Kita turut bersyukur dan ikut bahagia atas karunia teman kita di atas. Terlebih lagi untuk diri dan keluarga kita sendiri, kita musti banyak bersyukur kepada Alloh atas nikmat yang kita terima hingga hari ini. Bukankan teramat banyak yang telah kita terima, yang tak terhitung jumlah dan nilainya, mulai dari kesehatan, pendidikan, kekayaan, pasangan hidup, keturunan dan keluarga, serta kepercayaan dan pandangan baik dari masyarakat. Gambaran teman kita di atas adalah bentuk karunia yang diberikan atas perjuangan yang telah dilakukan selama ini. Betapa sang suami berjuang membahagiakan istri, demikian pula istri berjuang membahagiakan suami. Kata bahagia di sini tidak harus berarti "puas", karena bunyi kalimat, arti dan persepsi maknanya akan berbeda. Bahagia di sini adalah bahagia dalam arti yang lebih luas. Kata kuncinya SALING BERBAGI, berbagi rasa, berbagi masalah dan berbagi bahagia, susah senang dirasakan bersama, seperti syair lagu dangdutnya Yani-ta Bahar.
Tulisan ke-4 dalam tajuk lentera hikmah ini terinspirasi dari beberapa tayangan Kick Andy yang berisi perjuangan seseorang yang sangat gigih dalam menyelesaikan pendidikannya. Mereka harus bersusah payah dalam kondisi yang sangat terbatas, jauh dari orangtua dan sanak saudara, mencukupi kebutuhan pendidikan juga kebutuhan hariannya yang sering sangat ala kadarnya. Namun dibalik kekurangan bekal finansial yang ada pada dirinya, ia masih sempat memikirkan dan mampu memberikan perhatian dan bantuan bagi orang-orang di sekitarnya. Sebut saja Angga Dwituti Lestari dari Sleman yang menjadi lulusan terbaik UNS Solo pada 14 Juni 2014 lalu dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3.98. Yang kedua Mochammad Najmul Afad dari Batang yang juga lulus Cum Laude dengan IPK 3.87 dari UNES Semarang. Disamping hebat karena prestasinya yang istimewa, ternyata keduanya mempunyai sifat kepedulian yang tinggi - mereka aktif di kegiatan mahasiswa di kampus, mengajari anak-anak TPA mengaji dan membina karang taruna di lingkungannya. Sifat peduli, saling mengisi dan mau berbagi inilah yang menjadikan mereka istimewa.
Apa yang terjadi di dunia kerja, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan situasi di bangku sekolah atau bangku kuliah. Prestasi kerja yang meliputi produktifitas, kreatifitas dan kredibilitas sangat bergantung dengan semangat juang dalam belajar - belajar berkomunikasi, belajar bersosialisasi, belajar berkreasi, belajar ber-inovasi dan belajar bekerja untuk menghasilkan karya yang terbaik. Di sini dibutuhkan semangat juang, kesabaran, keuletan dan ketangguhan - karena situasi dan kondisi selalu dinamis, tidak selalu baik, tidak selalu sama dengan harapan, tidak tetap dan selalu berubah seiring waktu dan keadaan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan bersosialisasi, beradaptasi dan berkomunikasi. Kemampuan untuk bisa Saling Berbagi sangat dibutuhkan dalam situasi kerja kapan pun dan dimana pun. Sifat egois dan mementingkan diri sendiri harus dapat dilebur untuk kepentingan bersama karena berada dalam sistem kerja yang multi personal.
Kendala terbesar yang biasa terjadi dalam suatu masyarakat, komunitas, organisasi atau dunia kerja adalah adanya sifat Adigang, Adigung, Adiguno. Sombong karena merasa memiliki kekuatan, kedudukan dan kepandaian atau latar belakang lainnya. Merasa besar, merasa benar, merasa hebat, merasa mulia, merasa senior dan semua hal terkait dengan merasa lebih dari yang lain akan menjadi kendala dan hambatan untuk bersosialisasi dalam masyarakat yang multi personal dan multi kultural. Merasa paling penting dan harus diutamakan, merasa tinggi dan harus dimuliakan, merasa besar dan harus mendapat sesuatu yang lebih dari yang lain. Lembah manah, merasa bersalah dan mau mengalah adalah sifat yang sangat sulit untuk dilakukan. Imbasnya akan mempengaruhi komunikasi, kondisi dan situasi dalam dunia kerja dan masyarakat. Sedangkan kendala berikutnya adalah keadilan sangat yang sulit ditegakkan. Oleh karenanya keadilan ditempatkan di sila terakhir (kelima) dalam pancasila. Saking sulitnya maka dalam hadist dijelaskan balasan istimewa berupa perlindungan di akhirat pada urutan pertama adalah pemimpin yang adil. Keadilan tidak bisa terjadi dengan sendirinya, karena sering kalah oleh berbagai kepentingan, yang biasanya didominasi oleh sifat Adigang, Adigung dan Adiguno di atas. Makanya keadilan harus diupayakan, harus didukung, harus diperjuangkan dan dikawal oleh mereka yang masih peduli dengan keadilan.
Saat ini kita berada dalam perjalanan menuju akhir waktu - waktu belajar, waktu bekerja dan waktu hidup. Yang sekolah atau kuliah tak akan selamanya belajar di kampus tempat belajar saat ini, Yang menjadi pejabat dan menyandang pangkat tak akan seterusnya menjabat dan berpangkat seperti saat ini. Demikian juga yang bekerja juga tak selamanya bekerja di tempat bekerja saat ini, suatu saat bisa jadi pergi karena pindah atau mutasi, pensiun atau hal lain yang diluar kemampuan manusiawi. Suatu saat bila kita sudah tidak di sini lagi, maka yang tersisa adalah kenangan bahwa kita pernah ada disini, dengan segala catatan tentang kita. Catatan tentang kita itulah yang mustinya kita pikirkan, kita perhatikan dan kita renungkan. Kelak, bekas siswa-siswa kita, bekas teman-teman kerja kita dan masyarakat sekitar bekas kantor kita bekerja akan memiliki catatan berupa tulisan yang tak pernah bisa dihapuskan tentang kita. Kita yang baik dan bijaksana, yang ramah dan pemurah, yang santun dan lembah manah akan tercatat dan terpatri kuat dalam hati mereka. Begitu sebaliknya kita yang angkuh dan sombong, yang dengki dan iri hati, yang malas dan keras kepala, yang cabul dan tidak senonoh, yang matre dan mau menang sendiri dan berbagai atribut buruk lainnya juga tercatat kuat dalam memori orang-orang yang pernah bersama dengan kita. Cap dan stempel tentang perilaku kita selamanya akan ada dan sulit untuk dihapuskan dari hati mereka. Kita mau stempel yang mana ?
Di sini, di tempat ini kita tidak semata-mata hanya bekerja untuk mencari dan mendapatkan uang. Sekali lagi bukan semata-mata karena uang, karena kalau hanya karena uang maka akhirnya semua jalan bisa ditempuh, semua tatanan bisa diterjang, semua teman bisa dilawan untuk satu tujuan, uang. Di tempat ini kita bisa menambah wawasan, menambah saudara dan menambah amal kebaikan. Kita bisa sama-sama belajar, sama-sama bekerja, sama-sama berbagi rasa, sama-sama berbagi ilmu dan pengalaman. Oleh karena itu alangkah lebih baik bila dalam banyak hal kita bisa saling berbagi. Dalam hal-hal yang menyenangkan, membahagiakan, syukuran, makan-makan bahkan pekerjaan akan lebih bermakna bila kita berbagi. Demikian juga untuk hal yang berbentuk permasalahan, hambatan dan tantangan akan terasa lebih ringan bila diselesaikan dengan cara berbagi.
Tak mudah memang untuk menyadari kekurangan dan kesalahan diri, terasa berat memang untuk bisa mengoreksi diri dan menilai diri sendiri, terlebih sulit lagi untuk bisa merubah perilaku diri. Namun bila masih memiliki rasa empati untuk bisa merasakan yang dirasakan orang lain, dan masih bisa berfikir bahwa keadilan dan kebersamaan adalah lebih utama, maka semuanya akan bisa mulai dilalui dengan tenang, sabar dan penuh kedamaian. Intinya diperlukan kedewasaan - kedewasaan dalam berfikir, kedewasaan dalam bersikap dan kedewasaan dalam bertindak - agar tidak memunculkan kesan bahwa kita hanya mencari keuntungan pribadi dan di lain pihak merugikan orang lain. Marilah kita wujudkan situasi yang nyaman di lingkungan kerja, di masyarakat dan di berbagai kegiatan lainnya. Selamat beraktifitas, semoga sukses - Amin. <31040-72>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar