text

Selamat Datang di Blog SMP N 2 Kepil Wonosobo ... Sekolah SEJUTA IMPIAN, ... Awali Suksesmu Dari Sini ... Mulailah segala sesuatu dengan BISMILLAH ...

Rabu, 30 Desember 2015

Oase -5: Menyongsong Tahun Perubahan - Catatan Akhir Tahun

Jika melihat ketiga anak dalam gambar ini, saat ini mereka bersama, tetapi mereka punya masa depan yang berbeda-beda. Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi pada mereka 5-6 tahun ke depan, Lailatul, Intan dan Azmi. Yang pasti mereka mempunyai masa lalu yang berbeda. Yah, karena setiap orang mempunyai masa lalu, ada yang baik dan banyak yang buruk. Dan jika ternyata masa lalu itu buruk maka biasanya menjadi beban tersendiri. Nah, itulah tema tulisan kali, yang kami buat di saat libur panjang akhir semester 1, dimana edisi inovasi seri-5 tertahan  penayangannya  walau sebenarnya proses penulisan sudah mencapai 85 persen dan sementara tersimpan di server google, insya-Alloh siap keluar di minggu awal tahun baru mendatang. Alhamdulillah untuk menutup akhir tahun 2015 kami bisa menuliskan beberapa paragraf tulisan sekedar untuk memotivasi diri, syukur-syukur bisa memberi motivasi bagi orang lain. Tulisan edisi Oase ke-5 yang merupakan jeda panjang akan kami isi dengan catatan akhir tahun yang semoga bisa menjadi bahan evaluasi diri terhadap waktu-waktu panjang yang telah terlewati, terutama selama setahun terakhir.

Dalam setahun terakhir ada satu peristiwa yang kembali membangunkan kesadaran dan keyakinan akan adanya hukum kekekalan energi, kekekalan massa dan kekekalan amal. Ketika salah satu teman senior yang juga kami anggap sebagai guru kami, minta bantuan untuk mengembalikan file yang tanpa sengaja terhapus dari hardisk eksternal. Sudah pasti banyak sekali data yang sangat penting mengingat aktifitas beliau sebagai tokoh penting dan sentral di sekolah, di MGMP kabupaten bahkan di tingkat nasional sebagai seorang instruktur kurikulum 2013. Yang tak kalah penting adalah adanya data tentang disertasi S-2 beliau yang berhasil meraih perdikat cumlaude. Dengan keterbatasan kemampuan yang kami punya, kami mencoba membantu untuk mengembalikan file yang hilang dengan beberapa aplikasi yang ada. Alhamdulillah file-file dapat dikembalikan, namun hanya sebagian kecil, sedang sebagian lainnya tidak tertolong dan sebagian lainnya lagi tidak bisa dibuka kembali karena statusnya korup.

Dilanjutkan dengan peristiwa kedua, masih dengan pekerjaan yang sama dari orang yang sama juga, bedanya kali ini file yang akan dikembalikan berada dalam flashdisk (USB) dengan kapasitas 8 GB. Kejadian yang diluar logika adalah dalam proses recovery diperlukan space sebesar 120 GB, padahal kapasitas penyimpanan dalam flashdisk hanya 8 GB. Dan beliaunya bertanya, kok bisa ? Dari sini kemudian teringat kembali bahwa penyimpanan dalam harddisk, flashdisk dan media penyimpanan umumnya menggunakan mode cluster. Dalam sebuah harddisk, flashdisk dan memori yang lain terdiri dari cluster (lapisan) yang banyak jumlahnya. File yang ditulis/dicopy akan disimpan dalam cluster tertentu, jika file dihapus tidak serta merta terhapus permanen, namun akan berada pada tempat yang biasa disebut recycle bin, bahkan jika file dihapus permanen sekalipun pada hakekatnya ia masih ada dan tersimpan pada cluster lain yang tidak nampak namun masih tersimpan. Satu hal yang luar biasa adalah semua file yang pernah ada dan terhapus akan kembali, tanpa pilih file baik atau buruk, file layak atau tidak, file manfaat atau merugikan, bahkan file yang berbau pronografi baik berupa gambar maupun video. Dibutuhkan teknologi tinggi, aplikasi khusus dan skill istimewa untuk bisa mengangkat kembali file yang terhapus dengan hasil yang maksimal, mungkin mereka yang sudah mencapai gelar master atau doktor di bidang komputer yang bisa melakukannya.

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa di atas, bahwa setiap hal, setiap kejadian, setiap perbuatan yang pernah dilakukan akan tercatat kuat dalam memori manusia. Sejalan dengan itu juga bawa setiap perkataan yang pernah terucap, setiap pemikiran yang pernah terlintas, setiap perasaan yang pernah bersemayam bahkan setiap kehendak yang tersimpan di dalam hati juga akan tercatat kuat di dalam memori manusia. Hal-hal yang baik akan tersimpan, demikian juga hal-hal yang buruk. Peristiwa yang baru, yang belum lama maupun yang sangat lama, bahkan yang telah diupayakan dihapus sekalipun akan tersimpan dengan sangat aman, selama fungsi ingatan masih berjalan sistem memori belum mengalami kerusakan. Maka wajar, jika ada seseorang yang punya suka memelihara dendam, senang memendam amarah dan cinta mati pada hasad, iri atau dengki akan sulit untuk melupakan kesalahan orang lain, sehingga sulit berubah menjadi lebih baik. Dalam skala yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih supranatural yang bersifat vertikal, ada proses pencatatan segala kejadian yang dilakukan pada tiap individu dari awal lahir sampai akhir hayat - yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi, tercatat dengan sangat kuat oleh petugas pencatat (malaikat) yang ditunjuk oleh Alloh SWT yang menguasai seluruh sendi kehidupan.  

Demikian pula setiap kejadian yang terjadi dalam sebuah lembaga, instansi maupun organisasi. Walau dalam juknis tidak ada yang mencatat, tidak ada yang bertugas membuat dokumen setiap hal yang terjadi, namun secara alamiah tercatat oleh alam sekitar. Siswa atau alumni, orang tua wali, anggota komite, tokoh masyarakat, penjual jajanan dan warga sekitar sekolah adalah bukti sejarah tentang kejadian masa lalu dan kemajuan yang ada di masa kini. Bahkan tukang ojek, tukang sayur dan penjaja keliling yang jarang masuk ke lingkungan sekolah pun sedikit banyak tahu bagaimana guru-guru di sekolah ini, bagaimana siswanya dan bagaimana situasi di dalamnya. Kebaikan dan hal baik pasti banyak terjadi, sebaliknya keburukan dan hal buruk juga pasti ada, walau dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekecil apapun keburukan harus diupayakan untuk ditiadakan, dihapus dan dicegah, karena jika didiamkan dan terus bertumpuk akan berpengaruh dalam membangun sistem pendidikan yang tugas utamanya membangun sumber daya manusia.

Berkait dengan hal di atas, sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mengelola manusia mempunya dua masalah besar yang menjadi kendala dalam tumbuh kembangnya sebuah lembaga yang merupakan kumpulan orang dalam suatu komunitas adalah sistem dan sumber daya manusia. Buat apa sistem yang hebat jika tidak dapat berjalan? Untuk menerapkan sistem yang hebat perlu motivasi yang tinggi. Begitu juga buat apa sumber daya manusia yang hebat jika motivasi untuk bekerjanya payah?  Membangun sistem yang bagus adalah penting. Membangun kompetensi adalah penting. Tapi, jangan lupakan dengan membangun semangat orangnya. Berikan perhatian yang cukup mengenai motivasi. Gunakan cara yang benar untuk memotivasi, sebab cara yang salah justru bisa berakibat sebaliknya. Maksud hati ingin memotivasi, tetapi justru malah menghancurkan motivasi. Di sinilah muncul benang merah yang menunjukkan peranan dan hubungan antara motivasi, hasil kerja dan kinerja. Korelasi positif yang hendak kami sampaikan dalam peristiwa ini terkait dengan peristiwa yang sudah berlalu, dengan perbuatan yang harus dilakukan saat ini, dan dengan sikap dan pandangan kita dalam pelaksanaan tugas yang harus dilakukan untuk hari, bulan dan tahun berikutnya adalah perbaikan kinerja. Kenapa kinerja …. ? Apa hubungannya dengan ini semua.

Kinerja, menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pada keterangan lain kinerja bisa disamakan dengan prestasi kerja. Kinerja inilah yang menjadi tolok ukur sehat atau tidaknya sistem manajemen pada sebuah lembaga, instansi, perusahaan atau bahkan individu sekalipun. Dengan adanya pengukuran kinerja maka dengan mudah bisa dibedakan instansi apa, bagian mana, divisi apa, unit mana serta personilnya siapa yang telah mencapai target, demikian sebaliknya yang tidak mencapai target -turun di bawah standar- juga sangat mudah diketahui. Kinerja bagi sebagian orang mungkin bersifat abstrak dan absurd, namun sesungguhnya kinerja sangat mudah untuk diukur dan dibuat parameternya, tanpa harus banyak teori, tanpa menggunakan tabel atau skala khusus sekalipun.

Dengan adanya penilaian kinerja maka setiap instansi, setiap bagian, setiap divisi, setiap unit dan bahkan setiap individu akan berusaha dan berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Jika hal ini diterapkan pada perseorangan (individu) maka ia juga akan berbuat yang terbaik untuk sebuah target pekerjaan yang bernilai utama. Targetnya bukan untuk menjadi yang terbaik, karena menjadi yang terbaik adalah pekerjaan berat bahkan teramat berat dan banyak sekali parameternya. Target sederhana saja "Melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan".  Lalu apa yang bisa dilakukan untuk bisa meraih tingkat kinerja yang baik. Mari kita coba rangkum menjadi beberapa kesimpulan berikut ;
  1. Kinerja baik terbentuk jika dimulai dengan niat baik. Niat baik bisa berwujud motivasi, dan motivasi yang paling baik adalah yang muncul dari kesadaran diri, di mana dia mampu mengenali diri, mawas diri dan merasa diri. Perjalanan panjang beberapa tahun ini cukuplah untuk bisa bertanya siapakah saya, sudah benarkah motivasi saya selama ini, sudah maksimalkan kerja sama, berapa banyak pihak yang menyukai / membenci kinerja saya yang berangkat dari motivasi dan niat saya. Bekerja yang hanya dimotivasi karena uang, akan selesai ketika uang diterimanya dan tidak akan ada bekas yang mendalam yang sejatinya justru diupayakan. Perbaikan motivasi, pembenahan niat inilah yang perlu diusahakan terus-menerus untuk menghasilkan kinerja yang jauh lebih baik.
  2. Kinerja baik selalu berkaitan dengan pemenuhan waktu. Berat untuk memberi waktu lebih ketika di depan kelas, tak kuat bertahan untuk sekedar menambah 1-2 jam menunggu jam pulang, atau dengan sengaja menghilang dari peredaran adalah kendala yang umum terjadi pada orang-orang yang sudah masuk kategori profesional dan senior. Jangan harap hasil kerja akan bagus jika total waktu tidak terpenuhi. Jangan harap kinerja akan meningkat jika jumlah waktu kerja yang menjadi kewajiban disunat, dipotong, dikurangi atau dikorupsi. Mereka yang berani berkorban waktu untuk kepentingan bersama sudah bisa dipastikan kinerjanya. Sebenarnya pengorbanan waktu adalah yang paling mudah dilakukan oleh siapa saja - bagi yang mau. Di sisi waktu ini sangat mudah dibaca siapa yang memang punya inisiatif baik, punya motivasi baik untuk menghasilkan kinerja yang baik.
  3. Kinerja baik selalu berfikir profesional dan berorientasi komunal. Kendala yang terjadi adalah pribadi yang berat hati untuk berbuat sesuatu untuk kebersamaan dengan alasan kesibukan dan urusan pribadi. Bahkan dalam kondisi khusus (genting) masih tidak bisa membedakan mana urusan pribadi dan mana urusan profesi, kapan harus harus bersama tim dan kapan harus bersama keluarga. Ada saja alasan klise dan klasik untuk pembenaran diri, namun justru di sinilah terlihat kelemahan dirinya. Individu dengan pribadi seperti ini tidak menyadari bahwa ini adalah masalah bagi teman-temannya, dan masalah besar bagi lembaganya. Memang dibutuhkan latihan untuk melatih kepekaan diri untuk memiliki jiwa yang baik sebagai seorang profesional dan berorientasi komunal. Sikap profesional dan menjaga soliditas komunal dengan mudah menggambarkan kinerjanya.
  4. Kinerja baik selalu berfikir positif untuk membangun. Tak puas dengan lingkungan sendiri, memandang lebih lingkungan lain adalah hal positif jika diikuti dengan kemauan kuat untuk berfikir kreatif dan berkarya inovatif serta bekerja aktif untuk membangun. Namun yang menjadi masalah adalah jika sebaliknya, menjadikan nglokro, luweh-luweh dan asal jalan. Lingkungan kerja yang baik bukan terjadi dengan sendirinya, jalan panjang dan berliku telah dilalui, berbagai cara telah dicoba, berbagai metode telah diuji dan diterapkan, dan berbagai terapi dan pengobatan telah dijalani untuk menjadi lingkungan kerja yang sehat dan kondusif. Siapa yang berfikir positif bekerja keras untuk membangun sistem, di sinilah kinerja benar-benar akan nampak.
Beberapa hal di atas mungkin cukup untuk memberikan gambaran tentang kinerja, disamping itu masih ada parameter lain yang tidak kalah penting yaitu ketulusan dan pengorbanan. Mereka yang senior dan telah lebih dahulu sudah jelas pengorbanannya, ketulusan bukanlah menjadi urusan orang lain untuk mengukurnya, karena dua hal ini tidak bisa diukur secara pasti, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu akan terlihat hasil dari sebuah ketulusan dan pengorbanan. "Kebaikan tidak akan pernah tertukar dengan keburukan". Kebaikan selamanya akan tetap menjadi kebaikan, semakna dengan pepatah "mutiara walau berada dalam lumpur tetaplah sebuah mutiara". Kami yang muda tak ada apa-apanya, tentu tak layak disandingkan dan tak bisa dibandingkan dengan mereka yang lebih senior yang waktu pengabdian dan pengorbanannya lebih lama.

Sebagai guru yunior tak banyak yang bisa berikan, tak akan sebaik guru senior dalam memberikan pelayanan pembelajaran. Kami hanya bisa terus berusaha belajar dari para senior di sekolah ini, semoga kami bisa ikut andil kebaikan walau hanya sedikit. Satu hal yang kami yakini yang sejalan dengan hukum kekekalan energi, bahwa sebuah niat baik, sebuah pemikiran baik dan sebuah tindakan baik dan yang semua bernama kebaikan tidak akan ada yang sia-sia, tidak ada istilah percuma. Jangan takut dan jangan bosan untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan dalam berbagai hal, berbagai tempat dan berbagai kesempatan. Sekian, semoga Oase -5 sebagai catatan akhir tahun 2015 ini bermanfaat, selamat jalan tahun 2015 dan selamat menjemput tahun baru 2016 dengan semangat baru.<35986>

Jumat, 11 Desember 2015

Inovasi Tertahan - Gayung Tak Bersambut, Tepuk Tak Terbalas

Terasa sudah lama tidak sempat menuliskan beberapa hal yang menyesak di kepala. Ingin mengurai untuk berbagi kebaikan, berbagi pengalaman, berbagi wawasan, ternyata kondisi tidak selalu sejalan.
Jika melihat siswa yang menjadi amanah bagi kami, ada setumpuk asa, ada segumpal cita-cita, ada segunung keinginan untuk sebuah kebersamaan, sebuah kemuliaan.
Namun tercecer juga seonggok rasa ragu, secuil rasa cemburu dan beberapa butir rasa malas jika menyaksikan kondisi yang susah untuk di ajak mengerti. Susah untuk bangun, berdiri dan berlari. Lebih suka duduk santai, berselimut dan menikmati semua makanan dan minuman yang sudah tersaji - walau tanpa beranjak dari tempat duduk sekalipun.

Untuk sekedar mengisi, sekedarnya jari-jari ini mengajak menyentuh dan memencet tombol keyboard laptop usang yang telah lama menemani. Beberapa agenda dan judul sudah tersusun, namun berat rasanya untuk menuliskan, ada kendala yang sulit diungkapkan, yang hanya dapat tergambarkan lewat sajak lepas tanpa batas ini ...

Banyak yang hendak dituliskan, namun terasa berat untuk meneruskan
Ada banyak hal yang perlu dibenahi, namun siapa yang bisa diajak berdamai
Ada banyak perkara yang belum tuntas, namun siapa yang berani membahas
Ada banyak beban menyesak di kepala, lalu pada siapa hendak berbagi rasa
Dan banyak asa mengumpul di dada, masih adakah yang bisa jalan bersama

Tak banyak yang bisa dilakukan
Tak banyak yang bisa diperbuat
Tak banyak yang bisa dipikirkan
Tak banyak yang bisa diselesaikan
Hanya sajak tak teratur ini

Masih adakah yang peduli ...
Masih adakah yang mau berbagai ..

Benar apa kata salah satu guru dalam komentar beliau di beberapa bagian tulisan di web ini;
Menuju perubahan untuk menghasilkan "sesuatu" yang lebih baik memang tak semudah "mengaduk tepung dalam air". Apalagi ketika kita berada pada kondisi yang menurut kita "sudah nyaman, sudah enak, sudah sesuai". Sekedar beranjak pun kadang terasa sulit.
 Fokus pada diri sendiri, artinya urus diri sendiri sebelum mengurusi orang lain. Perbaiki diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain.
Memang benar Pak Mar, kebaikan itu akan tetap menjadi kebaikan. Laksana pohon yang buahnya akan terasa manis sampai kapanpun. Dan betapa nyamannya hidup dalam sebuah lingkungan yang saling mengingatkan untuk berbuat baik dengan istiqomah. Tentunya itu dimulai terlebih dulu dari pribadi dan keluarga kita. Memang terkadang tak semudah membalik tangan. Dengan hal hal kecil dan sederhana akan menjadikan kebiasaan yang baik dan bermanfaat dalam hidup bersosial dengan orang lain.
Sebenarnya sangat ingin untuk melanjutkan, yah walau hanya sekedar esay berbentuk tulisan yang tak berharga, yang tertulis tanpa tata bahasa. Namun menjadi teramat berat, karena merasa hanya berjalan sendiri, dan terasa kecil sekali dampaknya dan amat lambat perubahannya, serasa gak ada yang bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah ada. Apakah salah idealisme dan harapan ini. Mungkinkah yang terbaik cukup diam saja, karena memang begini adanya. Dimana yang salah.

Setelah banyak membaca kisah orang-orang hebat bisa menguatkan hati. Bahwa mereka bisa menjadi hebat bukan terjadi dengan sendirinya, semua dijalani dengan rangkaian yang panjang dan penuh liku, dengan perjuangan yang banyak membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran. Inspirasi kebaikan mereka bisa menjadi lentera bagi siapa saja untuk menjadi lebih baik, lebih baik dari sebelumnya. Membaca kisah mereka hati ini kemudian tambah kuat dan semangat bertambah, semoga .<777>

Jumat, 27 November 2015

Oase -4: UKG, Antara Impian dan Kenyataan - Upaya Membangun Kinerja Guru

Jika dilihat dari pakaian, penghasilan dan strata sosial di masyarakat maka guru adalah pekerjaan enak, nyaman dan posisi yang terhormat. Beberapa orang dengan kondisi tertentu mungkin hal ini ada benarnya, enak, nyaman dan terhormat. Namun penilaian itu akan langsung berbeda jika ada yang berkenan untuk menguntit yang rumahnya jauh dan meneropong yang tempat tugasnya di geografis yang tak terbaca di koran ibukota atau majalah remaja. Sebagai prolog tulisan kali ini, penulis sajikan dua kisah guru yang berbeda tempat, semoga bisa membuka hati dan wawasan. Berikut kisahnya :
1. Laju, seorang guru seni budaya yang harus laju Nanggulan Kulon Progo ke Kepil Wonosobo dengan menempuh jarak 54 kilo meter sekali jalan, artinya untuk perjalanan pulang pergi harus menempuh jarak 108 kilo meter. Yang dari Sleman utara, kota Jogja atau Bantul bisa lebih jauh lagi. Butuh biaya minimal 600-800 ribu rupiah untuk membeli BBM bersubsidi, butuh waktu tak kurang dari 150-180 menit di perjalanan. Bisa dibayangkan capeknya, apalagi pada saat musim hujan. Saat teman sekantor yang lain sudah menikmati makan, santai bersama keluarga atau mungkin sudah terlelap dalam istirahat siangnya, ia masih harus menyusuri rute perjalanan dalam kondisi letih sambil menahan kantuk yang luar biasa, atau sedang berkerudung jas hujan (mantol) di saat derasnya hujan.
2. Tapal batas, guru yang bertugas di daerah perbatasan, daerah terpencil atau pedalaman Tarakan Kalimantan. Bisa dibayangkan saat mereka mengajar dengan tanpa alat peraga dan minimnya fasilitas pembelajaran lainnya. Kesulitan transportasi dan minimnya komunikasi adalah teman dalam keseharian. Jangankan berfikir untuk shoping ke Matahari Dept. Store atau jalan-jalan mengendarai mobil Pajero, untuk pergi ke kantor kecamatan saja susah, kondisi jalan tanah berbatu, hanya dapat ditempuh dengan motor dan butuh waktu berjam-jam. Bisa dibayangkan beratnya perjuangan mereka dalam mengabdi mendidik anak-anak negeri.

Dalam menanggapi hal ini pun pasti beragam, baik dari masyarakat maupun dari teman-teman guru itu sendiri. Ada yang terharu, ada yang empati tetapi ada juga apatis dan tidak mau peduli. Barangkali ada yang berkata "Salahe sopo omahe adoh", "salahe gelem ditempatkan di lokasi terpencil", "ngopo ora njaluk pindah" dan berbagai kata sejenis lainnya. Walau guru yang laju sudah terasa cukup berat dalam menjalani tugasnya tetapi belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mereka yang bertugas di perbatasan dan pedalaman. Apalagi jika pembandingnya dengan mereka yang rumahnya kurang dari 3 kilo meter, bahkan ada yang jaraknya kurang dari 30 meter, tentu akan jauh lebih mudah dan jauh lebih murah..

Inilah yang menjadi sumber inspirasi untuk mengisi tulisan Oase edisi ke-4 kali ini dalam tema UKG dan PGRI. Hari ini tanggal 27 November 2015 adalah hari terakhir pelaksanaan UKG, dan 2 hari yang lalu adalah hari lahirnya PGRI yang merupakan induk organisasi bagi guru. Uji kompetensi guru atau UKG tahun 2015 sesuai rencana dilaksanakan antara 9 sampai dengan 27 November 2015 di daerah masing-masing (kabupaten/kota). Tidak hanya PNS, tetapi guru Non-PNS (yang sudah punya NUPTK), juga pengawas dan Kepala Sekolah juga wajib mengikuti UKG yang Pelaksanaan secara online. Standar nilai UKG 2015 minimal 5,5 dan mesti ditingkatkan setiap tahunnya hingga mencapai nilai 8,0 pada tahun 2018/2019. Lalu apa tujuan dilaksanakannya UKG? Jangan-jangan sertifikasi yang sudah diterima bisa distop gara-gara nilai UKGnya rendah? itulah yang dikhawatirkan oleh para guru.

Kami mengikuti tes di hari ke-2 dan memperoleh nilai pas-pasan 78, jauh dibandingkan dengan Bpk Iskandar dari SMP 4 Magelang dengan skor 88. Walau nilai hanya 78, kami sudah merasa bersyukur, karena tanpa persiapan yang memadai, belum tahu gambaran soal seperti apa. Yah, sekedar persiapan mental saja, kerjakan sebatas yang bisa dikerjakan, sebatas pengetahuan yang ada.  Selang sehari kemudian ada rasa galau yang menyeruak, bukan karena nilai di atas, namun ternyata ada sesuatu yang tidak sreg dan tidak nyaman dengan realita yang ada di tengah kegelisahan peserta lain yang akan mengikuti UKG. Ada indikasi soal difoto oleh peserta pada hari pertama dengan kamera ponsel, kemudian dikumpulkan berupa file capture gambar soal UKG. Inilah yang kami anggap tidak sportif, tidak jujur dan menciderai kemuliaan profesi guru. Kemudian situasi itu tersampaikan di status media sosial facebook, redaskinya demikian:
Galau, sumpek, layak tidak ya ... Ketika melihat siswa tidak jujur, ngepek atau curang maka kita merasa perlu membenahi dan menegur untuk berubah menjadi lebih baik ... Itulah tugas berat guru, maka saya sangat sedih jika ada teman-2 dari kalangan guru yang justru bersikap seperti siswa di atas, karena hanya berorientasi pada angka/nilai ...Saya bukan guru yang baik, juga  belum masuk kategori guru profesional, tapi saya menjadi TIDAK RESPEK sama sekali pada sikap yang satu ini. Adakah yang bisa memberi bantuan psikologis ..
Banyak komentar dari para senior, para tokoh, para pemerhati dan pelaku pendidikan, yang intinya sangat tidak menyukai (tidak respek) dengan sikap curang tersebut. Kita telah dengan susah payah mendidik siswa untuk jujur, sportif dan tidak suka berbuat curang dalam segala bentuknya. Nah apa jadinya jika seorang atau beberapa guru justru melakukan apa yang bertolak belakang dengan yang diajarkan. Sangat sejalan dengan salah satu komentar dari rekan guru di SMPN 2 Wonosobo, "Memang tes bisa diibaratkan pemeriksaan medis. Kalo hasil pemeriksaannya penuh manipulasi, justru treatmentnya bisa salah.. Mari kita bersama-sama menyadarkan hal itu...". Komentar ini sangat sarat makna, UKG adalah salah satu cara mengukur kompetensi guru, nah jika dalam prosesnya dimanipulasi maka hasilnya akan salah. Nilai UKG yang tinggi tidak melambangkan kemampuan sesungguhnya karena telah direkayasa. Kesalahan fatal ketika seseorang hanya memahami bahwa ujian hanya berorientasi pada hasil berupa angka tanpa memperhatikan esensinya. Ketakutan yang berlebihan dengan hasil yang kurang baik, ditambah kekhawatiran jika nilai rendah akan berakibat tunjangan dihentikan barangkali yang membuat berbagai cara dilakukan tanpa berfikir dampak negatifnya.

Dalam sebuah proses ujian / pengukuran kompetensi seperti UKG yang sangat perlu untuk dijunjung tinggi adalah kejujuran, bukan manipulasi proses yang hanya berorientasi angka atau hasil berupa nilai. Berapapun skor, nilai atau angka dari hasil UKG kita, jika dilakukan dengan penuh kejujuran akan ada kepuasan, ada kebanggaan dan berani mengakui kenyataan kualitas diri. Dan yang terpenting bahwa nilai UKG yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran, berapapun hasilnya adalah gambaran sesungguhnya tentang kapasitas dan kompetensi kita. Jika hasilnya sudah baik - perlu dipertahankan, disebarkan dan dibagikan kepada rekan yang lain. Sebaliknya jika hasilnya pas-pasan atau masih merasa kurang maka ini adalah momen untuk belajar memperbaiki kualitas dan kompetensi diri. Yang utama bukan berapa tinggi nilainya namun lebih pada dampak selanjutnya untuk proses perbaikan kualitas, kapasitas dan pelayanan, dan inilah yang terpenting.

Jika dilihat dari komposisinya yang berisi 30 % soal pedagogik dan 70 %  soal profesional sesuai bidang masing-masing, maka tes tersebut termasuk kategori kognitif (pemahaman) terkait proses pembelajaran dan profesional. Kompetensi yang terukur hanyalah pemahaman, ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada kesehariannya ketika melaksanakan tugas mengajar di dalam kelas. Nilai UKG tinggi, kompetensi benar-benar tinggi, nilai UKG tinggi kinerja rendah, nilai UKG rendah namun cara aplikasi di kelas bagus dan yang terakhir nilai UKG rendah kompetensi dan kemauan juga rendah. Artinya jangan mengambil nilai UKG sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai kompetensi guru. Ada pengukuran bidang lain yang sebenarnya lebih dibutuhkan dan perlu terus dikembangkan.

Pengukuran kompetensi, kualifikasi dan standarisasi sangat penting adanya. Walaupun seseorang telah merasa berpendidikan tinggi, merasa ahli, merasa senior, merasa kaya pengalaman dan merasa memiliki wawasan yang sangat luas, ia tetap butuh suatu pengukuran yang akurat atas kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya. Seperti halnya contoh nyata di bidang bangunan, tukang batu/kayu yang berpengalaman adalah tukang profesional, ia mampu menaksir biaya untuk membuat sebuah rumah, ia bisa hafal formula tentang struktur membuat beton bertulang, namun ia masih membutuhkan lot (benang gandul) untuk mengecek ketegak-lurusan, ia masih menggunakan waterpass untuk mengontrol kerataan posisi horisontal atau vertikal serta masih menggunakan meteran untuk mengukur panjang. Hal ini tak jauh berbeda dengan guru, sepandai apapun, pengalaman sebanyak apapun dan seprofesional bagaimanapun, dia tetap membutuhkan alat bantu untuk mengukur dirinya. Bagi guru banyak aspek dan komponen yang bisa diukur untuk mendapatkan kategori sangat baik, baik, cukup atau kurang.

Banyak alat ukur kemampuan dan kinerja seseorang, namun tak akan kita bahas di sini. Namun ada satu hal yang paling mudah dilakukan yaitu dengan survey / kuisioner terhadap kepuasan pelanggan terhadap produk dan jasa. Nah pekerjaan seorang guru dapat dimasukkan dalam kategori jasa yang juga bisa diukur dengan survey kepuasan pada siswa. Hasil survey yang kami lakukan pada tahun 2014 hasilnya cukup signifikan dan melambangkan kondisi sebenarnya. Untung saja tidak pernah ada piala atau tropi bagi prestasi terendah atau kinerja terburuk, karena akan berdampak buruk terhadap nama baik dan kredibilitas seseorang. Dari sebaran data yang terkumpul dari responden (siswa kelas IX) secara jelas menggambarkan bahwa seorang guru yang dianggap baik, pavorit dan memuaskan adalah mereka yang mempunyai jiwa ideal seorang guru, yang kehadirannya sangat dinantikan, disambut dengan suka cita, yang jika tidak hadir terasa ada yang kurang atau hilang. Pepatah mengatakan “Ada asap ada api”, artinya ada sebab musabab (sebab akibat) ketika muncul penilaian baik atau buruk, disenangi atau dibenci, dihormati atau diacuhi.

Siswa adalah alat  ukur yang sangat akurat bagi guru. Siswa adalah saksi hidup, catatan hidup dan rekaman hidup yang menyimpan semua hal tentang gurunya. Siswa tahu betul apakah gurunya sekedar mengajar atau sekedar hadir di kelas. Siswa dapat merasakan siapa yang benar-benar mendidik dengan melibatkan hati, siswa juga sangat paham siapa yang membimbing dan memperhatikan dengan segenap kasih sayang. Siswa bisa hafal bagaimana kebiasaan gurunya di kelas maupun di luar kelas. Maka jangan heran jika ada siswa yang bisa menirukan gaya dan bahasa gurunya dengan sangat mirip, karena rekaman memori mereka.

Benar apa yang disampaikan Pak Ronto, kalau sekedar menjadi guru yang mengajar itu mudah. Masuk kelas, ngomong cas-cis-cus, ba-bi-bu, perintah ini itu, larang begini begitu atau harus begini begitu. Lebih parah lagi jika banyak tuntutan, minta fasilitas ini dan itu, biaya ini dan itu, namun tidak diimbangi dengan prestasi dan kinerja yang memadai. Membandingkan dengan sekolah lain itu bagus, namun bukan hanya dalam hal fasilitas dan hak guru. Tanggung jawab, profesional, kinerja serta pelayanan juga harus dilaksanakan dengan penuh dedikasi. Jika melihat fakta dan kisah di atas, ternyata Indonesia bukan hanya Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya atau Wonosobo, demikian juga dengan sekolahnya. Ada juga sekolahyang di perbatasan negara (tapal batas), ada yang di pedalaman yang sangat jauh dari ramainya pemukiman. Mereka, saudara kita yang jadi guru di perbatasan, baik yang PNS maupun guru tidak tetap, guru penuh perjuangan, gaji tidak seberapa, komunikasi sulit, transportasi susah, fasilitas sangat minim dan memprihatinkan. Namun jiwa perjuangan mereka luar biasa, ketulusan mereka tak terkira dan pengorbanan mereka tak terukur dan tak terbilang jumlahnya.

Bila kita mau sedikit saja membuka mata, membuka telinga dan membuka hati, maka kita akan banyak instropeksi diri. Betapa kita berlimpah kemudahan, berlimpah fasilitas dibandingkan mereka yang lebih berat perjuangannya. Menjadi pribadi jujur dan sportif adalah pilihan, karena pada semua hal jujur bisa dilakukan, demikian juga untuk berbuat curang ada seribu jalan. Kita harus sadar bahwa kita sebagai guru punya tugas mulia, bukan sekedar guru yang mengajar, namun guru yang mendidik dengan sepenuh hati. Tunjukkan kinerja dan karya terbaik kita. Jangan manja, jangan banyak mengeluh, jangan banyak menuntut dan jangan jarkoni. Guru yang menjunjung tinggi kejujuran dan sportif baik bagi siswa juga dirinya. Guru inovatif yang mampu berkarya dengan kondisi yang ada.  Jadikan diri kita lentera bagi siswa, pribadi yang penuh perhatian dan kasih sayang  serta sumber inspirasi bagi masa depan mereka. Selamat berkarya, semoga kerja kita bernilai ibadah. <35435>

Rabu, 25 November 2015

Hari Guru Spesial, Peringatan hari Jadi PGRI Ke-70, Guru Hebat SMPN 2 Kepil, OSIS Semangat Luar Biasa

Suasana pagi ini istimewa tepat di hari lahir persatuan guru di Indonesia, suasana itu memang sudah terasa sejak di perjalanan. Sejak di jalan nuansa guru sudah terlihat, banyak motor (kendaraan mayoritas para guru) ditumpangi orang berseragam baju bercorak hitam putih bergambar obor, yang merupakan seragam PGRI. Ya ... hari ini, Rabu 25 Nopember 2015 secara serentak di seluruh Indonesia diperingati hari guru yang ke 70 yang bertepatan dengan hari terbentuknya PGRI, hari besarnya guru di Indonesia. Bahkan untuk wilayah DIY, di lima kabupaten kota semua siswa di tingkat SD, SLTP, SLTA bahkan di tingkat pra sekolah PAUD (TK) juga diliburkan. Untuk guru tetap masuk dengan agenda kegiatan forum khusus guru untuk kegiatan pengembangan dan motivation building. Sedang untuk daerah kabupaten Magelang khusus siswa SD yang dilburkan.

Yah, hari ini memang sangat terasa spesial yang terjadi di SMPN 2 Kepil, semua guru berseragam baju PGRI, lebih spesial lagi adalah upacara bendera dalam rangka memperingati hari guru kali ini, semua petugas upacara dilaksanakan sepenuhnya oleh guru. Bertindak sebagai pembina upacara Bpk Drs. Kardan (kepala sekolah), pemimpin upacara Bpk Aris Winarno, pengibar bendera Bpk Widodo, Ibu Tatik dan Ibu Zulaekho, pembaca UUD Ibu Ngaidatul, pembaca doa Bpk Fauzi, protokol Ibu Rini, pemimpin barisan Bpk Satiyun, Bpk Abdullah, dan Ibu Prihatin, ajudan Ibu Septi.

Menjelang upacara selesai ada acara istimewa yang disutradarai oleh OSIS, sangat trenyuh dan menyentuh. Semua guru diatur baris berjajar urut sesuai kode, lalu dilantunkan lagu terima kasih guru, sejenak kemudian secara serentak dan teratur satu persatu dari OSIS maju menemui guru untuk sungkem sambil menyerahkan sepucuk bunga mawar pertanda penghormatan dan rasa terima kasih. Banyak guru dan siswa yang trenyuh hingga meneteskan air mata, sangat khidmat, khusuk dan menyentuh. Luar biasa anak-anak kita, mereka bisa menjadi apa saja bila guru mengarahkan dengan segenap hati, ketulusan dan keteladanan.

Guru adalah benar-benar tugas mulia, tugas terhormat - kalau kita menyadarinya. Kira-kira demikian yang disampaikan pemimpin dunia pendidikan saat ini, mendikdasmen RI. Mengutif sambutan Mendikdasmen Anis Baswedan di media internet stahun yang lalu, berikut petikannya :
Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia.
Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya. 
Akhirnya, marilah kita maknai hari guru ini sebagai momen untuk bangkit, untuk bangun dan berubah menjadi sosok guru yang benar-benar sesuai harapan siswa. Kita pasti bisa, kalau kita mau. Yang dibutuhkan adalah berpikir positif, berkata positif, bersikap positif dan bertindak positif. Jangan apriori, jangan berprasangka dan berkesimpulan negatif. Lakukan saja yang terbaik yang bisa dilakukan. Banyak harapan siswa yang digantungkan pada kita, guru. Dorong, bimbing, rangkul dan ajak siswa untuk maju dan senanntiasa memberi motivasi - semangat untuk meraih masa depan mereka, masa depan keluarga mereka, masa depan masyarakat mereka, masa depan negara mereka .... Indonesia. Selamat bekerja, selamat berkarya, semoga sukses selalu.

Mengutip kata-kata bagus Laurence Peter (1986) tentang guru, mungkin bisa menjadi bahan pemikiran dan instropkesi kita  : 1) Guru Biasa, "Mengatakan", 2) Guru yang Baik, "Menerangkan", 3) Guru yang Superior, "Mendemonstrasikan", 4) Guru yang Hebat, "Memberi Inspirasi".  Tetaplah tegak berdiri mendidik, membimbing dan mendoakan siswa-siswi kita. Yakinlah, inilah lahan amal sholehmu. Dirgahayu PGRI, jadilah lentera ilmu, jadilah sumber inspirasi. (35336)

 
 


Sabtu, 21 November 2015

Inovasi -4 : Sosialisasi Konsep Sebagai Media Kontrol dan Koreksi

Dalam suatu perusahaan, yang menjadi indikasi tingkat kemajuan sebuah perusahaan berada pada perubahan yang terus menerus. Perusahaan yang monoton dan tidak mengadakan perubahan akan mati secara perlahan-lahan. Perubahan mutlak dilakukan pada berbagai sisi dan bidang yang dianggap krusial. Salah satu bentuk perubahan dapat dilihat dalam bentuk iklan (advertising), yang sebagiannya berupa tag line perusahaan atau sering disebut slogan. Sebagai contoh Suzuki pernah mengusung slogan "Inovasi Tiada Henti", berubah dan terus berubah, dan yang terakhir slogan Suzuki adalah "Way of Life". Begitu juga dengan Honda dengan "One Heart", Telkom dengan "The world in your hand", PLN dengan "Listrik untuk hidup yang lebih baik", Pegadaian dengan "Mengatasi masalah tanpa masalah" dan masih banyak lagi. Demikian juga di dunia pendidikan (sekolah) yang juga ikut membuat tag line (slogan) sebagai wujud visi untuk berubah menjadi lebih baik. Slogan "Berani Tampil Beda" adalah satunya, yang menjadi trade mark salah satu sekolah berkembang di Kabupaten Magelang. Slogan ini juga dipakai oleh SDN Ibu Jenab 1 Cianjur. Ternyata slogan tidak hanya sebatas kata biasa, namun merupakan ruh yang mampu menghidupkan jiwa para pengusungnya sehingga benar-benar berdampak positif ditandai dengan banyaknya prestasi yang diraih. Inilah esensi dari pentingnya konsep untuk terus melakukan inovasi.

Sebagai  penguatan kembali tentang pentingnya konsep baru sebagai bentuk perubahan, bahwa untuk mengusung sebuah konsep baru itu tidak harus sama sekali baru, tidak harus sama sekali murni karya sendiri, dan tidak harus menunggu datangnya ilham di tengah tidur malam. Konsep baru bagi siswa dan sekolah kita bisa diperoleh dari mana saja, dari siapa saja dan kapan saja. Bisa diadopsi dari sekolah lain, bisa dari modifikasi karya guru yang lain, bisa dari hasil studi banding di kabupaten lain atau bahkan dari hasil browsing di internet atau media elektronik yang lain. Intinya bahwa konsep itu telah kita kaji, telah kita revisi,telah kita uji dan telah kita modifikasi sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi.

Alhamdulillah, hanya atas karunia-Nya semata kami bisa eksis untuk melanjutkan melanjutkan tulisan ini. Pada edisi sebelumnya membicarakan konsep yang merupakan ruh utama inovasi. Tidak banyak yang bisa bertahan pada fase ini, walau sekedar membaca atau menyimak. Apa lagi yang berani memegang teguh sebuah konsep yang baru, sebagian besar memilih pergi dan lari karena takut terbebani. Namun bagi mereka yang memiliki rasa peduli dan menyadari betapa pentingnya perubahan,  mereka akan bertahan dengan segenap kesabaran untuk membuat sebuah konsep baru yang berbeda. Konsep yang jelas tujuannya (goal), konsep yang jelas aplikasinya, konsep yang berorientasi semata-mata untuk kebaikan banyak orang (terutama siswa), konsep yang up to date dan berkesinambungan. Mari, kembali kita lanjutkan bahasan seri Inovasi ini, dan untuk tulisan yang ke-4 ini akan berfokus pada sosialisasi / publikasi.

Setiap rencana baru, setiap perubahan, setiap langkah menuju kemajuan sebaiknya dilakukan proses sosialisasi dari konsep yang ditawarkan. Ini yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan maju, oleh lembaga pendidikan bonafide, oleh organisasi non profit yang sukses dan bahkan oleh toko/supermarket yang sangat mengutamakan pelayanan. Sosialisasi dilakukan pada semua tingkatan dari level paling bawah (karyawan) hingga level tertinggi (manager / direktur). Sosialisasi adalah sarana uji publik (studi kelayakan) terhadap sebuah konsep, gagasan, atau ide yang bersifat baru. Hal yang paling mendasar dari proses sosialisasi adalah bertujuan agar sebuah rencana, sebuah ide, sebuah gagasan, dimengerti dan dipahami oleh seluruh elemen dan unsur dalam suatu lingkup kerja tertentu.

Sebagai bahan pembanding, sedikit kami akan memberi beberapa gambaran tentang pentingnya sosialisasi / uji publik ini. Pertama, bila seorang mahasiswa hendak membuat tugas akhir (skripsi), maka wajib baginya untuk mengadakan seminar dari judul tugas akhir yang akan dilakukannya. Pada seminar itu akan ada pertanyaan, sanggahan, saran dan masukan sebagai bahan koreksi untuk kelanjutan penelitian dan penyelesaian tugas akhir tersebut. Kedua, seorang guru produktif di SMK jurusan mesin produksi harus/wajib membuat Job-sheet (lembar kerja) dan dipresentasikan pada setiap awal semester atau tahun ajaran. Job-sheet, semakna dengan istilah “Gambar Teknik” adalah bahasanya orang teknik. Dalam dunia teknik mesin pada umumnya berupa lembaran berupa gambar benda kerja yang akan dikerjakan / dibuat siswa dalam praktik di bengkel kerja sekolah. Dalam job-sheet tercantum gambar yang lengkap dan jelas, jelas ukurannya, jelas bahannya, jelas metode pengerjaannya, jelas waktunya dan jelas aturan penilaiannya. Pada muara akhirnya, dengan job-sheet itu dapat dihitung berapa kebutuhan bahan dan berapa biayanya. Dari dua contoh di atas kiranya kita bisa mengambil kesimpulan mengapa, untuk apa dan bagaimana pentingnya sosialisasi/uji publik sebuah konsep.

Sosialisasi bukan bertujuan untuk PAMER yang isinya unjuk kebolehan, lomba kemampuan, gaya-gayaan atau bangga-banggaan. PAMER hanya berorientasi memperoleh pujian semata dan anti terhadap kritik. Hal ini sangat berseberangan dengan hakikat sosialisasi yang lebih berfokus untuk proses uji publik yang lebih bertujuan untuk koreksi. Dalam proses uji publik ini sangat berpeluang mendapatkan saran, masukan dan dukungan yang merupakan sarana untuk koreksi dari sebuah rencana, konsep atau gagasan baru. Secara rinci tujuan dari sebuah sosialisasi / publikasi adalah sebagai berikut.
  • Proses sosialisasi berfungsi sebagai pengenalan dan pemaparan. Suatu ide, gagasan, konsep dan pemikiran yang bersifat baru, konstruktif dan inovatif terkait suatu hal baru sangat perlu untuk dikenalkan dan dipaparkan sehingga semua elemen mengetahui adanya suatu yang baru, yang diharapkan  akan bermanfaat bagi kelancaran sebuah proses menuju taraf yang lebih baik. Jangan terjadi ada kegiatan baru yang menimbulkan berbagai masalah dengan efek domino hanya karena tidak adanya sosialisasi kepada publik.
  • Proses sosialisasi berfungsi sebagai media kontrol dan kendali. Kontrol dan kendali berfungsi untuk memantau apakah konsep itu sudah bagus, kurang bagus, atau tidak layak hingga perlu pembenahan. Fungsi kontrol juga sangat dibutuhkan sebagai kajian dan analisa terhadap berbagai aspek yang terkait termasuk alokasi waktu dan pembiayaan. Jangan sampai suatu konsep baru menyebabkan biaya yang over kuota sehingga memberatkan bagian pengelola anggaran.
  • Proses sosialisasi berfungsi menguji relevansi dan kontekstual. Suatu kegiatan harus cocok dan ada relevansinya dengan kegiatan induknya dan tidak berseberangan jalur dengan kegiatan utamanya, inilah yang dimaksud dengan adanya relevansi. Sedangkan kontekstual artinya muatan kegiatan bersifat terbaru dan tidak kadaluarsa. Relevansi dan kontekstual bisa diartikan sesuai dengan aturan dan regulasi yang ada. Berikut ini adalah conoth bentuk kegiatan yang tidak relevan dan tidak kontekstual, misalnya untuk praktik di mapel TIK jangan sampai materi dan kegiatannya hanya mengetik surat terus-menerus hingga 6 kali pertemuan, atau dalam mapel IPA mempelajari gerak edar planet hingga 7 kali pertemuan, atau mapel penjaskes kegiatannya hanya volly hingga 8 kali pertemuan, begitu pula untuk mapel-mapel lainnya.
“Tak ada gading yang tak retak” atau istilah asing “No body is perfect” adalah senjata paling ampuh untuk berlindung dan berlepas diri dari proses perubahan. Memang tak ada manusia yang paripurna, tak ada jiwa yang sempurna, karena kita manusia biasa yang pastinya punya berbagai kelemahan dan kekurangan. Namun sesungguhnya kelemahan yang paling besar adalah tidak adanya kemampuan untuk menyadari di mana kekurangan diri, dan hal ini berakibat rendahnya kemampuan diri untuk berubah memperbaiki diri serta lemahnya motivasi untuk melakukan inovasi. Oleh karena itu kita butuh orang lain untuk mengoreksi dan mengevaluasi diri kita. Di sinilah peran dan fungsi sosialisasi, publikasi dalam rangka koreksi terhadap jati diri.

Jika di perusahaan selalu ada meeting yang rutin dan terjadwal, jika di perguruan tinggi ada seminar judul skripsi terkait sebuah rencana penelitian, dan jika di SMK ada job-sheet berbagai gambar kerja, maka selayaknya di sekolah umum lainnya –termasuk kita- untuk melakukan  sosialisasi, publikasi atau uji publik terhadap konsep, ide dan gagasan baru kita. Intinya dalam sosialaisasi adalah adanya proses komunikasi yang baik yang dilakukan di awal periode, sebagai bentuk evaluasi awal dari sebuah konsep yang akan dilaksanakan dalam satu waktu tertentu. Jangan takut untuk melakukan sosialisasi, publikasi dan uji publik dari konsep bagus yang belum terungkap dan ide cemerlang yang pernah tersirat, karena sesuangguhnya teman-teman guru dan terutama siswa menunggu karya hebat kita. Ibu Yani dengan english day-nya, Ibu Prihatin dan Ibu Rini add teaching IPA-nya, Pak Yus dengan prototipe demografi-nya. Sosialisasi, publikasi dan uji publik adalah kesempatan bagi mereka yang ingin berbenah, ingin perbaikan dan ingin pembaharuan untuk menghasilkan karya dan kerja terbaik dalam mendidik anak-anak yang telah diamanahkan orang tua mereka. Mari terus melakukan inovasi menuju perubahan yang lebih baik, insya-Alloh. Selamat beraktifitas, semoga sukses <35240>

Selasa, 10 November 2015

Oase -3: Tersesat, Kembali atau Dinikmati - Sebuah Pilihan

Hari Minggu kemarin mendapat amanat mengantar tetangga piknik (wisata) ke kebun binatang Gembira Loka, sebagai hadiah dan syukur atas panen cabe yang melimpah. Setelah mengantar penumpang sampai ke loket masuk, kami bermaksud mencari sarapan ke warung nasi di sekitar perempatan SGM. Setelah berjalan kaki sekitar 5 menit atau sekitar 300 meter tidak menemukan yang dicari, dalam hati merasa telah salah tempat sebaiknya kembali saja, namun ada dorongan yang seakan menyuruh "coba jalan terus saja, nanti di depan sana pasti ada warung lain". Akhirnya jalan terus, sambil merasa bahwa ini sudah salah jalan, sudahlah sebaiknya kembali saja, namun lagi-lagi ada dorongan dan keyakinan yang seakan menyuruh "mencoba jalan terus, di depan sana akan ada jalan pintas untuk kembali". Di sinilah awal merasa bahwa sudah tersesat, namun terasa berat untuk kembali sudah terasa cukup jauh untuk berjalan kaki, dan setelah menyusuri tepian sungai berharap ada jalan tembus, namun harapan tak sesuai kenyataan. Akhirnya harus berjalan lagi mengikuti jalur utama untuk bisa kembali ke tempat semula. Kaki serasa tak mau diajak melangkah saking capeknya setelah berjalan kaki sekitar 80 menit.

Tulisan ini adalah Oase edisi ke-3, mengiringi tulisan inovasi yang baru sampai edisi ke-3 yang berisi persiapan konsep dan akan segera kami susul dengan inovasi -4 yang berisikan tentang sosialisasi / uji publik. Oase kali ini bertema tersesat, sesuai kejadian yang cerita di atas yang kemudian akan kami ambil relevansinya dengan kegiatan dan kehidupan sehari-hari. Tersesat, barangkali setiap orang pernah mengalami. Tersesat bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa tersesat jalan dalam arti salah jalan atau salah arah. Bisa tersesat pemikiran dalam arti salah pandangan, salah pemahaman, salah ideologi dan salah persepsi. Bisa tersesat perasaan, dalam arti salah mengolah rasa, salah menaruh hati, salah mencintai hingga salah membenci. Bisa juga tersesat dalam hal yang lain yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat heterogen dan serba kompleks saat ini.

Sebagai gambaran tambahan betapa sebuah kesesatan akan memberikan efek dan dampak yang parah dan sangat panjang. Ada seseorang yang mencintai teman gadisnya semasa duduk di bangku SMP, yang saat itu sempat dikategorikan bungka sekolah karena kecantikannya. Kenyataan saat ini bahwa sang gadis tersebut telah bersuami dan mempunyai dua anak, duduk di bangku SMA dan SMP. Sang lelaki yakin bahwa gadis tersebut telah bercerai dan siap menerima dia untuk menggantikan bekas suaminya, padahal realita sesungguhnya keluarga itu masih berjalan baik hingga saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh keluarga termasuk mempertemukan sang suami dengan sang lelaki ini, namun hasilnya nihil dan menganggap bahwa orang-orang lain telah membuat rekayasa dan membohonginya. Dari segi fisik, segi jasmani sehat dan makan seperti biasa, juga tidak ada perubahan dalam arti mental. Namun untuk satu hal terkait perasaan, khususnya tentang CINTA benar-benar tak tergoyahkan, tak bisa dikembalikan seperti sedia kala.

Bagi yang sering bepergian atau perjalanan jauh (lajon), sering menjumpai banyak gelandangan, anak-anak punk atau orang yang kurang/hilang ingatan, merekalah salah satu dari sekian orang yang tersesat dalam hidupnya. Atau juga pemuda / pemudi yang jadi sering ngalamun, galau atau stress karena putus cinta, patah hati atau kandas karena cinta yang tak terbalaskan. Inilah realita kehidupan, tersesat bisa dialami siapa saja, dalam bentuk yang mungkin berbeda-beda. Bisa tentang arah perjalanan, pemikiran atau perasaan. Berikut ini adalah kondisi buruk yang sering terjadi dan menghantui perasaan orang yang tersesat.
  • Sering terlambat sadar jika dirinya tersesat, salah arah, salah tujuan, salah perasaan atau salah pemikiran. Tak mudah percaya, bahkan tidak percaya jika ada teman atau orang lain yang memberi tahu bahwa dirinya tersesat, tetap kekeuh dan yakin dia benar, orang lain-lah yang salah.
  • Merasa berat untuk bertanya. Merasa tahu, merasa benar, telah mengalahkan kenyataan bahwa dirinya telah tersesat. Perasaan malu, gengsi semakin menambah parah kondisinya untuk beranjak dan terlepas dari kesesatan yang meliputinya.
  • Berprasangka buruk pada orang lain, sehingga siapa saja dianggap tidak bersahabat, tidak mendukung dan tidak peduli kepadanya. Ini salah satu yang menjadi penyebab orang tersesat sulit untuk bertanya bagaimana jalan untuk kembali.
  • Dorongan dari dalam diri berupa bisikan atau keyakinan untuk terus melanjutkan langkahnya, sikapnya, pemikirannya atau perasaannya. Dorongan itu bersifat menguatkan bahwa di depan sana akan ada jalan pintas, akan ada kemudahan dan akan ada keajaiban untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.
Adakah dari kita yang kemudian muncul pertanyaan dalam diri sendiri "Saya tersesat tidak atau saya tersesat di mana ?". Semoga semua telah benar, semua sudah sesuai dengan harapan. Namun tidak menutup kemungkinan kita salah, walau kita merasa sudah benar. Kita hanya bisa menilai menurut kadar kita, namun menurut kadar orang lain yang lebih tahu bisa jadi berbeda. Oleh karena itu, beberapa hal berikut mungkin saja diperlukan jika suatu saat bertemu dengan kondisi di mana kita berada pada posisi bingung karena salah jalan, salah pemikiran atau salah perasaan :
  1. Bertanya, kepada siapa aja yang ada untuk hal yang bersifat umum. Namun perlu diingat bahwa tidak ada orang yang tahu tentang semua hal. Juga tidak setiap orang tahu tentang hal tertentu, bahkan orang dianggap tahu belum tentu tahu.
  2. Bertanya, kepada orang yang lebih tahu, semisal tentang perasaan, maka psikolog dan psikiater adalah orang yang lebih tahu. Atau tentang ICT atau komputer, maka mereka yang banyak berkecimpung dengan dunia komputer adalah orang lebih tepat.
  3. Bertanya, kepada yang netral (tanpa tendensi). Bertanya kepada yang menyukai kita, maka jawabannya akan cenderung menutup-nutupi kekurangan kita. Bertanya kepada yang membenci kita maka akan banyak menyalahkan, menyudutkan atau justru menyesatkan kita. Bertanya kepada yang punya tendensi kepentingan, justru akan memanfaatkan dan memakan kita. Artinya dalam bertanya memilih orang yang tidak ada ikatan emosi atau kepentingan.
  4. Bertanya, kepada yang bisa merasakan. Bertanya terkait perasaan (sense) kepada google tidak akan menemukan jawaban yang memadai, karena google tidak memiliki perasaan. Bertanya kepada orang yang berhati lembut, halus perasaannya dan mengerti kondisi diri kita saat ini akan jauh lebih baik dalam memberikan solusi dan pemecahan masalahnya.
  5. Bertanya, kepada yang dekat kepada Tuhannya. Inilah sandaran terakhir untuk terkait segala pernik-pernik kehidupan. Hidup yang sesuai dengan syariah dan agama adalah yang paling sesuai, paling nyaman, paling adil. Orang yang paling dekat dengan Tuhannya tidak akan pernah menyesatkan orang lain, tidak akan pernah merugikan orang lain dan pasti akan bersedia membantu dengan senang hati dengan segenap kemampuan yang dimiliki. Untuk mencari orang seperti ini tidak perlu jauh-jauh ke Jawa Timur, ke Cirebon atau ke Bali. Mereka yang dekat dengan tuhannya ada hampir di setiap wilayah sekitar kita. Bila beragama Islam, maka siapa yang paling rajin ke masjid, yang paling sering salat malam, yang paling sering bersedekah adalah sebagian tanda-tandanya. Banyak bercerita kebaikan dirinya, atau seringnya berceramah bukanlah ukutan sesungguhnya.
Terlalu sayang (ngeman) jika kita membiarkan diri dalam kesesatan, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Kita bisa melihat mereka-mereka yang tersesat hidupnya, baik karena salah dalam pemikirannya, salah dalam mengelola perasaannya, salah dalam mengelola jiwanya dan salah dalam mengisi hidupnya - seakan-akan percuma dan sia-sia waktu yang dijalaninya. Terlalu banyak yang dikorbankan, tenaga yang sia-sia, sumber daya, anak-anak dan keluarga, siswa-siswa juga teman dan saudara. Yang paling terasa adalah korban waktu yang tak bisa tergantikan, kita tak akan bisa mengganti waktu yang hilang, tak bisa menukar waktu yang telah berlalu.

Kuncinya, adalah kepercayaan diri untuk bisa kembali ke tujuan yang sebenarnya dan kepercayaan kepada orang lain, bahwa pada dasarnya keluarga, teman dan masyarakat sangat peduli dan menginginkan kita kembali menjadi pribadi yang utuh seperti sediakala. Bila kita tidak punya kepercayaan diri dan kepercayaan pada orang lain, maka akan sangat sulit untuk "mentas dan beranjak dari kesesatan". Pasrah, tawakal dan kesadaran untuk semakin mendekatkan diri kepada Alloh Yang Maha Kuasa adalah jalan terbaik, insya-Alloh. Selamat melanjutkan aktifitas, semoga sukses. <35000>

Jumat, 30 Oktober 2015

Inovasi -3 : Membuat Konsep Baru yang Lebih Baik - Pentingnya Sebuah Konsep

Alhamdulillah, tulisan seri inovasi yang ke-3 sudah bisa kami selesaikan. Sedikit kami cuplikkan bahwa pada tulisan seri inovasi yang pertama mengangkat tentang urgensi inovasi bagi pendidikan, kemudian dilanjutkan seri yang ke-2 yang mengambil tema tentang keutamaan memiliki karakater / jiwa yang baik sebagai bekal dasar untuk bisa melakukan inovasi. Sebagai seri lanjutan, maka pada tulisan seri ke-3 ini kami akan menguraikan pentingnya konsep baru dan bagaimana kita harus mempersiapkan konsep dalam proses inovasi, khususnya dalam pembelajaran bagi siswa. Tulisan ini keluar pada saat yang tepat karena bersamaan dengan dikirimnya 5 guru SMPN 2 Kepil dalam pelatihan USAID yang memang bertujuan untuk menjadi guru yang inovatif dan kreatif sehingga sangat mendukung tugas guru mulai dari persiapan hingga dalam proses pembelajaran.

Pertengahan tahun 95-an ketika kami awal-awal belajar di fakultas teknik UNY saat itu ada anekdot (kelakar) tentang sebuah jurusan di perguruan tinggi yang terasa lucu, yaitu jurusan "Sastra Nuklir". Jika jurusan itu bernama Teknik Nuklir, kemungkinan besar menjadi jurusan yang sangat bagus, karena ada kata teknik, yang pada saat itu jurusan teknik adalah salah satu jurusan yang dianggap pavorit, dan kata nuklir, yang merupakan ilmu yang sangat langka dan modern. Namun karena ditempel dengan kata sastra maka kemudian maknanya menjadi berbeda. Anekdot "Sastra Nuklir" lebih mendekati arti sebagai jurusan ilmu nuklir yang banyak mengarang, tanpa laboratorium memadai dan jauh dari teknologi. Inilah gambaran sebuah jurusan yang dibuat tanpa konsep dan persiapan yang memadai, sehingga terkesan asal jalan, asal ada (sangat apa adanya) dan cenderung jauh dari sasaran kualitas. Hal ini yang beberapa waklu lalu marak terjadi di "perguruan tinggi abal-abal" yang kemudian menjadi latar belakang dibekukan operasionalnya oleh kementerian dikti dan riset.

Dalam dunia properti (pembangunan rumah) dikenal berbagai macam jenis dan kategori rumah, yang dalam istilah arsitektur sering dikenal dengan nama model minimalis, klasik, mewah, modern hingga kontemporer. Jika seseorang mau membangun atau membuat rumah, maka yang paling mendasar adalah adanya gambar rencana dalam bentuk desain atau denah. Gambar rencana meliputi ukuran rumah, jumlah lantai, jumlah kamar dan tata letak yang akan menentukan detil gambar rencana pondasi. Gambar rencana harus jelas. Jika gambar rencana tidak jelas, apalagi tidak konsisten maka akan menyusahkan bagi tukang batu, tukang kayu dan pekerja yang terlibat dalam pembangunan rumah tersebut. Tidak boleh merubah ukuran ruang ketika pekerjaan sudah berjalan 50 %, karena akan berdampak pada banyak hal yang lain. Maka di sinilah peran dari sang arsitek, dia harus benar-benar membuat desain atau rencana gambar yang fix, up to date, dan telah dipastikan cocok dengan keinginan yang akan menempati rumah tersebut. Biasanya dalam proses persiapan desain seorang arsitek harus banyak berkomunikasi dengan calon pemilik rumah. Kesiapan konsep yang matang akan menjadi patokan dan menentukan keberhasilan sebuah kegiatan.

Konsep semakna dengan tema, alur dan gambaran singkat tentang rencana suatu kegiatan atau pekerjaan. Konsep dapat menjelaskan secara gamblang sebuah pekerjaan besar dan menguraikan tiap-tiap bagian secara detil. Sebuah konsep bisa diurai dalam bentuk sekuel-sekuel yang terperinci yang walau secara singkat namun dapat menjelaskan hingga bagian terkecil. Bagi guru, mungkin ada yang bertanya "Mengapa, apa perlu membuat konsep sendiri, kan sudah ada RPP, sudah ada silabus. Apa harus mengganti semua RPP, Silabus dan kelengkapannya ? Seperti kurang kerjaan saja. Tentunya bukan seperti itu bentuk inovasinya, mari kita coba urai bersama-sama.

Konsep baru dalam persiapan dan pelaksanaan pendidikan di kelas bukan untuk meniadakan perangkat yang sebelumnya telah ada. RPP, Silabus dan kelengkapan lainnya merupakan administrasi dasar yang tetap harus ada. RPP dan Silabus adalah perangkat administrasi yang sudah baku, bentuk dan hirarkhinya sudah ditentukan dari pusat yang memiliki kewenangan penuh atas kebijakan pendidikan. Namun selebihnya untuk urusan materi, konten (isi), muatan (lokal dan sentral), teknik dan yang berkaitan dengan penerapan di kelas menjadi kebijakan otonomi tiap sekolah, masing-masing individu guru di kelas. Nah, kehadiran sebuah konsep baru merupakan kebutuhan untuk menjadikan  RPP, Silabus dan kelengkapan lainnya menjadi sesuatu yang hidup, sesuatu yang dinamis dan selalu berkembang seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman.

Jangan berfikir terlalu ekstrim, jangan berfikir terlalu tinggi yang tak terjangkau hingga seakan konsep baru ini akan merubah semuanya, sama sekali bukan. Sederhana aja, konsep baru hanyalah bentuk penyegaran dalam pola pembelajaran agar selalu baru, up to date dan tidak kadaluarsa atau ketinggalan zaman. Bagaimana rasanya jika ketika seorang guru mengajar di kelas siswanya banyak yang tidur karena cara mengajarnya monoton (cerus/cerlu = ceramah terus/cerita melulu), atau materi yang diajarkan tidak menarik (karena tidak di update), atau metode CBSA yang tidak pernah berubah (cbsa = catat buku sampai abis). Bisa dibayangkan apa jadinya jika dalam pelajaran yang durasi 2-3 jam hanya diberi pengantar 15 menit, kemudian selebihnya acara bebas tanpa kendali yang terprogram karena kurangnya variasi metode pembelajaran, yang terjadi bisa diamati adanya siswa bosan, siswa belajar sekenanya, semaunya dan hanya menghabiskan waktu yang terasa sangat lama. Hal seperti inilah yang kami maksud dengan pembaharuan konsep. Artinya perlu dibuat dan dirancang sebuah konsep baru terkait berbagai cara, teknik, materi dan metode dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Konsep baru, bisa berbentuk rencana baru, namun bukan berarti keluar dari substansi inti. Pembuatan konsep baru ini sebaiknya dilakukan di awal semester sebelum pembelajaran di mulai, namun demikian bisa juga di sisipkan di tengah semester seiring dengan datangnya "ilham" yang mungkin bisa saja datang di tengah perjalanan. Konsep baru ini bisa dirancang berdasarkan analisis terhadap pola dan pengalaman pembelajaran yang telah dilakukan selama ini. Apa yang sudah baik, apa yang kurang dan apa yang sama sekali belum sesuai dengan harapan. Perlu juga kiranya dengan bijak dan berbesar hati untuk bersedia melihat, menyaksikan, membaca dan membandingkan dengan tempat lain, sekolah lain, guru lain yang lebih dalam hal kualitas, baik dari sisi prosesnya, inputnya maupun outputnya.

Tidak harus serta merta semua berubah, tidak juga harus frontal, bisa dimulai dari beberapa point penting atau beberapa sekuel utama, atau pada bagian tertentu yang dirasa sudah siap dan paham. Sebagai gambaran mungkin kita bisa memulai untuk memperbarui konsep dalam bentuk sebagai berikut :
  • Metode yang baru, pendekatan langsung kepada bentuk jadi, bentuk nyata dan bentuk yang dikenal sehari-hari. Metode ini yang pernah diterapkan guru matematika asal Purworejo, Bp Juli Eko Sarwono yang ternyata membawa hasil yang luar biasa dalam pembelajaran matematika, hingga membawanya tampil di Kick Andy dan beberapa acara televisi. Pelatihan USAID adalah kesempatan yang sangat bagus bagi guru untuk bisa belajar berbagai metode mengajar yang menarik dan menyenangkan. Saat ini 5 guru SMPN 2 Kepil yang mengikuti pelatihan USAID yaitu ; Bp. Edi Wineto, Bp Agus Yuswantoro, Ibu Ratna Yuli, Ibu Laras dan Ibu Zulaikho.
  • Bahan ajar yang baru, semisal membuat file presentasi. Semangat Bp Edi Wineto, S.Pd yang mau bertanya dan belajar bersama kami dalam membuat file presentasi (power point) perlu diacungi jempol dan bisa ditiru oleh guru yang lain. Bagaimana pun bentuknya, suatu karya hasil buatan sendiri akan lebih mantab dan meyakinkan dalam proses transformasi ilmu. Maka jangan takut berkarya, hasil yang baik hanya bisa diperoleh dengan tekun dalam berproses dan banyaknya pengalaman.
  • Alat yang baru, contohnya LCD Proyektor atau benda kerja. Melalui tayangan video atau gambar siswa akan lebih bisa melihat langsung benda sesungguhnya. Selain itu membawa barang asli, semisal peragaan langsung berbagai alat musik oleh guru mata pelajaran akan menambah khazanah dan kepercayaan siswa terhadap kemampuan dan kapasitas guru dalam proses transformasi ketrampilan seni dan budaya.
  • Teknik baru, semisal pembelajaran di luar kelas. Ibu Prihatin Handayani, S.Pd dan Ibu Rini Utami, S.Pd yang keduanya mengajar mata pelajaran IPA pernah melakukan ini, para siswa di ajak melakukan pengamatan dan penelitian tanaman di halaman adalah suatu langkah baru yang perlu dikembangkan secara lebih intensif dan terprogram.
  • Ide baru (gagasan kegiatan), semisal ide tentang "English Day" - ini yang sempat disampaikan Bu Yani Widayati, S.Pd. Ini ide bagus, konsep baru yang bagus yang harus bisa dimulai kalau ingin terwujud. Ide baru yang tak pernah dimulai akan menjadi ide yang kadaluarsa, dan terlambat dalam membuat perubahan. 
  • Tambahan baru (suplemen), semisal pelajaran gamelan, group band, paskibra, membuat aneka masakan, seni tari dan vocal group. Pemberian tambahan ilmu baru yang diajarkan secara intensif akan sangat memberikan warna dan ruh baru bagi kemajuan sebuah mata pelajaran. Suplemen ini bisa menjadi keunggulan yang merupakan ciri khas sekolah yang pada gilirannya akan mengangkat citra dan nama baik sekolah.
Masih banyak hal baik yang bisa disiapkan dalam membuat konsep baru dalam pembelajaran. Intinya semua berawal dari kemauan untuk memperbarui diri, untuk melakukan inovasi, menjadikan diri sumber inspirasi dalam pembelajaran bagi siswa di Sirandu ini. Kami yakin (kita), bila kita mau, insya-Alloh kita mampu. Sebagai pedoman dasar agar tidak terlalu menjadi bayangan yang menakutkan adalah "Bila sekolah lain bisa, mengapa kita tidak - bila guru lain bisa mengapa kita tidak". Guru-guru di sekolah lain yang sudah lebih maju adalah manusia juga, sama seperti kita. Artinya, mungkin saja kualitasnya juga sama dengan kita (tidak jauh berbeda), hanya masalah kesiapan mental dan kesadaran untuk menempa diri, mengasah visi dan memperbaharui misi untuk bisa menjadi pribadi yang siap memberikan yang terbaik untuk anak-anak negeri. Slogan "mengajar seadanya, sebisanya, semaunya dan ala kadarnya", atau menganggap mengajar sebagai kebiasaan "pekerjaan biasa sekadar memenuhi jam mengajar" alangkah baiknya dengan penuh kesadaran direvisi kembali.

Kuncinya pada kesadaran dan rasa peduli. Kesadaran bahwa guru / pendidik adalah pekerjaan mulia dan hanya akan mulia bila dilaksanakan dengan sepenuh jiwa raga. Peduli, kadang kita sangat peduli dengan anak sendiri, namun kurang peduli dengan anak orang lain yang menjadi anak didik kita. Jika secara pribadi tidak rela jika anak kita belajar di sekolah kurang bagus, kurang inovatif, dan kurang bermutu - maka sebagai guru kita harus berupaya untuk menjadi guru yang bagus, yang inovatif dan bermutu dengan ditandai tumbuh kembangnya semangat inovasi yang terus menerus dalam membangun sekolah untuk menjadi sekolah yang lebih maju. Kita tentu tidak ingin dikenal sebagai guru sastra penjaskes, sastra matematika, sastra IPA, sastra IPS, sastra seni budaya dan sastra lainnya, karena predikat sastra yang paling tepat dan menjadi hak sepenuhnya adalah jurusan bahasa. Sekian, sampai jumpa pada edisi berikutnya, inovasi -4. Selamat mempersiapkan diri untuk lebih maju, selamat beraktifitas, semoga sukses. <34580>

Sabtu, 24 Oktober 2015

Download Contoh Aplikasi Rapot UTS SMP Negeri 2 Kepil

Penerapan Kurikulum 2013 membawa dampak yang bermacam-macam, ada yang pro dan banyak juga yang kontra. Dampak yang paling terasa oleh sekolah yang menerapkan K-13 adalah hilangnya mapel TIK dan KKPI. Selama dua tahun sejak diberlakukan K-13 maka guru TIK, khususnya di SMP yang sampai hari ini masih melaksanakan K-13 maka guru-gurunya kemudian kehilangan pekerjaan utama sebagai guru TIK, akhirnya banyak yang alih profesi menjadi guru mapel baru - Prakarya.

Dua tahun kemudian muncul Permendikbud no 68/2014 yang memberi arahan tugas guru TIK / KKPI yang beralih menjadi guru Bimbingan TIK (B-TIK). Dengan permen ini, maka peran guru TIK berubah menjadi semacam konselor / konsultan bagi siswa, guru dan TU terkait dengan teknologi informasi (TI). Dengan peran baru ini tugas guru TIK, secara implisit menjadi lebih berat, seakan guru TIK adalah sosok luar biasa yang serba bisa, padahal banyak guru TIK (red, khususnya kami) yang merasa masih banyak keterbatasan. Pada tataran kebijakan, regulasi permen ini belum familier di tingkat dinas pendidikan kabupaten/kota. Dan kenyataan yang ada di lapangan, beberapa sekolah pilot belum bisa melaksanakan bimbingan TIK pada tahun ajaran yang berjalan saat ini.

Kami, SMP Negeri 2 Kepil dengan segala keterbatasan tetap mendukung pelaksanaan K-13, termasuk permendikbud no 68/2014. Sebisa yang kami mampu, kami berupaya memberikan layanan minimal di bidang IT baik kepada siswa dan guru. Rasanya bahagia bisa berbagi pengetahuan di bidang IT kepada siswa walau dengan jam pembelajaran minimal yang hanya 1 jam tatap muka dengan siswa. Begitu juga bisa berbagi sedikit informasi kepada rekan sesama guru, walau terkadang sebagian dari mereka (guru non TIK) justru lebih tahu dan lebih terampil dari guru TIK.

Terkait implementasi permen 68/2014 dan hubungannya dengan penilaian kurikulum 2013, beberapa aplikasi telah dimiliki dan dibuat sendiri oleh sekolah, mulai dari aplikasi penilaian untuk tiap guru mata pelajaran hingga aplikasi untuk membuat rapot. Yang paling sederhana adalah aplikasi Rapot UTS yang terintegrasi, yang kali ini akan kami coba share (bagi) kepada pembaca umumnya, karena ada seseorang yang menghendaki kami untuk membagikannya. Dalam aplikasi sederhana ini semua siswa secara otomatis sudah terdaftar, namun masih bisa ditambah atau dikurang atau diedit bila terjadi kesalahan penulisan. Dengan hanya satu file aplikasi, semua wali kelas bisa menggunakan dengan memilih menu kelas yang menjadi tugasnya. Menu tambahan berupa update guru apabila ada perubahan data guru atau guru baru. Menu update kepala sekolah juga dibuat untuk mengantisipasi bila terjadi pergantian kepala sekolah. Secara umum aplikasi ini tidak jauh berbeda, namun yang kami utamakan adalah buatan sendiri. Disana juga terdapat beberapa hal baru yang meruapakan inovasi sebatas kemampuan kami.
Akhirnya, kepada yang "merasa perlu" kami persilahkan untuk mengunduh (download). Barangkali bisa sebagai gambaran, panduan dan pembanding. Bagi sekolah yang sudah maju dan telah memiliki aplikasi yang jauh lebih sempurna maka aplikasi ini bisa diunduh sekedar sebagai tambahan koleksi barang tak berharga.
Download Rapot UTS
Untuk bisa menggunakan aplikasi ini pengguna harus masuk ke aplikasi ini dengan akun dan password. Untuk pengguna umum maka bisa menggunakan akun "coba' dan password "umum". Khusus para pakar IT dan pembuat software yang terbiasa menjadi "hacker" kami harap untuk cukup tersenyum dan tertawa di dalam hati. Demikian, semoga bermanfaat <34370>.

Senin, 19 Oktober 2015

Oase -2: Berharganya Sebuah Proses Untuk Bangkit Menuju Sekolah Maju

Tulisan ini adalah episode oase-2, merupakan jeda atau selingan berupa esai ringan untuk sedikit mencairkan kebekuan yang terjadi di antara beberapa tulisan sebelumnya. Sekaligus dengan tulisan oase ini, kami selaku penulis utama bermaksud menyampaikan permohonan maaf sebagai berikut, "Dengan segala kerendahan hati memohon maaf apabila dalam beberapa tulisan selama ini ada beberapa yang secara serius dianggap menyinggung atau bahkan menusuk dan melukai hati dan perasaan pembaca semua". Tulisan-tulisan kami hanyalah sebuah opini, analisis atau esai bebas, tanpa tendensi kepada siapa pun. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kami kepada atasan kami, teman sekerja kami dan sahabat pembaca sekalian, tulisan-tulisan di web ini kami buat sebagai bentuk apresiasi, koreksi dan inovasi terhadap situasi, kondisi dan perkembangan yang terjadi, dengan harapan bisa sedikit berbagi "sesuatu" untuk proses menuju perbaikan, setapak-demi-setapak, tangga-demi-tangga, fase-demi-fase - hingga tanpa sadar terjadi perubahan yang signifikan menjadi sesuatu yang baru yang lebih baik.

Sebagai gambaran singkat pada tulisan seri inovasi selanjutnya, seri ini rencananya akan kami tulis menjadi sekitar 7-9 seri. Dengan target, sasaran atau harapan kami adalah agar suatu saat nanti, - kami (dan rekan guru umumnya) - bisa melakukan sebuah inovasi dalam pembelajaran, mulai dari persiapan, di dalam proses dan pasca proses pembelajaran. Kami berharap suatu saat guru dan pembaca akan merasakan sesuatu yang berbeda, menyadari bahwa sebenarnya kita-kita ini punya kemampuan tersembunyi (istimewa), yang jika di tuangkan dalam karya yang inovatif maka hasilnya adalah sesuatu sangat luar biasa. Kami yakin, sebenarnya guru-guru kita bagus dan memiliki kualifikasi yang memadai, namun hanya kurang motivasi dan "greget" untuk bisa berbuat yang optimal. Berbagai hal yang melatar-belakangi antara lain ; bawaan karakter yang lemah, pengaruh lingkungan kerja yang buruk dan tekanan himpitan kebutuhan yang kadang justru mendomiasi jiwa untuk bekerja ala kadarnya.

Sekedar informasi, di samping web utama ini kami juga menulis di web khusus untuk mapel Prakarya - Kurikulum 2013, pengunjungnya juga luar biasa sudah mencapai lebih 65.000-an. Kami justru tidak merasa jika apa yang kami tuliskan ala kadarnya banyak dibaca dan dijadikan rujukan dan dirasa membantu pembaca. Banyak yang download RPP, Prota-Promes, Silabus dan Perangkat lain dari locker server kami. Begitu pula dengan tulisan di web utama ini, dari tulisan awal hingga yang terbaru inovasi -2, total tulisan sudah mencapai 230-an. Tema tulisan juga berbeda-beda, ada tajuk yang mandiri dan ada tajuk yang ber-seri.  Dari beragam tulisan ini ternyata sedikit banyak telah mampu mengangkat nama sekolah kami SMP Negeri 2 Kepil menjadi sekolah yang cukup dikenal di nusantara setidaknya di dunia maya, dan membuat web ini tergolong kategori sangat aktif. Hal ini banyak disampaikan teman atau pembaca lewat komentar - baik yang bersifat langsung ketika bertemu dengan sesama guru/peserta dalam even pelatihan atau juga lewat komentar dalam website dan sumber server tempat kami menyimpan data-data kami. Untuk wilayah jawa Tengah sebarannya cukup merata, mulai dari Cilacap di ujung barat daya hingga wilayah Rembang di ujung timur laut yang berbatasan dengan Jawa Timur. Hal inilah yang kemudian membuat sebuah sekolah di Kabupaten Magelang mengundang kami untuk memberi pelatihan pembuatan web-blog bagi guru & karyawan, satu harapan mereka agar apabila diketikkan kata kunci di google - maka secara otomatis langsung muncul nama web mereka berikut gambar-gambar terkait sekolah dimaksud.

Alhamdulillah, sekolah ini setapak-demi-setapak telah berubah menjadi jauh lebih maju. Kami ingat 4,5 tahun yang lalu ketika awal-awal kami bergabung di sekolah ini, saat ini jauh berbeda. Saat ini guru dan karyawan SMP Negeri 2 Kepil saat ini sudah memiliki kemampuan di bidang IT yang cukup memadai, bahkan beberapa sangat memadai. Ini sama sekali bukan karena kami, namun memang karena pada dasarnya mereka semua bagus, motivasi dan semangat yang tinggi dalam belajar untuk menguasai IT. Ibaratnya untuk menjadikan rumput, jerami dan daun-daunan di kebun menjadi bentuk yang sama yaitu abu, maka rumput, jerami dan daun ini sudah kering / sudah hangat, hanya butuh sedikit pemantik mereka langsung bisa terbakar dan membara. Dari segi fisik juga sudah banyak mengalami kemajuan, lantai 2 gedung depan sudah jadi dengan bentuk dan tampilan yang bagus, walau baru 1 ruang. Penambahan dua penampungan air yang pada akhirnya menjadi tersedia kran dengan air yang mengalir di tiap depan ruang kelas juga termasuk hal baru dan ini adalah prestasi luar biasa. Sungguh patut diberikan apresiasi dan penghargaan kepada bapak Drs. Kardan dan Bapak Satiyun, S.Pd selaku kepala dan wakil kepala sekolah - yang sangat banyak mengorbankan waktu, tenaga dan pemikiran untuk kemajuan sekolah ini. Dapat diprediksi, jika dilakukan inovasi di berbagai bidang, maka selambatnya 2 - 3 tahun ke depan SMP Negeri 2 Kepil akan menjadi sekolah yang maju, sekolah unggulan dan menjadi pilihan pavorit di masyarakat.

Satu hal yang sebaiknya dijadikan pegangan untuk bisa menjadi guru yang baik, guru yang mampu memberi inspirasi dan membuat inovasi adalah kesadaran bahwa kita adalah guru biasa yang juga manusia biasa. Artinya, sebagai guru biasa tidak serta merta / otomatis kita sudah sangat hebat, sangat luar biasa dan tanpa cela. Kalau mau jujur kita pasti punya kekurangan, apakah itu motivasi dan semangat, entah itu kreatifitas dan inovasi, mungkin juga ketekunan dan ketulusan. Kekurangan adalah hal manusiawi dan itu yang banyak terjadi. Namun yang maksud di sini bukan kemudian pasrah apa adanya, namun justru kesadaran itu haruslah menjadi motivasi untuk selalu belajar, selalu mencari / menambah pengalaman, agar tidak seperti katak dalam tempurung, yang merasa besar di lingkungan kecil dan sempit. Untuk itu, kita harus mengupayakan diri untuk masih selalu berguru pada orang lain, misalnya yang terkait mental / religius kita bisa ikut kajian rutin seminggu sekali, yang gurunya terkadang justru berusia lebih muda dari kami (bahwa ilmu, wawasan dan pengalaman tidak ditentukan oleh usia). Demikian juga pada bidang lain terkait pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan dan disiplin ilmu yang ditekuni. Prinsipnya tanpa berguru maka ilmu, pengetahuan, wawasan dan mental kita akan "stagnan / mandeg", tidak berkembang.  Bahkan yang paling berbahaya adalah jika kemudian muncul indikasi sudah merasa pandai, sudah merasa hebat dan sudah merasa lebih tahu - padahal bila dilihat dan dibandingkan dengan dunia di luar wilayah kita ternyata kita belum memadai, belum seberapa, belum ada apa-apanya dan mungkin saja malah masih jauh tertinggal.

Kiranya demikian edisi oase / jeda kali ini, semoga bisa sedikit menambah wawasan serta semangat untuk berbuat yang terbaik untuk kemajuan-kemajuan berikutnya. Sampai jumpa pada inovasi ke-3 dengan tema inovasi konsep, insya-Alloh. Selamat beraktifitas, semoga sukses. <34262-84>

Selasa, 13 Oktober 2015

Inovasi -2 : Diawali Pembenahan Karakter Pribadi - Kemampuan Memotivasi Diri

"Dibalik siswa yang hebat terdapat guru yang hebat" - inilah kata kuncinya yang menjadi grand topik yang disampaikan mendikbud beberapa waktu yang lalu. Guru yang hebat pasti disenangi muridnya, karena dia bisa membuat suasana belajar menjadi menyenangkan bagi siswa. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus bisa membuat suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan. Dalam konteks yang lebih besar dan luas bisa dianalogikan menjadi "Dibalik sekolah yang hebat pasti terdapat banyak guru yang hebat".  Inilah yang menjadi konsep dasar pada beberapa sekolah besar, sekolah maju, sekolah yang kaya inovasi yang kemudian menjadi sekolah pavorit.

Alhamdulillah, kami bisa memulai kembali menulis guratan benak di kepala di sela-sela sulitnya mengakses dan menyelesaikan proses entri data pupns.yang akhir-akhir ini sangat menyita waktu para PNS. Tulisan kedua seri inovasi kali ini akan fokus pada pembenahan karakter yang merupakan bagian penting untuk bisa menjadi pribadi yang mampu melakukan inovasi. Tanpa tendensi pada seseorang atau bagian tertentu, namun inilah yang memang harus dilakukan untuk menjadikan diri lebih hebat dari sebelumnya.

Menjadi pribadi hebat tentu sangat diharapkan oleh hampir semua orang. Pribadi hebat bisa terlihat di mana saja, ada guru hebat di sekolah, ada kepala dusun terbaik, ada aparat desa teladan. Dalam bidang strategis dan jabatan penting ada direktur hebat, ada manajer terbaik, ada bupati teladan dan gubernur terpavorit. Hampir bisa dipastikan semua predikat hebat di atas terjadi pada seseorang dengan karakter pribadi yang baik. Karakter, inilah rahasianya. Kenapa musti karakter, apakah yang dimaksud dengan karakter itu, dan apa hubungannya ? Mari sedikit demi sedikit kita urai bersama.

Sejalan dengan teori karakter / kepribadian (Freud : 1920), bahwa kepribadian seseorang digambarkan sebagai gunung es di tengah lautan. Yang nampak di permukaan hanyalah kecil, namun yang tidak nampak justru jauh lebih besar. Itulah hakekatnya kepribadian seseorang. Yang nampak dalam keseharian seseorang sedikit banyak bisa memberikan gambaran kepribadian seseorang, namun sebenarnya yang tidak nampak adalah jauh lebih besar dari yang sebenarnya, apakah itu kepribadian baik ataupun sebaliknya. Dan yang nampak kecil itulah yang pada kenyataannya mampu menghancurkan sesuatu yang besar, inilah yang terjadi seperti cerita film legenda tenggelamnya kapal Titanic.

Karakter semakna dengan pribadi atau kepribadian. Karakter adalah kombinasi yang ada di kepala dengan yang ada di hati. Karakter tidak dapat dirubah hingga terbawa mati, itu kata sebagian orang. Orang yang licik-culas, yang sombong, yang iri-dengki, yang jahat, yang serakah, yang cabul hingga tak senonoh - tak akan berubah sampai mati. Mungkin ini banyak benarnya, banyak kejadian seseorang tak berubah karakter buruknya hingga maut menjemputnya, cukup mengenaskan. Tapi benarkah karakter/pribadi tidak bisa dirubah hingga terbawa mati ? Seandainya tidak bisa dirubah, maka sia-sialah hidup orang macam ini, karena selama ini kehidupannya terlanjur banyak dipenuhi dengan kepribadian yang buruk.

Sebelum membahas hal itu, perlu kami gambarkan lebih dahulu beberapa karakter dasar seseorang terkait tema inovasi kita kali ini. Ada banyak tipe pribadi / karakter manusia dalam karya/pekerjaan, baik yang bersifat individu maupun organisasi. Berbagai karakter/pribadi ini bisa diibaratkan dengan kegiatan produksi pada bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan yang sejenisnya. Untuk lebih mudahnya secara khusus kami contohkan pada tanaman padi mulai dari penyemaian hingga panen.
  1. Tipe penyemai benih/bibit. Ia tahu betul bibit padi yang unggul, sangat paham bagaimana menyiapkan lahan dan cara menyemai benih, serta sangat hafal cara menjaga agar benihnya tumbuh dengan baik, bahkan ada beberapa yang ahli dalam menemukan varietas baru yang lebih unggul. Tipe ini tidak banyak jumlahnya, bahkan cenderung sangat sedikit. Dia berani berani mencoba, berani berkorban, dan berani gagal. Sabar, tekun dan telaten seakan sudah menyatu dengan nafasnya.
  2. Tipe penanam biibit. Mereka tahu bahwa bibit padi yang sudah tumbuh sebaiknya harus sudah ditanam sebelum usia 2 minggu. Mereka juga paham cara menanam yang baik, jumlahnya, dalamnya dan jaraknya antar lubang. Tipe ini lebih banyak dari tipe pertama.
  3. Tipe perawat tanaman. Tipe ini lebih sedikit jumlahnya dari tipe ke-2. Ia paham dan mahir cara merawat tanaman padi, mengairi, menyiangi dan memupuk agar tanaman tumbuh subur dan jauh dari hama yang bisa merusak tanaman.
  4. Tipe pemanen. Tipe ini adalah yang paling banyak jumlahnya. Banyak orang yang dengan senang hati dan siap sedia untuk ikut menjadi pemanen. Pekerjaan mereka cukup mudah, tinggal memetik padi dari batang/tangkainya bila padi sudah menguning. Bila hasil panen bagus mereka ikut bahagia dan merasa bangga, namun bila hasil panen kurang bagus biasanya mereka mencela, mengomel dan menyalahkan tipe yang pertama, ke-2 dan ke-3.
  5. Tipe perusak tanaman. Apa ada, jawabnya ada, dan hampir selalu ada walau jumlahnya tidak banyak. Ada beberapa hama dan gulma, mulai dari tikus, wereng, burung, ulat dan gulma yang mengganggu tanaman padi.
Dari beberapa contoh di atas, kiranya kita bisa koreksi, instropeksi dan membaca diri sendiri - ada di tipe yang mana posisi kita. Berikut ini beberapa kesimpulan yang mungkin bisa dijadikan teropong untuk mencari, melihat dan menentukan langkah terbaik kita :
  • Karakter tertinggi / terbaik tentu tipe pertama, dimana orang tipe ini hanya berfikir bagaimana ia berinovasi untuk menghasilkan karya terbaik tanpa berfikir untung rugi bagi dirinya. Ia tidak terlalu memikirkan keuntungan apa yang akan diperolehnya. Baginya bisa berbuat dan menghasilkan yang terbaik adalah kepuasan dan kebahagiaan tersendiri. Disusul tipe ke-2 dan ke-3 yang juga mampu bertindak nyata untuk segera berbuat, tahu apa yang harus dilakukan, paham bagaimana melakukan dan tidak menunda-nunda untuk melakukan sesuatu yang dianggap baik. Tipe penyemai benih, penanam bibit dan perawat tanaman paham betul bahwa tugasnya adalah menyemai, menanam dan merawat, karena mereka sadar betul bahwa kebaikan yang selama ini dia petik adalah juga berkat peninggalan orang-orang terdahulu yang telah menyemai dan menanam kebaikan.
  • Karakter tengah, merupakan karakter pemanen. Inilah karakter yang paling banyak dimiliki manusia, yang cenderung mencari yang mudah, enggan bersusah payah, cenderung malas berfikir dan tak mau tahu bagaimana susahnya sebuah proses untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas, sesuatu yang berkelas dan hebat. Asalkan urusan diri pribadi beres dan haknya terpenuhi maka tak ambil peduli bagaimana dengan orang lain, tak ambil pusing bagaimana kemajuan sistem yang ada di komunitasnya. Kata gaulnya "Emang Gue Pikirin, Lue-Lue Gue-Gue". Ramai datang berduyun-duyun pada saat sukses, jika susah maka cepat-cepat menjauh. 
  • Karakter terendah adalah  karakter perusak. Sama sekali tak ada baiknya, dia tidak bisa menghargai orang yang berinisitaif dan berbuat baik. Dalam istilah jawa - neng ngarep njegali, neng mburi nggondeli, seakan tidak rela orang lain maju, tidak ikhlas bila ada teman yang sukses. Selalu berburuk sangka pada orang lain, memelihara dendam, menjunjung tinggi iri-dengki, bangga dengan sikap arogannya dan suka merendahkan orang lain serta hobi mengedepankan ego pribadi.
Lalu, bagaimana bila diri kita berada pada karakter tengah atau bahkan karakter terendah, apakah cuek dan dinikmati saja, ataukah ada niatan untuk berubah. Secara alami sangat sulit untuk bisa merubahnya. Hanya ada dua hal yang bisa merubahnya, yaitu 1) Kejadian Luar Biasa, 2) Dipaksa. Kejadian luar biasa yang terjadi di luar nalarnya bisa menyadarkan seseorang tentang karakter buruknya dan menjadi motivasi untuk berubah. Contoh kejadian luar biasa antara lain, bencana, musibah, malapetaka atau mengalami kesakitan yang luar biasa. Adapun yang ke-2, dipaksa artinya memang seseorang harus diposisikan pada lingkungan atau kondisi yang memaksa diri untuk berubah, mau tidak mau harus berubah jika ingin tetap melanjutkan proses selanjutnya. Dalam konsep psikologi dan konsep agama, jelas karakter yang bersentuhan langsung dengan kepribadian ini bisa dirubah, dan inilah yang sejalan dengan cara ke-2, yaitu dengan proses pemaksaan. Proses pemaksaan bisa dilakukan oleh diri sendiri, oleh keluarga, oleh komunitas dan oleh lingkungan. Kehadiran orang yang dipercaya dan dianggap mampu sangat diperlukan dalam proses pembentukan karakter ini.

Sewajarnya kita pasti menginginkan menjadi pribadi yang hebat, menjadi pegawai yang hebat atau jika kita seorang guru maka alangkah baiknya menjadi guru yang hebat. Guru yang hebat akan mampu menginspirasi siswa menjadi murid yang hebat. Bila menjadi kumpulan guru-guru hebat, maka akan semakin banyak muncul murid-murid yang hebat. Pada gilirannya akan berkembang menjadi sekolah yang hebat yang sangat kita harapkan. Untuk itu marilah jangan takut untuk melakukan inovasi, dimulai dari hal yang kecil, mulai dari diri kita dan mulai saar ini. Point pertama untuk bisa melakukan inovasi adalah menumbuhkan kesadaran diri dan membenahi karakter diri untuk bisa berinovasi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kepasrahan, tawakal dan doa yang dimunajatkan dengan penuh kesungguhan untuk mengharap kebaikan adalah cara terindah untuk kembali menjadi pribadi yang hebat. Selamat beraktifitas, selamat ber-inovasi - semoga sukses <34081>

Senin, 28 September 2015

Inovasi -1 : Pentingnya Inovasi dan Pengembangan Dalam Dunia Pendidikan - Pengantar Seri Inovasi

Kami akan mengawali tulisan seri inovasi ini dengan sedikit membuka ingatan tentang teknologi komunikasi nirkabel generasi awal di Indonesia. Pada akhir tahun 90-an hingga 2003 dalam sebuah komunitas, jumlah orang yang sudah memiliki dan menggunakan telepon genggam (HP) masih sangat sedikit, ibaratnya bisa dihitung dengan jari. Saat itu ada beberapa merek yang umumnya dipakai antara lain Nokia 5110 (antene luar),  Nokia 3210 (keduanya antene dalam), Ericsson T10 dan Siemen C35. Walaupun tipe handphone tersebut kini dianggap jadul, namun pada waktu itu sudah dianggap canggih dan hanya dimiliki oleh kalangan terbatas yang sudah tergugah dan terpanggil untuk memiliki, karena harganya yang selangit dan tak terjangkau kalangan awam (termasuk penulis - belum memiliki). Fungsinya hanya dua, yaitu untuk telepon dan SMS. Sangat berbeda dengan saat ini, perkembangan HP sebagai alat komunikasi sudah menjamur di segala lapisan dan kalangan. Hampir setiap orang punya (kecuali yang tidak), bahkan satu orang punya lebih dari satu. Fungsinya juga berkembang pesat mencakup pada hampir seluruh sendi kehidupan. Inilah gambaran pertama, majunya inovasi di bidang teknologi komunikasi.

Sisi lain pada tataran yang sederhana, ada sebuah warung makan yang saat awalnya ramai dan terkenal karena cita rasa yang khas. Banyak pengunjung dari segala lapisan dan kalangan, yang kata mereka masakannya enak, suasananya santai dan harga merakyat (murah). Karena ramai dan laris, kemudian membuka beberapa cabang di tempat lain. Seiring waktu berjalan, saat ini cabang-cabang sudah ditutup, yang masih tersisa tinggal induknya dalam kondisi yang berbeda, tidak seramai dulu, sepi dan jarang pembeli, padahal menu masakan dan cita rasa masih sama seperti dulu. Ada apa rupanya. Ternyata, sebagian penyebabnya adalah karena warung tersebut tidak mau berbenah dari segi tempat / lokasi, bangunan, ketersedian tempat parkir dan kelengkapan lainnya. Inilah gambaran kedua, yang lebih disebabkan karena kurangnya inovasi dalam mengelola usaha, kalau tidak mampu melakukan inovasi mengikuti perkembangan maka akan ditinggal oleh zaman.

Dua gambaran di atas terdapat pelajaran berharga, bahwa kita sebagai unsur terkecil dalam sebuah sistem -   mulai dari keluarga, masyarakat hingga lembaga haruslah peka dan mau belajar untuk mampu melakukan inovasi terhadap diri sesuai bidang yang menjadi pekerjaan kita. Terlebih lagi bagi seseorang yang bekerja di kantor pelayanan  umum, atau di sekolah yang berhubungan dengan siswa. Bidang pekerjaan ini sangat diperlukan orang-orang yang senang belajar, yang mampu berkembang dan mampu menjadi pelayan yang up-to-date. Untuk itu, sekali waktu kita perlu jalan-jalan ke luar, luar wilayah kerja atau melihat dunia luar. Sekali waktu kita juga perlu untuk keluar dari alam pikiran kita. Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus keluar dahulu dari pikiran diri ? Yah, karena jika kita masih tetap berada dalam pikiran kita yang dipenuhi rasa ego, merasa bisa, merasa benar dan berbagai rasa besar lainnya, maka pembacaan dan penilaian kita tidak bisa objektif dan tidak adil.  Dengan menjadikan pikiran dan diri kita lepas dari rasa ego, kita akan bisa membaca apa sebenarnya kebutuhan konsumen kita, masyarakat kita, siswa kita dan komunitas kita.

Beberapa tokoh besar sudah melakukan cara ini, yang ala Jokowi bahasa kerennya "blusukan", namun masih dengan pakaian kebesarannya sebagai pejabat publik. Demikian juga Sri Sultan HB IX yang pernah "manjing kawulo" tanpa menunjukkan bahwa dirinya sultan, dan masih banyak tokoh-tokoh yang lain. Begitupun seorang guru yang mampu berbaur dengan siswa, dengan masyarakat dengan menanggalkan baju kebesaran guru akan menjadikan kita dekat dan seakan tak ada jarak dengan siswa, dengan masyarakat. Jika sudah dekat maka semua hal tentang permasalahan, harapan dan penilaian dari mereka akan keluar dengan sendirinya. Teknik inilah yang dipakai oleh para intel di kepolisian untuk menguak tabir dan membuka sebuah rahasia yang terjadi di masyarakat. Adalah Anna Lao Tjiao Leang - wanita keturunan Tionghoa -, yang menjadi polwan pertama di Indonesia pernah menyamar sebagai pembantu rumah tangga, tukang potong rambut, tukang membuat kue, bahkan sebagai tukang pijit dalam menjalankan tugasnya sebagai intel, dan ternyata berhasil sukses mengungkap kasus penyelundupan.  Beliau mendapat penghargaan rekor Muri sebagai Polwan pertama di Indonesia. Dari kisah ini kita diajarkan untuk mampu berinovasi, pandai berperan untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Inilah sosok yang menjadi inspirasi tulisan kali ini.

Diri kita sebagai karyawan, pegawai, guru atau pekerjaan lainnya adalah unsur dalam sebuah sistem. Sistem manajemen dalam sekolah, kantor, lembaga atau organisasi adalah serupa dengan manajemen dalam perusahaan. Sebagai gambaran perlunya inovasi, berikut beberapa penyebab perusahaan harus melakukan inovasi diantaranya:
  1. Produk lama tidak laku di pasaran. Jika produk yang telah diluncurkan di pasaran tidak mendapatkan respon positif dari konsumen, maka perusahaan bisa mengevaluasi hal-hal yang menyebabkan produk tidak disukai konsumennya. Dengan penilaian tersebut perusahaan bisa membuat suatu inovasi untuk memperbaiki produk yanng telah dipasarkan.
  2. Permintaan pasar. Berbeda dengan poin di atas, inovasi juga bisa disebabkan karena permintaan pasar yang ingin mendapatkan barang baru dengan fungsi yang berbeda. Barang atau produk yang lama memang laku di pasaran namun konsumen menginginkan produk baru yang juga sama menariknya dengan produk lama. Kedua produk itu nantinya bisa memuaskan kebutuhan konsumen.
  3. Adanya pesaing. Dalam bisnis selalu ada namanya pesaing, dan inilah yang menyebabkan inovasi suatu produk harus dibuat. Pesaing mungkin membuat suatu produk yang jauh lebih bagus dari produk anda sehingga untuk mengalahkan pesaing, anda harus membuat produk dengan kwalitas yang jauh lebih baik dari produk sebelumnya dan juga lebih baik dari produk pesaing anda.
  4. Mengembangkan bisnis. Inovasi juga sangat penting bagi pelaku bisnis untuk bisa mengembangkan bisnisnya tidak hanya dengan satu produk namun juga meliputi beberapa produk. Dengan adanya inovasi tersebut maka perusahaan bisa lebih banyak mendapatkan keuntungan.
Dari uraian di atas sangat terasa betapa pentingnya (urgen) peran inovasi untuk keberlangsungan tugas dan pekerjaan kita sebagai guru, karyawan atau pegawai, agar : 1) karya kita tidak kadaluarsa, 2) tetap bisa diterima dan bisa memuaskan siswa, customer atau pelanggan, 3) bisa bersaing dengan guru/karyawan yunior, dan 4) mampu turut mengembangkan kemajuan  pendidikan. Inovasi bukan berarti harus berubah total, tidak harus frontal dan radikal, serta tidak harus menjadikan diri berbeda dalam tanda tanya. Yang dibutuhkan dan sangat berharga adalah semangat, inisiatif, proses dan mental untuk melakukan upaya terbaik demi kemajuan dan kesuksesan bersama.

Demikian uraian awal yang merupakann pengantar tulisan seri bertajuk inovasi ini, yang rencana akan kami paparkan menjadi sekitar 7 seri. Bidang apa saja yang perlu dilakukan inovasi, insya-Alloh akan kami lanjutkan pada tulisan berikutnya. Selamat beraktifitas, semoga sukses. <33820>