga bisa memberi sedikit motivasi untuk berbagi, bisa sedikit membangkitkan inspirasi untuk berkreasi dan sedikit menambah daya untuk mengabdi bagi negara, demi anak bangsa, demi sesama, demi keluarga, demi anak mertua dan demi anak cucu kita.
- Kesuksesan tidak datang begitu saja. Tidak ajaib, ujug-ujug, tanpa usaha, tanpa perjuangan dan pengorbanan. Kesuksesan yang kita raih saat ini adalah hasil dari jerih payah dan perjuangan masa lalu. Berikutnya, bagaimana kesuksesan kita yang akan datang sangat bergantung pada apa yang kita kerjakan dan perjuangkan saat ini. Walaupun saat ini sudah sukses, jangan berhenti berjuang, karena kita tidak tahu dan tidak bisa memastikan yang akan terjadi pada tahun-tahun mendatang.
- Tetap rendah hati - tawadhu menjaga ikhlas, walau telah meraih sukses. Rendah hati tidak membuat seseorang orang menjadi rendah / hina. Sebaliknya mereka yang tinggi hati justru menjadi hina walau berada di puncak singgasana. Seperti kata bijak "Bintang itu lebih besar dari matahari, namun dia indah jika tampak kecil bersama milyaran bintang lainnya". Begitu pula dengan hati kita yang indah itu yang tidak menampakkan kebesarannya, melainkan yang bersahaja walaupun tersimpan selaksa kehebatan. Betapa tingginya kerendahan dan betapa rendahnya ketinggian.
- Tetaplah menjadi penerang bagi sesama. Siapa pun kita, di mana pun posisi kita dan seberapa pun peran kita. Mungkin ada yang besar dan seterang matahari, mungkin pula ada yang indah menyilaukan laksana merkuri, atau mungkin hanya kecil laksana lilin yang tertiup angin di malam hari. Selama masih bisa bercahaya, berikan dan bagikanlah cahaya, seberapa pun cahaya itu - pasti bermanfaat dan akan berguna bagi yang lainnya.
- Teruslah berkarya, semaksimal yang kita bisa. Selagi kita masih sempat, selagi masih kuat dan selagi kita sehat. Jangan terlalu berpikir bahwa yang hebat itu yang luar biasa, bahwa yang sukses itu yang besar. Kita tidak tahu ide, pemikiran dan karya yang mana yang akan menjadi karya yang besar dan menjadi awal sukses berikutnya. Sukses besar itu juga berawal dari yang kecil, yang luar biasa diawali yang biasa-biasa.
- Jangan berhenti belajar, jangan takut bertanya dan jangan bosan mencoba. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Seperti peribahasa "belakang parang lagi jika diasah niscaya tajam", sebodoh-bodohnya orang, jika berusaha dan belajar akan menjadi pandai. Kita bukan tidak mampu, tapi kebanyakan karena tidak mau, alias malas. Pengayuh sayang dibasahkan, sampan tidak akan sampai ke seberang.
- Siap untuk berubah, "Move On or Change On". Jangan takut bayangan, jangan takut untuk berubah dan jangan takut untuk memulai dari nol. Bila pada kondisi saat ini kita stagnan, mandeg dan tidak bisa berbuat banyak, maka hijrah adalah pilihan yang paling tepat, bisa jadi dengan memulai dari nol, yang baru dan berbeda kita akan mempunyai lingkungan baru, motivasi baru, kekuatan baru dan daya dukung baru. Dengan berbekal semangat, motivasi dan itikad baik untuk berubah menjadi yang lebih baik maka kita pasti bisa meraih sukses.
- Jangan banyak mengeluh dengan pekerjaan kita. Mengeluh tak merubah apapun dan tak ada manfaatnya. Syukuri dengan sepenuh syukur atas berbagai karunia yang telah diraih selama ini. Betapa banyak orang yang mendambakan pekerjaan yang kita jalani saat ini, maka sungguh keterlaluan jika kita tidak amanah dengan pekerjaan kita ini. Di luar sana masih banyak yang tidak punya pekerjaan, tak punya penghasilan dan hidup tidak karuan. Jangankan berpikir untuk jenjang karir, pangkat, golongan dan jabatan, sekedar untuk mencukupi kebutuhan makan harian saja harus bersusah payah untuk bisa memenuhinya.