text

Selamat Datang di Blog SMP N 2 Kepil Wonosobo ... Sekolah SEJUTA IMPIAN, ... Awali Suksesmu Dari Sini ... Mulailah segala sesuatu dengan BISMILLAH ...

Jumat, 30 Oktober 2015

Inovasi -3 : Membuat Konsep Baru yang Lebih Baik - Pentingnya Sebuah Konsep

Alhamdulillah, tulisan seri inovasi yang ke-3 sudah bisa kami selesaikan. Sedikit kami cuplikkan bahwa pada tulisan seri inovasi yang pertama mengangkat tentang urgensi inovasi bagi pendidikan, kemudian dilanjutkan seri yang ke-2 yang mengambil tema tentang keutamaan memiliki karakater / jiwa yang baik sebagai bekal dasar untuk bisa melakukan inovasi. Sebagai seri lanjutan, maka pada tulisan seri ke-3 ini kami akan menguraikan pentingnya konsep baru dan bagaimana kita harus mempersiapkan konsep dalam proses inovasi, khususnya dalam pembelajaran bagi siswa. Tulisan ini keluar pada saat yang tepat karena bersamaan dengan dikirimnya 5 guru SMPN 2 Kepil dalam pelatihan USAID yang memang bertujuan untuk menjadi guru yang inovatif dan kreatif sehingga sangat mendukung tugas guru mulai dari persiapan hingga dalam proses pembelajaran.

Pertengahan tahun 95-an ketika kami awal-awal belajar di fakultas teknik UNY saat itu ada anekdot (kelakar) tentang sebuah jurusan di perguruan tinggi yang terasa lucu, yaitu jurusan "Sastra Nuklir". Jika jurusan itu bernama Teknik Nuklir, kemungkinan besar menjadi jurusan yang sangat bagus, karena ada kata teknik, yang pada saat itu jurusan teknik adalah salah satu jurusan yang dianggap pavorit, dan kata nuklir, yang merupakan ilmu yang sangat langka dan modern. Namun karena ditempel dengan kata sastra maka kemudian maknanya menjadi berbeda. Anekdot "Sastra Nuklir" lebih mendekati arti sebagai jurusan ilmu nuklir yang banyak mengarang, tanpa laboratorium memadai dan jauh dari teknologi. Inilah gambaran sebuah jurusan yang dibuat tanpa konsep dan persiapan yang memadai, sehingga terkesan asal jalan, asal ada (sangat apa adanya) dan cenderung jauh dari sasaran kualitas. Hal ini yang beberapa waklu lalu marak terjadi di "perguruan tinggi abal-abal" yang kemudian menjadi latar belakang dibekukan operasionalnya oleh kementerian dikti dan riset.

Dalam dunia properti (pembangunan rumah) dikenal berbagai macam jenis dan kategori rumah, yang dalam istilah arsitektur sering dikenal dengan nama model minimalis, klasik, mewah, modern hingga kontemporer. Jika seseorang mau membangun atau membuat rumah, maka yang paling mendasar adalah adanya gambar rencana dalam bentuk desain atau denah. Gambar rencana meliputi ukuran rumah, jumlah lantai, jumlah kamar dan tata letak yang akan menentukan detil gambar rencana pondasi. Gambar rencana harus jelas. Jika gambar rencana tidak jelas, apalagi tidak konsisten maka akan menyusahkan bagi tukang batu, tukang kayu dan pekerja yang terlibat dalam pembangunan rumah tersebut. Tidak boleh merubah ukuran ruang ketika pekerjaan sudah berjalan 50 %, karena akan berdampak pada banyak hal yang lain. Maka di sinilah peran dari sang arsitek, dia harus benar-benar membuat desain atau rencana gambar yang fix, up to date, dan telah dipastikan cocok dengan keinginan yang akan menempati rumah tersebut. Biasanya dalam proses persiapan desain seorang arsitek harus banyak berkomunikasi dengan calon pemilik rumah. Kesiapan konsep yang matang akan menjadi patokan dan menentukan keberhasilan sebuah kegiatan.

Konsep semakna dengan tema, alur dan gambaran singkat tentang rencana suatu kegiatan atau pekerjaan. Konsep dapat menjelaskan secara gamblang sebuah pekerjaan besar dan menguraikan tiap-tiap bagian secara detil. Sebuah konsep bisa diurai dalam bentuk sekuel-sekuel yang terperinci yang walau secara singkat namun dapat menjelaskan hingga bagian terkecil. Bagi guru, mungkin ada yang bertanya "Mengapa, apa perlu membuat konsep sendiri, kan sudah ada RPP, sudah ada silabus. Apa harus mengganti semua RPP, Silabus dan kelengkapannya ? Seperti kurang kerjaan saja. Tentunya bukan seperti itu bentuk inovasinya, mari kita coba urai bersama-sama.

Konsep baru dalam persiapan dan pelaksanaan pendidikan di kelas bukan untuk meniadakan perangkat yang sebelumnya telah ada. RPP, Silabus dan kelengkapan lainnya merupakan administrasi dasar yang tetap harus ada. RPP dan Silabus adalah perangkat administrasi yang sudah baku, bentuk dan hirarkhinya sudah ditentukan dari pusat yang memiliki kewenangan penuh atas kebijakan pendidikan. Namun selebihnya untuk urusan materi, konten (isi), muatan (lokal dan sentral), teknik dan yang berkaitan dengan penerapan di kelas menjadi kebijakan otonomi tiap sekolah, masing-masing individu guru di kelas. Nah, kehadiran sebuah konsep baru merupakan kebutuhan untuk menjadikan  RPP, Silabus dan kelengkapan lainnya menjadi sesuatu yang hidup, sesuatu yang dinamis dan selalu berkembang seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman.

Jangan berfikir terlalu ekstrim, jangan berfikir terlalu tinggi yang tak terjangkau hingga seakan konsep baru ini akan merubah semuanya, sama sekali bukan. Sederhana aja, konsep baru hanyalah bentuk penyegaran dalam pola pembelajaran agar selalu baru, up to date dan tidak kadaluarsa atau ketinggalan zaman. Bagaimana rasanya jika ketika seorang guru mengajar di kelas siswanya banyak yang tidur karena cara mengajarnya monoton (cerus/cerlu = ceramah terus/cerita melulu), atau materi yang diajarkan tidak menarik (karena tidak di update), atau metode CBSA yang tidak pernah berubah (cbsa = catat buku sampai abis). Bisa dibayangkan apa jadinya jika dalam pelajaran yang durasi 2-3 jam hanya diberi pengantar 15 menit, kemudian selebihnya acara bebas tanpa kendali yang terprogram karena kurangnya variasi metode pembelajaran, yang terjadi bisa diamati adanya siswa bosan, siswa belajar sekenanya, semaunya dan hanya menghabiskan waktu yang terasa sangat lama. Hal seperti inilah yang kami maksud dengan pembaharuan konsep. Artinya perlu dibuat dan dirancang sebuah konsep baru terkait berbagai cara, teknik, materi dan metode dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Konsep baru, bisa berbentuk rencana baru, namun bukan berarti keluar dari substansi inti. Pembuatan konsep baru ini sebaiknya dilakukan di awal semester sebelum pembelajaran di mulai, namun demikian bisa juga di sisipkan di tengah semester seiring dengan datangnya "ilham" yang mungkin bisa saja datang di tengah perjalanan. Konsep baru ini bisa dirancang berdasarkan analisis terhadap pola dan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Apa yang sudah baik, apa yang kurang dan apa yang sama sekali belum sesuai dengan harapan. Perlu juga kiranya dengan bijak dan berbesar hati untuk bersedia melihat, menyaksikan, membaca dan membandingkan dengan tempat lain, sekolah lain, guru lain yang lebih dalam hal kualitas, baik dari sisi prosesnya, inputnya maupun outputnya.

Tidak harus serta merta semua berubah, tidak juga harus frontal, bisa dimulai dari beberapa point penting atau beberapa sekuel utama, atau pada bagian tertentu yang dirasa sudah siap dan paham. Sebagai gambaran mungkin kita bisa memulai untuk memperbarui konsep dalam bentuk sebagai berikut :
  • Metode yang baru, pendekatan langsung kepada bentuk jadi, bentuk nyata dan bentuk yang dikenal sehari-hari. Metode ini yang pernah diterapkan guru matematika asal Purworejo, Bp Juli Eko Sarwono yang ternyata membawa hasil yang luar biasa dalam pembelajaran matematika, hingga membawanya tampil di Kick Andy dan beberapa acara televisi. Pelatihan USAID adalah kesempatan yang sangat bagus bagi guru untuk bisa belajar berbagai metode mengajar yang menarik dan menyenangkan. Saat ini 5 guru SMPN 2 Kepil yang mengikuti pelatihan USAID yaitu ; Bp. Edi Wineto, Bp Agus Yuswantoro, Ibu Ratna Yuli, Ibu Laras dan Ibu Zulaikho.
  • Bahan ajar yang baru, semisal membuat file presentasi. Semangat Bp Edi Wineto, S.Pd yang mau bertanya dan belajar bersama kami dalam membuat file presentasi (power point) perlu diacungi jempol dan bisa ditiru oleh guru yang lain. Bagaimana pun bentuknya, suatu karya hasil buatan sendiri akan lebih mantab dan meyakinkan dalam proses transformasi ilmu. Maka jangan takut berkarya, hasil yang baik hanya bisa diperoleh dengan tekun dalam berproses dan banyaknya pengalaman.
  • Alat yang baru, contohnya LCD Proyektor atau benda kerja. Melalui tayangan video atau gambar siswa akan lebih bisa melihat langsung benda sesungguhnya. Selain itu membawa barang asli, semisal peragaan langsung berbagai alat musik oleh guru mata pelajaran akan menambah khazanah dan kepercayaan siswa terhadap kemampuan dan kapasitas guru dalam proses transformasi ketrampilan seni dan budaya.
  • Teknik baru, semisal pembelajaran di luar kelas. Ibu Prihatin Handayani, S.Pd dan Ibu Rini Utami, S.Pd yang keduanya mengajar mata pelajaran IPA pernah melakukan ini, para siswa di ajak melakukan pengamatan dan penelitian tanaman di halaman adalah suatu langkah baru yang perlu dikembangkan secara lebih intensif dan terprogram.
  • Ide baru (gagasan kegiatan), semisal ide tentang "English Day" - ini yang sempat disampaikan Bu Yani Widayati, S.Pd. Ini ide bagus, konsep baru yang bagus yang harus bisa dimulai kalau ingin terwujud. Ide baru yang tak pernah dimulai akan menjadi ide yang kadaluarsa, dan terlambat dalam membuat perubahan. 
  • Tambahan baru (suplemen), semisal pelajaran gamelan, group band, paskibra, membuat aneka masakan, seni tari dan vocal group. Pemberian tambahan ilmu baru yang diajarkan secara intensif akan sangat memberikan warna dan ruh baru bagi kemajuan sebuah mata pelajaran. Suplemen ini bisa menjadi keunggulan yang merupakan ciri khas sekolah yang pada gilirannya akan mengangkat citra dan nama baik sekolah.
Masih banyak hal baik yang bisa disiapkan dalam membuat konsep baru dalam pembelajaran. Intinya semua berawal dari kemauan untuk memperbarui diri, untuk melakukan inovasi, menjadikan diri sumber inspirasi dalam pembelajaran bagi siswa di Sirandu ini. Kami yakin (kita), bila kita mau, insya-Alloh kita mampu. Sebagai pedoman dasar agar tidak terlalu menjadi bayangan yang menakutkan adalah "Bila sekolah lain bisa, mengapa kita tidak - bila guru lain bisa mengapa kita tidak". Guru-guru di sekolah lain yang sudah lebih maju adalah manusia juga, sama seperti kita. Artinya, mungkin saja kualitasnya juga sama dengan kita (tidak jauh berbeda), hanya masalah kesiapan mental dan kesadaran untuk menempa diri, mengasah visi dan memperbaharui misi untuk bisa menjadi pribadi yang siap memberikan yang terbaik untuk anak-anak negeri. Slogan "mengajar seadanya, sebisanya, semaunya dan ala kadarnya", atau menganggap mengajar sebagai kebiasaan "pekerjaan biasa sekadar memenuhi jam mengajar" alangkah baiknya dengan penuh kesadaran direvisi kembali.

Kuncinya pada kesadaran dan rasa peduli. Kesadaran bahwa guru / pendidik adalah pekerjaan mulia dan hanya akan mulia bila dilaksanakan dengan sepenuh jiwa raga. Peduli, kadang kita sangat peduli dengan anak sendiri, namun kurang peduli dengan anak orang lain yang menjadi anak didik kita. Jika secara pribadi tidak rela jika anak kita belajar di sekolah kurang bagus, kurang inovatif, dan kurang bermutu - maka sebagai guru kita harus berupaya untuk menjadi guru yang bagus, yang inovatif dan bermutu dengan ditandai tumbuh kembangnya semangat inovasi yang terus menerus dalam membangun sekolah untuk menjadi sekolah yang lebih maju. Kita tentu tidak ingin dikenal sebagai guru sastra penjaskes, sastra matematika, sastra IPA, sastra IPS, sastra seni budaya dan sastra lainnya, karena predikat sastra yang paling tepat dan menjadi hak sepenuhnya adalah jurusan bahasa. Sekian, sampai jumpa pada edisi berikutnya, inovasi -4. Selamat mempersiapkan diri untuk lebih maju, selamat beraktifitas, semoga sukses. <34580>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar