Dorongan yang sangat kuat menyesak dalam dada untuk segera menuliskan peristiwa yang langka terjadi, yang bagi kami (penulis) baru sekali ini terjadi selama bertahun-tahun menjadi guru. Ada banyak pelajaran yang amat sangat berharga untuk diambil hikmahnya. Diantara momen-momen yang padat pada peringatan hari guru yang dilaksanakan di lapangan upacara SMP Negeri 2 Kepil, ada momen istimewa yang sangat menyentuh dan membuat hati trenyuh, membuat tanpa sadar air mata ini mengalir deras. Bukan cengeng, namun benar-benar trenyuh dan sangat terharu dengan kebesaran hati dan ketinggian budi pekerti yang ditunjukkan oleh sosok hebat namun sangat rendah hati.
Beliau adalah kepala sekolah SMP Negeri 2 Kepil, Bapak Hadi Wiyono, S.H., M.Pd., yang juga menjadi pengurus harian PGRI, menjadi ketua LBH PGRI, menjadi anggota Dewan Pendidikan dan staf khusus bidang pendidikan Bupati Wonosobo. Dengan jabatan tinggi, peran yang banyak dan kiprah yang luas namun tidak membuat beliau lupa kepada sosok orang tua yang menjadi pernah menjadi gurunya. Sesaat setelah memberikan kata sambutan, dengan membawa rangkaian bunga beliau kemudian mendatangi dan sungkem kepada 3 orang guru yang menjadi bawahannya. Tiga orang tersebut adalah guru senior di SMP Negeri 2 Kepil yaitu, Ibu Ruti Sumarni, M.Pd., Bapak Widodo, S.Pd. dan Bapak Satiyun, S.Pd. Sebagai tokoh besar di kabupaten Wonosobo, sikap yang ditunjukkan beliau ini sungguh sebuah tauladan yang sangat sarat makna, sebuah pembelajaran filosofi yang tidak akan diperoleh di buku apapun, tidak dapat disaksikan dalam sinetron atau film manapun. Bagi kami guru-guru muda dan masih yunior, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat mahal. Bahwa guru tetaplah guru sampai kapanpun, bahwa guru tidak akan pernah bertukar posisi dimanapun, bahwa guru harus dihormati dan dijunjung tinggi walau sang mantan murid sudah jauh menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Sementara ini di luar sana banyak terjadi kasus murid menganiaya guru, orang tua melabrak dan merendahkan martabat guru dan kasus-kasus yang menjadikan guru pada posisi yang tidak dihargai oleh mereka yang tidak memiliki etika dan nurani. Memang, saat ini dunia pendidikan mengalami degradasi dan dekadensi moral, ditandai dengan menurunnya etika, hilangnya tata krama, dan meredupnya karakter utama yang harusnya dijunjung tinggi oleh para siswa. Banyak siswa yang kurang menghormati gurunya, banyak yang tidak menghargai gurunya, bahkan berani berkata tidak sopan di depan gurunya. Demikian juga dengan para alumni, beberapa dari mereka yang sudah lulus, kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, bekerja dan sukses menjadi pengusaha, orang penting atau pejabat, kemudian lupa dan atau berlagak lupa kepada gurunya. Mereka bersikap seakan mereka bisa sukses dan bisa hebat dengan sendirinya, tanpa andil gurunya. Memang benar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini banyak dikuasai oleh mereka yang lebih muda, hal ini kemudian sedikit banyak mengikis sensitifitas mereka sehingga mereka merasa jauh lebih hebat, lebih up-to-date, lebih mahir dan lebih pintar dari orang-orang yang pernah menjadi guru mereka.
Inilah istimewanya sosok inspiratif yang ada di SMP Negeri 2 Kepil, dengan jabatan yang tinggi, tangga karir yang terbentang luas namun pandai mengolah rasa, santun dan hormat kepada yang lebih tua, terutama kepada sosok yang pernah menjadi gurunya. Peristiwa sungkemnya seorang kepala sekolah kepada guru yang menjadi bawahannya ini benar-benar luar biasa dan sangat istimewa. Ini akan dicatat dalam sejarah dan menjadi fenomena yang bisa jadi 1001 cerita. Seorang kepala sekolah yang nama dan kiprahnya di tingkat kabupaten Wonosobo sudah tidak diragukan lagi, namun dengan rendah hati berkenan untuk jongkok sungkem kepada guru yang menjadi bawahannya. Ibarat pepatah "bak hujan di musim kemarau", sangat langka dan sangat jarang terjadi. Pelajaran yang utama adalah bahwa pangkat dan jabatan tinggi tidak harus membuat diri tinggi hati. Demikian juga kekayaan dan nama besar tidak harus membuat diri angkuh dan merasa besar. Sebaliknya kerendahan hati justru akan menaikkan derajatnya, kehalusan budi akan mengangkat martabat diri, kebijaksanaan dan kebesaran hati untuk menghormati mereka yang lebih tua akan semakin membesarkan namanya.
Kegiatan peringatan hari guru di SMP Negeri 2 Kepil sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam format yang sederhana namun sarat makna sejalan dengan spesialnya sosok guru dan peranannya bagi pendidikan. Diawali dengan pembacaan puisi bertema jasa guru, yang sangat menyentuh karya Ibu Rini Utami, S.Pd., yang ternyata sangat berbakat dalam membuat puisi dengan syair-syair yang sangat sarat makna. Dirangkai dengan beberapa kegiatan sekaligus, diantaranya pemilihan guru idola atau guru pavorit pilihan murid, diumumkannya hasil perlombaan antar kelas, meliputi baris-berbaris, tata upacara bendera dan kebersihan kelas. Khusus untuk lomba kebersihan kelas bagi pemenangnya mendapat piala bergilir dari sekolah, dan kelas yang menjadi pemenang lomba kebersihan kelas adalah kelas 8A yang wali kelasnya Ibu Dra. Ratna Yuli Sungkayati. Sementara itu sosok guru pavorit pilihan murid adalah 1) Ibu M.I. Isti Supriyanti, S.Pd., 2) Ibu Ruti Sumarni, M.Pd., dan 3) Bapak Edi Wineto, S.Pd. Selamat kepada semua pemenang dan selamat kepada Bapak Ibu guru yang menjadi idola siswa.
Berikut beberapa gambar yang bisa melengkapi situasi spesial hari guru di tahun 2019 ini.
Sebagai akhir tulisan ini, marilah kita maknai hari guru ini dengan penuh syukur, kita sadari bahwa siapapun kita saat ini ada peran dari guru-guru kita. Jika kita seorang guru, kita tidak harus merasa besar akan jasa-jasa kita, jika kita menjadi pejabat maka tidak harus merasa hebat, demikian juga dengan posisi atau pekerjaan apapun kita tetaplah harus mengingat jasa guru. Jika kita sosok muda yang kelihatannya pandai, hebat dan piawai, maka kita harus tetap menjaga diri untuk menaruh hormat, untuk tetap rendah hati, bahwa bagaimanapun adanya para guru-guru kita jauh lebih hebat.
Berikut beberapa kata yang mungkin bisa menjadi catatan di hari guru tahun ini, sebagai bentuk ungkapan penghormatan kepada mereka, bapak ibu guru "pahlawan tanpa tanda jasa", yang pernah menorehkan sejarah dalam kehidupan kita.
Beliau adalah kepala sekolah SMP Negeri 2 Kepil, Bapak Hadi Wiyono, S.H., M.Pd., yang juga menjadi pengurus harian PGRI, menjadi ketua LBH PGRI, menjadi anggota Dewan Pendidikan dan staf khusus bidang pendidikan Bupati Wonosobo. Dengan jabatan tinggi, peran yang banyak dan kiprah yang luas namun tidak membuat beliau lupa kepada sosok orang tua yang menjadi pernah menjadi gurunya. Sesaat setelah memberikan kata sambutan, dengan membawa rangkaian bunga beliau kemudian mendatangi dan sungkem kepada 3 orang guru yang menjadi bawahannya. Tiga orang tersebut adalah guru senior di SMP Negeri 2 Kepil yaitu, Ibu Ruti Sumarni, M.Pd., Bapak Widodo, S.Pd. dan Bapak Satiyun, S.Pd. Sebagai tokoh besar di kabupaten Wonosobo, sikap yang ditunjukkan beliau ini sungguh sebuah tauladan yang sangat sarat makna, sebuah pembelajaran filosofi yang tidak akan diperoleh di buku apapun, tidak dapat disaksikan dalam sinetron atau film manapun. Bagi kami guru-guru muda dan masih yunior, ini adalah sebuah pelajaran yang sangat mahal. Bahwa guru tetaplah guru sampai kapanpun, bahwa guru tidak akan pernah bertukar posisi dimanapun, bahwa guru harus dihormati dan dijunjung tinggi walau sang mantan murid sudah jauh menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Sementara ini di luar sana banyak terjadi kasus murid menganiaya guru, orang tua melabrak dan merendahkan martabat guru dan kasus-kasus yang menjadikan guru pada posisi yang tidak dihargai oleh mereka yang tidak memiliki etika dan nurani. Memang, saat ini dunia pendidikan mengalami degradasi dan dekadensi moral, ditandai dengan menurunnya etika, hilangnya tata krama, dan meredupnya karakter utama yang harusnya dijunjung tinggi oleh para siswa. Banyak siswa yang kurang menghormati gurunya, banyak yang tidak menghargai gurunya, bahkan berani berkata tidak sopan di depan gurunya. Demikian juga dengan para alumni, beberapa dari mereka yang sudah lulus, kemudian melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, bekerja dan sukses menjadi pengusaha, orang penting atau pejabat, kemudian lupa dan atau berlagak lupa kepada gurunya. Mereka bersikap seakan mereka bisa sukses dan bisa hebat dengan sendirinya, tanpa andil gurunya. Memang benar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini banyak dikuasai oleh mereka yang lebih muda, hal ini kemudian sedikit banyak mengikis sensitifitas mereka sehingga mereka merasa jauh lebih hebat, lebih up-to-date, lebih mahir dan lebih pintar dari orang-orang yang pernah menjadi guru mereka.
Inilah istimewanya sosok inspiratif yang ada di SMP Negeri 2 Kepil, dengan jabatan yang tinggi, tangga karir yang terbentang luas namun pandai mengolah rasa, santun dan hormat kepada yang lebih tua, terutama kepada sosok yang pernah menjadi gurunya. Peristiwa sungkemnya seorang kepala sekolah kepada guru yang menjadi bawahannya ini benar-benar luar biasa dan sangat istimewa. Ini akan dicatat dalam sejarah dan menjadi fenomena yang bisa jadi 1001 cerita. Seorang kepala sekolah yang nama dan kiprahnya di tingkat kabupaten Wonosobo sudah tidak diragukan lagi, namun dengan rendah hati berkenan untuk jongkok sungkem kepada guru yang menjadi bawahannya. Ibarat pepatah "bak hujan di musim kemarau", sangat langka dan sangat jarang terjadi. Pelajaran yang utama adalah bahwa pangkat dan jabatan tinggi tidak harus membuat diri tinggi hati. Demikian juga kekayaan dan nama besar tidak harus membuat diri angkuh dan merasa besar. Sebaliknya kerendahan hati justru akan menaikkan derajatnya, kehalusan budi akan mengangkat martabat diri, kebijaksanaan dan kebesaran hati untuk menghormati mereka yang lebih tua akan semakin membesarkan namanya.
Kegiatan peringatan hari guru di SMP Negeri 2 Kepil sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam format yang sederhana namun sarat makna sejalan dengan spesialnya sosok guru dan peranannya bagi pendidikan. Diawali dengan pembacaan puisi bertema jasa guru, yang sangat menyentuh karya Ibu Rini Utami, S.Pd., yang ternyata sangat berbakat dalam membuat puisi dengan syair-syair yang sangat sarat makna. Dirangkai dengan beberapa kegiatan sekaligus, diantaranya pemilihan guru idola atau guru pavorit pilihan murid, diumumkannya hasil perlombaan antar kelas, meliputi baris-berbaris, tata upacara bendera dan kebersihan kelas. Khusus untuk lomba kebersihan kelas bagi pemenangnya mendapat piala bergilir dari sekolah, dan kelas yang menjadi pemenang lomba kebersihan kelas adalah kelas 8A yang wali kelasnya Ibu Dra. Ratna Yuli Sungkayati. Sementara itu sosok guru pavorit pilihan murid adalah 1) Ibu M.I. Isti Supriyanti, S.Pd., 2) Ibu Ruti Sumarni, M.Pd., dan 3) Bapak Edi Wineto, S.Pd. Selamat kepada semua pemenang dan selamat kepada Bapak Ibu guru yang menjadi idola siswa.
Berikut beberapa gambar yang bisa melengkapi situasi spesial hari guru di tahun 2019 ini.
Sebagai akhir tulisan ini, marilah kita maknai hari guru ini dengan penuh syukur, kita sadari bahwa siapapun kita saat ini ada peran dari guru-guru kita. Jika kita seorang guru, kita tidak harus merasa besar akan jasa-jasa kita, jika kita menjadi pejabat maka tidak harus merasa hebat, demikian juga dengan posisi atau pekerjaan apapun kita tetaplah harus mengingat jasa guru. Jika kita sosok muda yang kelihatannya pandai, hebat dan piawai, maka kita harus tetap menjaga diri untuk menaruh hormat, untuk tetap rendah hati, bahwa bagaimanapun adanya para guru-guru kita jauh lebih hebat.
Berikut beberapa kata yang mungkin bisa menjadi catatan di hari guru tahun ini, sebagai bentuk ungkapan penghormatan kepada mereka, bapak ibu guru "pahlawan tanpa tanda jasa", yang pernah menorehkan sejarah dalam kehidupan kita.
- Sosok guru tak akan pernah tertukar apalagi tergantikan, jasa mereka tak pernah terbayarkan walau sebanyak apapun uang yang kita berikan. Maka jagalah silaturahmi dengan mereka, jalinlah komunikasi dan perlakukan mereka dengan sebaik-baiknya.
- Sosok guru selamanya tetaplah guru, walau sudah tidak aktif, tidak bertugas atau pensiun sekalipun. Ilmu yang pernah disampaikan kepada siswanya selamanya akan tercatat sebagai saham kebaikan bagi muridnya. Maka sekali waktu kunjungilah jika jaraknya memungkinkan, sempatkan waktu untuk silaturahmi, dan rasakan betapa mereka akan merasa sangat bahagia karena merasa masih dihargai.
- Doa guru, saat mengajar tanpa kita tahu ada doa kebaikan untuk muridnya, untuk kesuksesan masa depan muridnya. Maka sesekali selipkan doa kebaikan bagi mereka, doa untuk kesehatan mereka dan doa untuk kebahagian dunia akhirat mereka. Inilah beberapa hal yang mungkin dapat kita lakukan sebagai wujud penghormatan atas jasa dan kebaikan guru-guru kita, semoga Alloh memuliakan dan menjaga mereka dalam perlindungan dan rahmat-Nya, Aamiin.