Jika melihat siswa yang menjadi amanah bagi kami, ada setumpuk asa, ada segumpal cita-cita, ada segunung keinginan untuk sebuah kebersamaan, sebuah kemuliaan.
Namun tercecer juga seonggok rasa ragu, secuil rasa cemburu dan beberapa butir rasa malas jika menyaksikan kondisi yang susah untuk di ajak mengerti. Susah untuk bangun, berdiri dan berlari. Lebih suka duduk santai, berselimut dan menikmati semua makanan dan minuman yang sudah tersaji - walau tanpa beranjak dari tempat duduk sekalipun.
Untuk sekedar mengisi, sekedarnya jari-jari ini mengajak menyentuh dan memencet tombol keyboard laptop usang yang telah lama menemani. Beberapa agenda dan judul sudah tersusun, namun berat rasanya untuk menuliskan, ada kendala yang sulit diungkapkan, yang hanya dapat tergambarkan lewat sajak lepas tanpa batas ini ...
Banyak yang hendak dituliskan, namun terasa berat untuk meneruskan
Ada banyak hal yang perlu dibenahi, namun siapa yang bisa diajak berdamai
Ada banyak perkara yang belum tuntas, namun siapa yang berani membahas
Ada banyak beban menyesak di kepala, lalu pada siapa hendak berbagi rasa
Dan banyak asa mengumpul di dada, masih adakah yang bisa jalan bersama
Tak banyak yang bisa dilakukan
Tak banyak yang bisa diperbuat
Tak banyak yang bisa dipikirkan
Tak banyak yang bisa diselesaikan
Hanya sajak tak teratur ini
Masih adakah yang peduli ...
Masih adakah yang mau berbagai ..
Benar apa kata salah satu guru dalam komentar beliau di beberapa bagian tulisan di web ini;
Menuju perubahan untuk menghasilkan "sesuatu" yang lebih baik memang tak semudah "mengaduk tepung dalam air". Apalagi ketika kita berada pada kondisi yang menurut kita "sudah nyaman, sudah enak, sudah sesuai". Sekedar beranjak pun kadang terasa sulit.
Fokus pada diri sendiri, artinya urus diri sendiri sebelum mengurusi orang lain. Perbaiki diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain.
Sebenarnya sangat ingin untuk melanjutkan, yah walau hanya sekedar esay berbentuk tulisan yang tak berharga, yang tertulis tanpa tata bahasa. Namun menjadi teramat berat, karena merasa hanya berjalan sendiri, dan terasa kecil sekali dampaknya dan amat lambat perubahannya, serasa gak ada yang bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah ada. Apakah salah idealisme dan harapan ini. Mungkinkah yang terbaik cukup diam saja, karena memang begini adanya. Dimana yang salah.Memang benar Pak Mar, kebaikan itu akan tetap menjadi kebaikan. Laksana pohon yang buahnya akan terasa manis sampai kapanpun. Dan betapa nyamannya hidup dalam sebuah lingkungan yang saling mengingatkan untuk berbuat baik dengan istiqomah. Tentunya itu dimulai terlebih dulu dari pribadi dan keluarga kita. Memang terkadang tak semudah membalik tangan. Dengan hal hal kecil dan sederhana akan menjadikan kebiasaan yang baik dan bermanfaat dalam hidup bersosial dengan orang lain.
Setelah banyak membaca kisah orang-orang hebat bisa menguatkan hati. Bahwa mereka bisa menjadi hebat bukan terjadi dengan sendirinya, semua dijalani dengan rangkaian yang panjang dan penuh liku, dengan perjuangan yang banyak membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran. Inspirasi kebaikan mereka bisa menjadi lentera bagi siapa saja untuk menjadi lebih baik, lebih baik dari sebelumnya. Membaca kisah mereka hati ini kemudian tambah kuat dan semangat bertambah, semoga .<777>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar