text

Selamat Datang di Blog SMP N 2 Kepil Wonosobo ... Sekolah SEJUTA IMPIAN, ... Awali Suksesmu Dari Sini ... Mulailah segala sesuatu dengan BISMILLAH ...

Kamis, 19 Januari 2017

Pola UNBK pada Ujian Nasional Tahun 2017, Tantangan Antara Asa dan Realita

Seperti telah kami tulis pada postingan pada awal Desember tahun 2016 yang lalu bahwa merujuk penolakan Wakil Presiden Jusuf Kalla terkait moratorium ujian nasional, maka tahun 2017 ini ujian nasional akan tetap dilaksanakan. Dalam pelaksanaan UN tahun ini tidak jauh berbeda dengan UN tahun 2016 yang lalu, yaitu melalui 2 sistem yang pertama adalah sistem offline dimana para peserta ujian akan mengerjakan soal dengan menggunakan lembar jawab komputer atau PBT (Paper Based Test). Sistem yang kedua adalah dengan sistem online atau yang lebih dikenal dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer atau CBT (Computer Based Test). Pada pola UNBK atau sistem CBT para  peserta ujian akan mengerjakan ujian langsung melalui komputer atau laptop yang terhubung dengan jaringan internet.

Untuk ujian nasional tahun 2017 ini sekolah yang menerapkan pola UNBK akan semakin banyak, hal ini dikarenakan ada himbauan dan kebijakan dari menteri tentang UN tahun 2017 ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sudah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 1 Tahun tentang 2017 tentang pelaksanaan ujian nasional 2017. Dalam SE tersebut, ujian diprioritaskan dengan sistem ujian nasional berbasis komputer (UNBK). Sekolah yang bisa ikut UNBK disarankan memiliki komputer 20 unit. Bagi sekolah yang belum menyediakan sarana prasarana sendiri, maka siswanya bisa mengikuti ujian di tempat pelaksanaan UNBK yang berada di radius 5 kilometer. Artinya, bagi sekolah yang belum memiliki laboratorium komputer yang memadai dapat mengikuti UNBK dengan cara menginduk pada sekolah lain yang memiliki sarana prasarana memadai, misal ke SMA atau SMK di lokasi yang terjangkau.

Ada banyak keunggulan pola UNBK ini, yang utama adalah dari segi integritas (kejujuran) maka pola UNBK ini sangat bagus dan mendekati sempurna, karena kemungkinan untuk mencontek jawaban teman sangat kecil, hal ini karena soal diacak oleh sistem sehingga jawaban untuk tiap peserta berbeda, yang kedua hemat kertas serta tidak harus menyediakan ruang ujian yang banyak. Di sisi lain ada kendala besar bagi sekolah yang masih terbatas sarana prasarananya, terutama yang berkaitan dengan laboratorium komputer yang terintegrasi dengan jaringan internet. Inilah kendala terberat dalam pelaksanaan UNBK, yang belum mempunyai laboratorium yang memadai berarti harus melakukan pengadaan komputer client, server dan perangkat kelengkapan jaringan internet untuk keperluan ujian on-line. Jumlah komputer client yang harus disediakan minimal 1/3-nya, karena dalam sehari hanya diperbolehkan dilaksanakan 3 shift . Artinya jika jumlah peserta 100 siswa, maka harus disediakan komputer client sebanyak 34 unit. Komputer client, sever dan perangkat jaringan sudah ditentukan spesifikasinya karena berkaitan dengan stabilitas dan kecepatan koneksi pada saat ujian berlangsung. Oleh karena itu, untuk tahun ini sangat dianjurkan (diutamakan) Ujian Nasional  berbasis komputer di peruntukkan bagi sekolah yang sudah memenuhi persyaratan yang sudah di tentukan oleh pihak penyelanggara dan sebelumnya sudah melakukan registrasi. Untuk lebih jelasnya berikut persyaratan untuk sekolah peserta Ujian nasional berbasis Komputer.

PERSYARATAN SEKOLAH PESERTA UNBK (UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER) TAHUN PELAJARAN 2016/2017
1. Tersedia petugas laboratorium komputer (minimal 1 proktor dan 1 teknisi);
2. Dapat menyediakan sarana komputer dengan spesifikasi (minimal) sebagai berikut:
a. Server (utama dan cadangan):
    1. PC/Tower/Desktop (bukan laptop)
    2. Processor Xeon atau i5
    3. RAM 8 GB, DDR 3
    4. Harddisk 250 GB
    5. Operating System (64 bit): Windows Server/Windows 8/Windows 7/Linux Ubuntu 14.04
    6. LAN CARD, dua unit
    7. UPS (tahan 15 menit)
    8. Jumlah server mengikuti rasio 1 : 40 (1 server maksimal untuk 40 client)
    9. Cadangan 1 server.
b. Client (utama dan cadangan):
    1. PC atau Laptop
    2. Monitor minimal 12 inch
    3. Processor minimal dual core
    4. RAM minimal 512 MB
    5. Operating System: Windows XP/Windows 7/Windows 8/LINUX
    6. Web Browser: Chrome/Mozilla Firefox/Xambro
    7. Hardisk minimal tersedia 10 GB (free space)
    8. LAN Card
    9. Jumlah client mengikuti rasio 1 : 3 ( 1 client untuk 3 peserta)
    10. cadangan minimal 10%.
    11. Headset/earphone (untuk ujian listening SMA/MA dan SMK)
c. Jaringan internet dengan bandwidth minimal 1 Mbps
d. Jaringan area lokal (Local Area Network – LAN)

Apapun pola ujian yang akan dilaksanakan, silahkan untuk menentukan pilihan sesuai kesiapan sekolah masing-masing. Tentu saja bukan sekedar mengikuti trend atau sekedar menutup rasa malu jika tidak ikut trend UNBK, namun yang lebih penting adalah kesiapan sekolah dalam berbagai hal. Pertama, kesiapan sarana dan prasarana menjadi faktor utama, sehingga tidak harus menginduk ke sekolah lain yang tentu akan merepotkan mobilisasi pesertanya, terutama jika di daerah yang sulit transportasinya. Kedua, kesiapan mental terkait pola UNBK yang soal dan jawabnya secara on-line, ini perlu kesiapan siswa dalam menggunakan IT terutama dalam ujian berbasis on-line, perlu banyak latihan agar terbiasa dan tidak menambah masalah baru. Ketiga, tidak kalah penting adalah kesiapan materi, penguasaan materi soal-soal ujian nasional, bagaimanapun inilah yang harus diutamakan.

Demikian, semoga masing-masing sekolah bisa mempersiapkan diri dalam segala hal, agar ujian nasional tahun 2017 ini bisa memperoleh hasil yang optimal sesuai yang diharapkan. Semangat teman-teman guru se nusantara, mari kita upayakan layanan pendidikan yang terbaik bagi calon-calon pemimpin masa depan. Selamat bekerja, semoga sukses.<61320-340>

Senin, 09 Januari 2017

Catatan Akhir Tahun 2016 - Spirit Perjuangan Guru Menapaki Tahun 2017

Banyak kejadian, banyak catatan dan kenangan tentang hal-hal yang dilakukan sepanjang tahun 2016. Banyak suka telah dirasakan, namun banyak pula duka dan luka semasa perjuangan dalam menjalani setiap fase kehidupan yang telah dilewati. Tak terasa tahun 2016 telah berlalu dan tahu-tahu telah berganti menjadi tahun baru 2017. Nuansa kemeriahan tahun baru begitu riuh melingkupi rasa, memenuhi segenap asa, walau secara hakikat tak banyak membawa perubahan yang berarti. Namun yang pasti, secara angka jumlah usia bertambah, dan jatah umur menjadi berkurang. Lalu apa yang sebenarnya harus dilakukan untuk menyongsong tahun baru agar tidak berlalu begitu saja tanpa ada dampak positif yang bisa memperbaiki pola kehidupan baru yang lebih baik. Niat dan semangat untuk berubah adalah hal paling utama, dan inilah modal awal yang berharga untuk menapaki kehidupan baru yang lebih baik di tahun yang baru. Inilah yang melatar belakangi tulisan pembuka di awal tahun 2017 ini.

Diawali dengan cerita pengantar kerja (bukan pengantar tidur), "Pada zaman dahulu, di suatu kampung di ujung negeri diceritakan ada warga baru yang terlihat istimewa, pandai, hebat dan berpengaruh. Hal itu membuatnya menjadi figur penting dan sosok panutan, seakan tak ada hal lain pada dirinya kecuali kebaikan. Banyak memberi kajian ilmiah, motivasi dan sentuhan rohani. Hanya saja kemudian muncul satu hal yang kemudian menyebabkan pamornya menurun, grafik kebaikannya juga menurun. Merasa paling benar dan paling pintar, merasa paling berilmu dan paling banyak tahu. Giliran berikutnya menjadi sosok yang selalu ingin didengar dan diikuti, ingin didepan dan dikedepankan dan ingin dianggap utama dan diutamakan". Kehidupan dalam masyarakat, lembaga atau komunitas bukan seperti panggung sandiwara atau sinetron pada layar kaca - menjadi pemeran utama yang serba sempurna. Wajah diri sesungguhnya adalah kehidupan dalam keseharian, kesesuaian kata dan perbuatan, semangat pengorbanan dan kebersamaan, saling mengisi dan melengkapi. Tak ada satupun jiwa yang sempurna, tak ada satupun orang yang bisa mencapai kesuksesan sendiri, dan tak ada manusia “superman” yang hebat, yang bisa bekerja sendiri, mengatasi segala hal secara sendiri.  

Cerita seperti di atas bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja, apakah guru, ustad, kyai, tokoh agama dan tokoh masyarakat, termasuk kita yang warga biasa. Suatu saat kita bisa terlihat hebat, terlihat kuat, terlihat rajin bahkan terlihat alim. Namun seiring waktu semangat bisa saja berkarat, motivasi bisa saja terurai dan rasa ikhlas bisa tergilas, mana kala kita lupa diri, saat kita tidak mampu menjaga diri kala kita tidak mau introspeksi dan mawas diri. Dengan sendirinya waktu akan menunjukkan siapa kita sebenarnya, yang kadang tak sebaik yang kita ceramahkan, tak sekuat apa yang kita motivasikan dan tak serajin yang kita sarankan. Bahkan bisa terjadi kita jatuh terpuruk, lebih buruk dari mereka yang pernah kita ceramahi, pernah kita motivasi. Mereka yang kemudian menjadi lebih rajin bangun malam bertemu Tuhannya, yang sholat subuhnya selalu di shaf terdepan, namun tak pernah bercerita tentang ibadahnya, tak pernah menunjukkan kebaikan-kebaikannya, sementara kita yang banyak berkoar-koar tentang ibadah, sunah dan hal lainnya, namun jamaah sholat subuh di masjid kita jarang kelihatan, padahal itulah tolok ukur iman yang sesungguhnya.

Tulisan ini hadir, sebagai jeda di antara tulisan seri bertajuk inovasi pendidikan yang saat ini baru sampai pada seri ke-6 dan tulisan seri ke-7 akan menguraikan tentang humaniora. Jujur, sebenarnya ada keinginan untuk segera menyelesaikan seluruh tulisan seri inovasi ini yang menurut gambaran awal berjumlah 12. Dan untuk berikutnya kami telah merencanakan akan menulis seri baru bertema Puzzle Energy, mengangkat tema komponen sinergi dalam komunitas sebagai aktualisasi bersama, semoga dapat kami mulai selambatnya pertengahan tahun 2017 mendatang. Sekedar berbagi rasa, mungkin tulisan-tulisan di website ini tidak bermanfaat langsung bagi pembaca pada umumnya, karena memang tema tulisan-2 di web ini secara khusus kami tujukan untuk pelaku pendidikan, yaitu pengajar, guru atau sering disebut sivitas akademika. Namun demikian penulis akan berupaya terus menuliskan apa yang ada dalam benak dan pikiran kami, dengan harapan suatu saat ada satu atau beberapa hal yang berguna dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Kembali ke tema jeda akhir tahun, waktu berjalan terus, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun dengan berbagai catatan kejadian setiap harinya. Kita bisa mengibaratkan 365 hari yang berlalu sebagai lembaran kain yang beraneka warna, ada yang putih bersinar cerah, ada yang berwarna paduan yang serasi dan indah, ada juga yang muncul bercak-bercak kotor, ada yang terlihat usang hingga pudar warna aslinya dan bahkan ada yang hitam gelap dan tak berbentuk. Oleh karena itu ada baiknya kita mencoba melakukan kilas balik tentang kerja dan kinerja kita, sikap dan perilaku kita, tentang kata dan ucapan kita, bahkan tentang ungkapan perasaan dan lintasan hati - yang telah dilakukan selama setahun berjalan.

  • Dalam karya, mungkin banyak karya-karya kita yang sukses, yang berguna, dan membawa kemanfaatan bagi diri, keluarga, teman kerja, tetangga dan masyarakat banyak. Namun, bisa dipastikan masih ada juga yang tercecer, tertunda, terbengkalai bahkan tidak tertangani dengan sempurna, karena lemahnya motivasi dan kurang tertatanya manajemen waktu dan tidak terjaganya rasa amanah terhadap tugas dan tanggung jawab pada profesi yang membesarkan kita.
  • Dalam bidang sosial, secara jumlah mungkin teman-teman kita semakin banyak, secara wilayah mungkin pergaulan kita semakin melebar dan semakin jauh jaraknya, bahkan dengan akun social media lingkup pertemanan menjadi tak terbatas jarak dan jumlahnya, kita bisa berteman dengan banyak orang walau belum pernah berjumpa dalam kehidupan nyata. Namun ternyata tidak serta merta memberi komtribusi yang baik, karena dengan itu bisa jadi kita justru mengabaikan teman-teman yang dekat, yang secara fisik lebih nyata dan lebih sering bertemu, namun terlewatkan karena rasa, sikap dan perilaku kita yang telah berubah.
  • Dalam ibadah dan aktifitas ruhiyah, bagi seorang muslim mungkin sudah banyak yang kita lakukan dan kita raih, sholat, puasa, zakat bahkan mungkin umroh / haji. Yang begini sangat patut untuk selalu disyukuri dan dijaga kontinuitasnya. Namun bisa juga terjadi yang sebaliknya, dimana dari waktu ke waktu kualitasnya semakin menurun, terutama saat ibadah hanya dilakukan asal-asalan, hanya sekedar membatalkan kewajiban. Hingga akhirnya ibadah dilakukan seakan sekedar amalan tanpa penghayatan, predikat tanpa hakikat.
  • Terakhir dalam hal kecerdasan dan kepandaian, secara angka mungkin termasuk kategori intelegensi tinggi, cerdas, brilian bahkan jenius. Namun bisa jadi kecerdasan yang hanya sebatas teori, kepandaian sebatas argumentasi dan kejeniusan sebatas pengakuan, karena hanya berorientasi kepentingan dan keuntungan pribadi. Kecerdasan, kepandaian, kejeniusan baru berarti dan berdaya guna jika dicurahkan dan dikembangkan untuk kepentingan sesama, kepentingan umum dan kepentingan negara. 
Walau tahu bahwa berfikir negatif tidak akan ada untungnya, sebaliknya akan banyak membawa kerugian, namun rasanya begitu sulit melepaskan diri darinya. Sikap pesimis, apatis, berprasangka buruk dan menganggap benar sendiri adalah penyakit kronis yang susah untuk disadari, terlebih untuk disembuhkan. Tak jarang kita malah membenci dan menutup diri dari nasehat, termasuk kepada orang yang memberi nasehat, hal ini karena kita merasa benar sehingga tertutup dari kebenaran yang sesungguhnya. Hanya jiwa-jiwa yang selalu mawas diri, yang banyak merenungi jati diri dan yang belajar memaknai hakikat hidup ini yang akan bisa keluar untuk melakukan intospeksi untuk perbaikan diri. Sadar bahwa kebaikan yang dilakukan sangat sedikit dan tidak sebanding dengan keburukan, kekurangan dan kelalaian yang telah dilakukan.

Guru bukan malaikat yang terbebas dari dosa, guru adalah manusia biasa yang bisa salah dan khilaf. Kekurangan dan kelemahan juga bagian dari profesi yang mulia ini. Tak mengelak dari itu, penulis sangat menyadari kekurangan itu, kelemahan dan kesalahan yang dilakukan hingga penghujung tahun 2016, oleh karena itu perkenankan kami menuliskan ini beberapa point berikut, dengan tujuan sebagai pengingat dan berharap dapat motivasi diri sendiri dan bagi pembaca semua menapaki jalan panjang berikutnya di tahun 2017 ini;
  1. Jangan takut susah, jangan takut menderita dan jangan takut berjuang. Mereka yang sukses dari tetes keringat dan kucuran darah jauh lebih berharga dibanding mereka yang sukses tanpa perjuangan. Mereka yang sukses setelah melewati masa sulit, merasakan susahnya menjalani rangkaian kehidupan yang penuh perjuangan akan lebih dewasa, lebih bijaksana dan lebih menghargai betapa sukses ini sangat luar biasa.
  2. Jangan mudah mengeluh apalagi terlalu banyak mengeluh, karena pekerjaan tidak akan selesai dengan mengeluh dan kehidupan tidak akan berubah hanya dengan mengeluh. Berpikir positif, jalani saja apa yang musti dijalani dan lakukan saja yang bisa dilakukan sepanjang baik dan membawa kebaikan.
  3. Jangan cepat berputus asa, jika selama ini telah bersabar - bersyukurlah telah mampu bersabar, jangan berhenti bersabar karena jika berhenti artinya hanya sampai di situ kelas dan kualitas kita. Tetaplah bersabar hingga kita dimenangkan karena kesabaran yang kita lakukan.
  4. Jangan lepaskan harapan dan impian. Jika selama ini telah berdoa, teruslah dan tetaplah berdoa hingga meraih sukses, bahkan jangan berhenti dan tetap berdoa ketika telah sukses agar tidak lalai dan lupa diri. Betapa banyak orang sukses akhirnya jatuh dan terpuruk karena lupa berdoa, lupa jati diri dan lupa hakikat diri.
  5. Jangan lepaskan kebaikan, sekecil apapun. Jika ada teman yang baik, yang mau memberi kita nasehat dan mengingatkan kita untuk kebaikan - sekali-kali jangan kita lepaskan, dia yang berani menunjukkan kesalahan dan keburukan kita demi kebaikan kita, pastikan dia teman baik kita. Jika ada kesempatan berbuat baik segera lakukan, karena waktu tak akan terulang dan kesempatan belum tentu berulang. Banyak orang merugi dan menyesalkan karena meremehkan kebaikan kecil dan menunggu kebaikan yang lebih besar yang tidak pasti kedatangannya.
  6. Jangan menyimpan dendam, jangan jadi notulis bagi kesalahan orang lain. Siapapun kita pasti pernah salah, pasti pernah khilaf, pasti memiliki kekurangan. Menyimpan kesalahan orang dan memupuknya menjadi dendam hanya akan semakin menjadi beban bagi diri kita sendiri. Kita akan menjadi sosok yang kaku dan tertutup, kurang bergaul dan susah bersosialisasi dan akan menjadi pribadi yang introvert dan selalu berprasangka buruk. Bila merasa salah mudahlah untuk meminta maaf dan akan lebih mulia bagi mereka yang memiliki hati yang mudah memaafkan.
Para programer di Microsoft Corp. sangat hebat, namun mereka tidak bisa bekerja sendiri dalam membuat OS Windows 10 dan MS Office 2016, bagaimanapun programer yang hebat itu nyatanya dibesarkan oleh keluhan dan masukan dari penggunanya. Begitu pula dengan perusahaan bonafid sekelas Astra, ia dibesarkan  oleh konsumen yang kritis melalui keluhan yang dijaring lewat bengkel Ahass, Nasmoco atau Auto2000. Demikian pula mereka yang menjadi besar dan dibesarkan di dunia pendidikan, mereka tidak "ujug-ujug" hebat dan besar tanpa masalah dan tantangan. Oleh karena itu, marilah kita menjadi pribadi yang terbuka, yang kritis, yang kreatif dan inovatit agar bisa memberi manfaat bagi teman-teman yang ingin menjadi lebih besar. Selanjutnya mari kita menjadi jiwa berlapang dada, yang tidak anti kritik, yang membuka seluas-luasnya kritik dan masukan untuk membesarkan diri, bukan untuk menjadi orang besar, namun menjadi orang yang berjiwa besar.  Menjadi sosok pribadi yang dikenal baik itu penting, namun lebih penting menjadi pribadi yang benar-benar baik, walau tidak dikenal, dan inilah kebaikan yang sesungguhnya.

Terima kasih teman-teman spesial di SMP Negeri 2 Kepil yang hebat, yang menginspirasi, yang selalu sabar dan suport untuk memajukan pendidikan di Kepil dan sekitarnya.  Mari jalankan amanah masyarakat ini dengan penuh dedikasi, penuh perjuangan dan penuh motivasi, mencerdaskan anak-anak bangsa yang kelak akan memimpin kita dan anak keturunan kita. Sebagian di antara mereka ada dari kalangan yang miskin, bahkan mungkin sangat miskin, yang tak pernah berfikir untuk mengganti sepatu lusuhnya, kaus kaki robeknya, atau tas yang telah rusak resletingnya. Kobarkan semangat juang mereka untuk belajar, agar mereka bisa menjadi insan pendidikan yang berkualitas, cerdas dan mau bekerja keras, karena hanya dengan pendidikan yang baik yang bisa merubah nasib mereka. Mantapkan diri untuk menjadi bagian dari pendidikan, karena Pendidikan adalah salah satu pemutus mata rantai kemiskinan. Selamat beraktifitas, selamat berjuang, semoga sukses. <61120>