text

Selamat Datang di Blog SMP N 2 Kepil Wonosobo ... Sekolah SEJUTA IMPIAN, ... Awali Suksesmu Dari Sini ... Mulailah segala sesuatu dengan BISMILLAH ...

Sabtu, 20 Desember 2014

Manajemen -9 : Merasakan Hati Mereka, Mari Kita Bantu Ringankan Beban dan Kebutuhannya - Manajemen Keuangan, Membangun Empati dan Simpati

Tampak depan gedung SMPN 2 Kepil masih belum layak untuk dikatakan sebagai sekolah yang bagus. Trenyuh, menyentuh dan mengeluh. Sekilas tampak seperti PDAM, kotak penampung air. Sedianya pada lantai 2 sudah berdiri gedung megah dengan papan nama dan logo sekolah. Namun begitulah adanya. Memang, hidup bahagia dengan semua kebutuhan yang tercukupi adalah dambaan setiap anak, setiap orang tua dan siapa saja. Bagi yang sejak kecil terbiasa hidup senang, semua kebutuhan  tersedia dan semua keinginan terpenuhi, mungkin tidak akan bisa merasakan betapa kenyatan di luar sana masih banyak orang yang menderita. Namun ternyata tidak semua orang bernasib baik dan memiliki kesempatan dan kecukupan seperti yang diharapkannya. Inilah sumber ispirasi untuk memulai tulisan Manajemen -9 kali ini, tentang ekonomi, tentang keuangan sekolah.

Kita bisa simak jalan hidup seorang anak kecil kelas 1 SMP yang harus berperan menjadi orangtua. Tasripin adalah salah satu contohnya, dia harus mengurusi ketiga adiknya, memandikannya, menyuapinya, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. dia harus mengurus dan menyediakan makanan dan segala keperluan adik-adiknya. Sementara dia juga harus sekolah. Bisa dibayangkan betapa beratnya beban yang harus dipikulnya, betapa bertumpuknya masalah yag harus dipikirkan di kepalanya, betapa sesak dadanya merasakan himpitan kebutuhan hidupnya, sementara kedua orang tuanya tidak berada di dekatnya, sedang merantau mengadu nasib karena kondisi dan suratan nasib yang dialaminya. Bayangkan atau rasakan jika itu terjadi pada diri kita, anak kita atau orang terdekat kita. Kebetulan penulis benar-benar pernah merasakan hal yang sama ketika usia yang sama (1986).

Senada dengan Tasripin, di SMPN 2 Kepil demikian juga adanya, ada bagian (personil) yang merasakan susahnya mengatur keuangan, sulitnya mencukupi berbagai kebutuhan. Ibu Sri Supami dan Bpk Ismain, S.Pd adalah salah satu dari mereka yang menjadi pribadi yang harus bisa berpikir dan berperan ganda. Beliau harus berpikir keras, bersabar sambil menahan diri agar bisa mencukupi banyak kebutuhan orang lain. Bisa jadi ketika dia berpikir keras, sibuk menata keuangan, kurang tidur, kurang makan, di sisi lain orang-orang yang dia pikirkan kebutuhannya tidur lelap, makan lahap dan tersenyum lebar ketika menerima santunan SPPD yang jumlahnya bisa melebihi batas maksimal yang harus dibayarkan. Itulah pekerjaan bendahara sekolah atau bendahara BOS di sekolah.

Manajemen keuangan antara sekolah swasta berbeda dengan sekolah negeri. Sekolah swasta yang bisa mengatur dan merencanakan sendiri tata kelola keuangannya, sehingga akselerasi bisa diatur sesuai analisa kebutuhan dan kebijakan. Berbeda dengan sekolah negeri yang harus mengikuti pola aturan yang lebih ketat dan terbatas, karena sudah ada PAGU (panduan penggunaan) untuk alokasi dana dari pemerintah. Ada sekolah swasta bisa memungut iuran dari siswa hingga ratusan ribu tiap bulan, siswa membayarnya dengan penuh kesadaran. Salah satu contohnya SMP Muhamadiyah 4 Yogyakarta, berdasarkan perhitungan besarnya biaya pendidikan di SMP Muhammadiyah 4 sebesar Rp 4,5 juta per anak per tahun. Dana tersebut tidak bisa dipenuhi dengan BOS yang diberikan pemerintah pusat sebesar Rp 575 ribu per tahun.
Maka kemudian harus ditambah dengan iuran dari siswa untuk mencukupi kebutuhan dana sesuai yang diperlukan. Namun demikian antara sekolah dan siswa (orangtua) sudah saling terbuka dan menyadari bahwa untuk suatu lembaga pendidikan yang mengedapankan mutu dan kualitas dalam layanan, ilmu, sarana yang memang sangat diperlukan oleh siswa dalam proses pembelajaran.

Uang  BOS  pada  kenyataannya  belum  cukup  untuk menyelenggarakan  sekolah.  Maka kemudian muncul BOS pendamping yang dianggarkan oleh peerintah daerah. Dengan kata lain, BOS belum   mampu   mencukupi   sepenuhnya   kebutuhan operasional  sekolah.  Di  berbagai  daerah  ada  bermacam reaksi  terhadap  kebijakan  pendidikan  gratis.  Dari  reaksi - reaksi  masyarakat  tampaklah  bahwa  ide  pendidikan  gratis masih   belum   dipahami   dengan   jelas   dan   benar   oleh masyarakat. Pendidikan  gratis  ditangkap  bahwa  siswa  tidak  lagi dibebani  dengan  bermacam-macam  biaya  mulai  dari  uang pangkal,  uang  sekolah,  uang  komite,  dan  buku  penunjang utama.

Peran serta masyarakat, dalam hal ini orang tua siswa sangat dibutuhkan. Pihak sekolah (guru dan pejabat sekolah) harus pandai dan jeli untuk bisa melihat sisi dan bagian mana yang bisa melibatkan siswa (orang tua) dalam pendanaan pendidikan. Tujuannya agar proses pendidikan bisa berjalan sesuai tuntutan standar mutu namun tidak harus menambah/mengambil dari anggaran sekolah yang lain. Contohnya praktikum IPA, Seni Budaya dan Prakarya, siswa membawa spesimen sendiri dari alam sekitar, sehingga tidak perlu anggaran pengadaan bahan yang jika diuangkan jumlahnya bisa ratusan ribu rupiah. Begitu seterusnya dalam mapel-mapel yang lain. Totalitas dari guru sangat diharapkan perannya dalam masalah ini. Jangan sampai terkesan guru tidak mampu. Guru harus mau belajar dan harus menguasai. Kalo siswa yakin gurunya mampu maka siswa akan senang dan siap diatur untuk aktif dalam pembelajaran.

Dari gambaran dan realita di atas, sekolah swasta bisa lebih maju dan lebih cepat dalam proses akselerasi kemajuan dan pemenuhan kualitas layanan pendidikan, karena dana bisa tercukupi dengan mudah dari iuran siswa. Sekolah negeri sekelas SMPN di kota juga bisa lebih maju baik dari segi sarana, layanan dan mutu. Lalu apakah kita sekolah kita ini akan begini terus. Siapa yang harus bertanggung jawab ? Siapa yang siap menjadi pioner dan pejuang untuk membangunkan panglima, punggawa, senopati dan prajurit yang merasa telah merdeka, dan menikmati hidangan kemerdekaan yang penuh dengan kenikmatan.

Kemajuan sekolah tidak bisa dibebankan pada kepala sekolah semata, karena kepala sekolah sangat terbatas periode masanya, sekian tahun sudah rolling dan bergeser ke sekolah lain. Justru pada pundak panglima, punggawa dan senopati yang tak lain para guru dan pejabat sekolah terletak kunci kesuksesan dan kemajuan sekolah itu berada. Memang sangat dibutuhkan pejabat / guru yang kompeten, yang berjiwa pejuang, yang berorientasi mutu, bervisi pada pelayanan. Bukan pejabat / guru yang berjiwa priyayi, yang maunya dilayani, dihormati dan dicukupi. Sangat dibutuhkan pribadi-pribadi yang jiwanya terpanggil untuk kerja bakti, ikut andil untuk mengabdi, siap melayani  yang ikut andil bisa memulai untuk membuat sekolah kita bisa berjalan lebih cepat, berlari dan berakselerasi untuk menjadi lebaih baik dalam segala sisi. Muda tua bukan pembeda, laki-laki wanita bukan kendala untuk sebuah perjuangan meraih cita-cita bersama.

P Yun, P Edi, P Wid dan P Aris sudah di depan, mari P Yus, P Bagus, P Fauzi kita siap kerja bakti. Pak Vendi, Pak Ronto jangan ditanya, sudah lebih dulu berlari. Demikian pula B Ruti, B Prih dan B Isti yang tak lagi mikir SPPD pengganti. Bapak/Ibu yang lain monggo nderek untuk andil dan berbagi, mari kita jadikan diri ini bagian dari proses kemajuan pendidikan di sekolah yang kita cintai ini. Semoga Alloh senantiasa meridhoi amal bakti dan pengabdian kita. (27111-501)

Kamis, 11 Desember 2014

Kurikulum 2013 Lanjut atau Tidak, SMP Negeri 2 Kepil Telah Siapkan Aplikasi Penilaian Kurikulum 2013, Walau Sederhana Namun Asli Buatan Randusari

Mendikbud Anis Baswedan memutuskan penghentian K-13, sebagian DPR menentang keputusan mendikbud, wakil presiden Jusuf Kalla ikut-ikutan menentang keputusan mendikbud. Namun sebenarnya yang paling merasa dapmpaknya adalah guru dan siswa disekolah. Di tengah belum pastinya nasib kurikulum pendidikan di negeri kita, Alhamdulilah, pihak sekolah telah menyiapkan aplikasi penilaian K-13 menjelang berakhirnya proses belajar mengajar (PBM) semester satu tahun pelajaran 2014/2015. Aplikasi ini murni buatan SMPN 2 Kepil, bukan bajakan atau kopian yang kemudian diganti label dan namanya saja.

Sekedar berbagi cerita, membuat aplikasi penilaian seperti itu tidaklah mudah, apalagi bagi seorang junior seperti kami yang berada di sekolah pinggiran ini. Awalnya seseorang harus paham OUTPUT / produk akhirnya seperti apa, harus paham bagaimana cara inputnya, paham bagaimana cara mengolahnya (dengan aturan yang berubah-ubah, terakhir permendikbud 104 tahun 2014), dan paham linknya agar entri nilai bisa saling terhubung dan terintegrasi, hingga akhirnya agar pada bagian akhir berupa antarmuka untuk wali kelas yang berupa tampilan rapot siap cetak. Itulah perencana, harus paham bagaimana awalnya, bagaimana akhirnya dan bagaimana bisa memahami dan membaca kemungkinan permasalahan yang akan terjadi pada para user (guru) dan cara mengatasinya.

Aplikasi ini menggunakan Ms. Office Excel sebagai basisnya yang tersedia link sel, link sheet dan link file. Belajar dari aplikasi A, sedot aplikasi B. jebol aplikasi C dan modifikasi aplikasi D. Termasuk bertanya dan konsultasi dengan orang laini yang lebih paham, bahkan kepada yang yunior sekalipun (dalam hal ini kami konsultasi pada Mas Budiyanto yang sangat paham tentang jaringan internet dan sistem security, beliau adalah mantan murid kami di SMK). Aplikasi sederhana ini benar-benar buatan sendiri, dengan niat untuk belajar, belajar untuk lebih tahu, lebih memahami dengan harapan bisa berbagi kepada teman sendiri. Sama sekali tidak ada niat untuk komersialisasi, karena memang tidak seharusnya untuk bersifat komersial di sekolah sendiri, pada teman sendiri. Miris melihat ada orang yang berani menjual dan mengkomersilkan aplikasi yang bukan buatan sendiri, hanya hasil download yang dimodifikasi, diganti nama dan notasi. Pembajakan kalau istilah Pak Edi dan Bu Rini

Harapan kami ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman satu sekolah, bahkan mungkin sekolah-sekolah yang lain untuk bisa berkarya sesuai bidang masing-masing. Jangan berfikir materi apa yang akan diterima, hasil apa yang akan didapatkan, keuntungannya berapa, hitungannya bagaimana. Kalo dihitung-hitung tidak bakal ketemu. Semisal dihargai Rp 100.000,- maka itu tidak akan sepadan dengan kerja dan pemikiran yang harus lembur puluhan malam. Sebaliknya kalau diharga Rp 200.000,- maka juga tidak untung bagi sekolah karena karya tersebut teramat sangat sederhana dan tak layak dikomersialisasi. Aplikasi itu dibuat semata-mata bentuk upaya pemenuhan kinerja dan pengabdian, dan sama sekali bukan untuk tujuan mendapatkan keuntungan materi. Dengan karya sederhana itu kami mendapatkan banyak sekali manfaat antara lain kepuasan belajar hal-hal baru, kepuasan berimajinasi dalam lautan ilmu, pemahaman, serta pengalaman yang diperoleh, Hal ini adalah kesempatan dan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Salah besar kalu setiap gerak kita, langkah kita harus dihitung untung berapa, rugi berapa. Jangan sampai seperti pepatah Jawa "OBAH MAMAH", setiap aktifitas minta dihargai dengan materi. Rejeki adalah urusan Alloh, dan Alloh tak akan pernah salah memberikan rejeki pada siapa yang dikehendaki-Nya.

Akhirnya kami mengajak semuanya, mari kita tingkatkan kinerja kita dengan semangat ibadah dan ikhlas karena Alloh semata. Mengutip pepatah seorang motivator "Hukum kekekalan energi", kalau kita kumpulkan energi positif sama saja kita menabung energi positif. Energi positif itu adalah karya kita, sodakoh kita, senyum kita, kasih sayang kita dan segala kebaikan dari diri kita. Cepat atau lambat kita akan menuai hasilnya. Sebaliknya segala keburukan dari kita ; sikap kita, kerja kita, ucapan kita bahkan materi yang kita dapatkan yang seharusnya bukan hak kita adalah energi negatif yang taka akan pernah hilang, suatu saat energi negatif akan kita petik dalam berbagai bentuk negatifnya ; sakit, susah, galau dan sebagainya, tidak hanya pada kita namun bisa sampai anak cucu kita. Selamat berkarya mengumpulkan energi (26735)

Senin, 08 Desember 2014

Manajemen -8 : Mengelola dan Menggunakan Sarana Untuk Kemajuan Siswa - Manajemen Sarana-Prasarana, Semangat Melayani, Bukan Untuk Menguasai

Tema tulisan ini terinspirasi paparan DAHLAN ISKAN, sang menteri BUMN pada era presiden SBY. Hal ini ditunjukkan oleh sikap, pemikiran dan kinerja beliau ketika beberapa kali melakukan sidak di kantor BUMN yang menjadi bawahan dalam departemennya. Salah satu fokus yang pertama kali menjadi sasaran sidaknya (inspeksi mendadak) adalah TOILET. Kenapa toilet ?

Menurut pak menteri BUMN (saat itu) kinerja manajemen bisa diukur dengan mudah dari hal yang sepele, toilet. Toilet merupakan tempat yang dianggap paling belakang dan tersembunyi. Namun justru dari sanalah akan nampak pengelolaan manajemen instansi / lembaga / kantor tersebut. Karena kalau toilet yang berada di tempat yang berada di belakang dan tersembunyi ternyata kondisinya bersih, rapi, nyaman pastilah pada bagian lainnya akan lebih rapi, lebih bersih dan nyaman.

Toilet kotor, tidak terawat dan bau adalah pemandangan yang lazim ditemui pada banyak kantor / instansi / lembaga termasuk sekolah. Tak jauh beda dengan BUMN, sekolah-sekolah pun demikian adanya. Namun ada kenyataan bagus di suatu sekolah di lereng gunung Dieng yang sangat baik pengelolaan toiletnya. Toliet banyak tersedia di beberapa sudut tempat, dengan air persediaan yang memadai (mungkin karena tersedia air alami), kemudian untuk kebersihannya sudah dibagi dan diserahkan kepada kelas-kelas yang sudah ditentukan jadwalnya. Sehingga tidak ditemukan kondisi toilet yang kotor dan bau, apalagi toilet guru dan pegawai yang jauh lebih bersih, rapi dan terawat.

Manajemen Material-Machine, adalah tema tulisan kali ini. Dalam dunia sekolah sering disebut dengan Sarana dan Prasarana. Sarana prasarana sangat terkait dengan tiga hal pokok, yaitu 1. Pengadaan / pembangunan, 2. Penggantian / Perawatan, 3. Pemusnahan / pembuangan. Sepintas mungkin tidak begitu menarik, namun kalau bisa mengambil intinya akan sangat terasa betapa pentingnya pemanfaatan sarana dan prasarana dalam proses pendidikan. Kami tidak akan membahas tentang definisi dan klasifikasinya yang sudah banyak di jumpai di buku, makalah atau website dengan mudah. Namun kami lebih memilih untuk fokus pada sarana-prasarana, pemanfaatan dan pengelolaannya.

Di SMPN 2 Kepil, untuk urusan sarana-prasarana Bpk Edi Wineto, S.Pd adalah pawangnya. Beliau sangat ahli dan berpengalaman untuk urusan ini. Sulit untuk mencari orang yang sekaliber / sekelas beliau, sehebat dan seikhlas beliau untuk mengurusi bidang yang satu ini. Banyak sekali kemajuan dan peningkatan yang sangat signifikan terkait layanan sarana-prasarana. Pembangunan Mushola sekolah yang saat ini telah 80% selesai, pembenahan jaringan listrik di setiap ruangan, perbaikan toilet siswa, dan yang terakhir adalah penyediaan tempat parkir siswa di belakang sekolah disusul dengan banner kata-kata motivasi di dinding depan/luar tiap ruang kelas sekolah.

Senada dengan fenomena BUMN di atas, permasalahan terkait sarana dan prasarana di sekolah  ibarat pepatah setali tiga uang, serupa tapi tak sama. Hal itu hampir terjadi di setiap sekolah, dimana saja (kecuali yang sudah berfikir lebih maju). Masih juga dijumpai hal-hal yang dianggap sepele tidak tertangani secara baik, namun justru hal sepele tersebut yang menunjukkan betapa sistem penanganan masalah terasa belum optimal. Tanpa bermaksud mendiskreditkan siapapun, baik pejabat maupun perorangan, tulisan ini berlaku untuk semua. Satu hal yang penting untuk dicatat bahwa pada dasarnya semua sarana dan prasarana sekolah diperuntukkan untuk mendukung pembelajaran bagi siswa. Guru, karyawan dan juga siswa. Intinya untuk siapa saja yang terkait dengan pembelajaran bagi siswa. Terkait dengan itu ada beberapa hal yang mungkin perlu lebih diperhatikan dalam penanganan dan pengambilan keputusan terkait sarana-prasarana sekolah.
  1. Perencanaan waktu. Biasanya perencanaan dibagi menjadi tiga : jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Semuanya harus direncanakan untuk dilaksanakan sesuai tingkat kebutuhan. Untuk merencanakan ini tidak cukup dibuat seorang diri oleh pemangku sar-pras, harus melibatkan banyak pihak sesuai bidangnya masing-masing. Misal kebutuhan Lab IPA, guru olah raga, guru seni dll untuk turut membuat analisa perencanaan kebutuhan mereka. Bahkan sebaiknya setiap guru, setiap karyawan sebaiknya punya ide / gagasan untuk kebutuhan mereka, namun harus realistis dan tidak mengada-ada, dan tidak harus semua minta ke sekolah (misalnya pulpen, pensil atau penghapus ya tidak harus mengajukan proposal untuk pengadaan).
  2. Skala prioritas. Faktor inilah yang akan membedakan hal mana yang harus disegerakan dan mana yang bisa dipending pelaksanaannya. Skala prioritas bisa dilandasi beberapa faktor antara lain : - sesuai rencana, adanya stimulan pembiayaan dan emergensi/darurat. Untuk yang terakhir (darurat) secara otomatis bisa berubah menjadi urutan teratas untuk segera diselesaikan / ditangani, apalagi yang terkait dengan hajat hidup orang banyak.  Hal ini dimaksudkan agar tidak terkesan lamban dan tidak reaktif terhadap keadaan. Contohnya,jalan utama (lalu lintas keluar masuk sekolah) rusak, toilet rusak (tidak memadai, tidak layak), dan contoh lainnya haruslah segera dicarikan solusi untuk membenahi / merenovasi.
  3. Sediakan hak siswa terkait berbagai sarana yang tidak bergerak (misalnya gedung, kelas, ruang, taman, mushola, toilet dan lain-lain. Jangan dibiarkan terbengkalai tidak terurus dan ditunda-tunda penanganannya. Contohnya, toilet yang tidak layak baik dari segi bangunan maupun kelengkapannya, terlebih irigasi dan sanitasinya agar tidak berimbas pada kenyamanan pada saat pemakaian dan juga dampak lingkungan sekitarnya. Alhamdulilah SMPN 2 Kepil memilihi lahan dan tempat yang sangat luas dan memadai. Namun ada suatu sekolah di Kab Magelang yang tak memiliki halaman yang memadai untuk olahraga dan upacara, maka beberapa kebutuhan utama sekaligus tidak terpenuhi, inilah yang dimaksud tidak bisa memberikan kebutuhan dasar siswa.
  4. Berikan sepenuhnya yang menjadi hak siswa terkait sarana pembelajaran di sekolah. Alat peraga, alat laboratorium IPA, alat musik, alat olahraga hingga laboratorium komputer sesuai prosedur yang berlaku. Jangan sampai anak kesulitan untuk memanfaatkan alat tersebut karena kesalahan pemahaman guru. Alat, mesin, sarana yang rusak karena digunakan akan lebih berharga, lebih bermanfaat dan berguna daripada utuh karena tidak pernah dipakai.
  5. Pemanfaatan ruangan dan media. Banyak media / alat sekolah yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pembelajaran. Ruang OSIS, ruang media, ruang musik sampai mushola yang belum digunakan secara optimal. Contoh yang terkait media adalah LCD Proyektor, alat Lab IPA, alat Lab Komputer, alat olah raga yang belum digunakan semestinya, ini sama halnya tidak memberikan hak siswa untuk menggunakan dalam pembelajaran, dan ini sama halnya dengan alat yang tidak tepat sasaran.
Kami memiliki angan dan harapan bahwa beberapa waktu ke depan SMPN 2 Kepil bisa menambah beberapa toilet siswa pada beberapa sudut sekolah, ujung selatan timur dan barat. Untuk mengawali akan dibuat toilet guru dan ruang rehat darurat di ruang guru, agar privacy guru bisa terjaga dan lebih nyaman. Kemudian toilet TU di ruang depan yang sekaligus difungsikan sebagai toilet dan tamu dapat direnovasi dan tampil lebih menarik, rapi, bersih dan nyaman. Sehingga bila ada tamu datang, akan muncul kesan rasa nyaman dan menyenangkan.

Akhirnya, mari kita berbenah tanpa harus membaca siapa yang salah dan siapa yang benar, ini tanggung jawab kita semua. Pak Edi Wineto tak mungkin sanggup sendirian, beliau sangat membutuhkan masukan, bantuan ide dan pemikiran, serta peran serta kita semua dalam mengelola sarana prasarana sekolah ini. Mari benahi kebersamaan, persatuan dan kerjasama. Setiap kita punya andil yang besar untuk bisa membangun, mengelola dan memanfaatkan sarana prasarana sekolah untuk kemajuan dan prestasi siswa, kemajuan dan prestasi sekolah. Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi dan pemikiran pihak pemangku jabatan dan pengambil keputusan di sekolah kita. Selamat beraktifitas, semoga sukses. Sampai jumpa pada edisi berikutnya, budgeting .... (26630)

Jumat, 05 Desember 2014

Selamat Jalan Kurtilas - Beginilah Akhir Nasib Kurikulum 2013, Benar-benar Berakhir Tragis, Namun Inilah Jalan Yang Terbaik

"Selamat, selamat, bebas, merdeka," ucapan selamat yang pertama bagi sekolah yang baru melaksanakan Kurtilas (K-13) selama satu semester, akhirnya bisa kembali bernafas lega dan melanjutkan pembelajaran pada semester berikutnya dengan menggunakan kembali kurikulum 2006 / KTSP yang sudah dirasa cocok. Namun demikian masih ada beberapa sekolah di tiap kabupaten/kota, termasuk SMPN 2 Kepil yang harus menerima ucapan selamat yang kedua, "Selamat Berjuang dan Tetap Bekerja Keras bagi Sekolah Pilot", karena harus tetap melanjutkan pelaksanaan kurikulum 2013 yang sarat dengan masalah karena belum siap sistem dan berbagai hal, yang dengan bahasa gampangnya disebut belum matang - kurikulum setengah matang.

Berikut petikan yang kami ambil Jum'at malam pukul 22.00 WIB dari situs http://news.detik.com/read/2014/12/05/200449/2769275/10/mendikbud-anies-baswedan-putuskan-kurikulum-2013-dihentikan, secara lengkapnya demikian :

Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013. Penghentikan itu diterapkan bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013 selama 1 semester.

"Saya memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menetapkan satu semester yaitu sejak tahun pelajaran 2014/2015," kata Anies di kantornya, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (5/12/2014).
Anies menginstruksikan sekolah-sekolah itu agar‎ kembali menggunakan Kurikulum 2006 mulai semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Anies menegaskan bahwa berbagai konsep di Kurikulum 2013 sebenarnya telah diakomodasi dalam Kurikulum 2006.
"Jadi tidak ada alasan bagi guru-guru untuk tidak mengembangkan metode pembelajaran di kela‎s," kata Anies.
Selain itu, masih ada pula sekolah-sekolah yang sudah menetapkan Kurikulum 2013 selama 3 semester yaitu sejak tahun pelajaran 2013/2014. Sekolah-sekolah itu diharapkan tetap menerapkan Kurikulum 2013 dan dijadikan sebagai sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013.
"Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini dimulai proses penyebaran penerapan Kurikulum 2013 ke sekolah lain di sekitarnya," terang Anies.

Namun apabila ada sekolah yang keberatan menjadi sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013 dengan alasan ketidaksiapan dapat mengajukan diri kepada Kemendikbud untuk dikecualikan. ‎Sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 selama 3 semester ini jumlahnya 6.221 dari 208.000 sekolah (SD/SMP/SMA/SMK).
Kemudian, Anies juga memutuskan untuk mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud. Pengembangan Kurikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka pendek."Kemendikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap Kurikulum 2013 agar dapat dijalankan dengan baik oleh guru-guru," ucap Anies.
Anies juga mengatakan malam ini juga surat edaran kepada seluruh kepala sekolah di Indonesia akan disiapkan dan segera dikirimkan ke sekolah-sekolah tersebut.

Dengan demikian 6 SMPN di Wonosobo termasuk SMPN 2 Kepil kita tercinta harus mau dengan ikhlas ataupun terpaksa untuk tetap setia pada kurtilas. Enam SMP di Wonosobo yang ditunjuk sebagai pilot project yaitu ; SMPN 1 Wonosobo, SMPN 2 Selomerto, SMPN 1 Garung, SMPN 1 Mojotengah, SMPN 1 Kepil dan SMPN 2 Kepil harus tetap berjuang dengan sekuat tenaga, daya upaya dan penuh keyakinan untuk tetap mengawal dan melaksanakan Kurikulum 2013- wujud konsekuensi sekolah piloting project K-13. Selamat, selamat .... selamat malam. (26340)

Senin, 01 Desember 2014

Ulangan Umum Akhir Semester 1 - Tahun Pelajaran 2014/2015

Proses pembelajaran semester-1 tahun pelajaran 2014/2015 akan segera berakhir. Nampak panitia sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatunya agar kegiatan UAS nantinya bisa berjalan lancar sesuai yang direncanakan. Persiapan administrasi kepanitiaan, kelengkapan ruang ujian dan pengepakan soal ujian yang buatan lokal sekolah sudah 90% selesai. Secara umum soal berasal dari MKKS - yang pusat distribusinya di SMPN 1 Wonosobo. Adapun soal yang dibuat sendiri oleh sekolah adalah untuk mapel Seni Budaya, TIK dan Prakarya.

Berikut ini adalah pengumuman pemberitahuan terkait UAS / semester yang akan segera dilaksanakan.

Menurut jadwal yang dibuat berdasarkan kalender pendidikan, telah ditentukan bahwa UAS akan dilaksanakan serempak untuk SMP/MTs se Kabupaten Wonosobo.

UAS akan dilaksanakan mulai hari Jum'at, 5 Desember - 11 Desember 2014. Adapun jadwal dapat dilihat pada papan pengumuman atau pada masing-masing kelas.
Untuk UUKK tahun ini, seluruh kegiatan dilaksanakan atas komando dari Panitia yang telah dibentuk oleh sekolah dengan personalia sebagai berikut :

  • Penanggung Jawab : Drs. Kardan (Kepala Sekolah)
  • Ketua                    : Prihatin Handayani, S.Pd, C-M.Pd
  • Sekretaris              : Yosep Luhvendi, S.Pd
  • Bendahara             : Rini Utami, S.Pd
  • Anggota                : Sri Hartati, S.Pd                
Selamat belajar dan berusaha untuk mempersiapkan diri agar diperoleh hasil yang maksimal.