Kamis, 27 November 2014

Manajemen -7 : Tumbuhkan Empati, Sekarang Saat Tepat Untuk Memulai Perubahan - Manajemen SDM, Memanfaatkan Peluang

Tulisan ini adalah sesi terakhir tentang Manajemen SDM yang berjumlah 4 judul dari keseluruhan tulisan bertajuk Manajemen Sekolah yang rencananya berjumlah 12 judul. Agar mempunyai pola pikir yang utuh, sebaiknya dibaca secara urut dan lengkap  dari konsep awalnya. Berikut link menuju tulisan terdahulu : Manajemen 1, Manajemen 2, Manajemen 3, Manajemen 4, Manajemen 5, Manajemen 6. Manejemen 8 akan berisi tentang manajemen Material-Machine, Manajemen 9 berisi Budgeting, Manajemen 10 berisi Marketing, Manajemen 11 membicarakan Quality Control. Manajemen 12 berisi penutup-kesimpulan.

Inspirasi tulisan Manajemen -7 ini tentang beratnya perjuangan seorang ibu yang ingin anaknya sukses. Tak satu ibu-pun yang menginginkan anaknya susah, sengsara atau menderita. Ia akan rela melakukan pekerjaan apapun, penderitaan seberat apapun, bahkan kehinaan apapun demi anak-anak yang dicintainya. Ia akan pertaruhkan jiwa raga-nya untuk kehidupan dan kemuliaan anak-anaknya (jadi berair mata ini mengingat penderitaan ibu saya saat itu, terpaksa harus ikut bekerja membantu bapak sebagai seorang buruh bangunan). "Ya Alloh, karuniakan kebahagiaan pada ibu kami di usia senjanya, dan jadikan kami anak yang bisa berbakti kepada kedua orang tua kami."

Satu episode kisah di Kick Andi, perjuangan ibu yang membesarkan 8 anaknya seorang diri, setelah suaminya meninggal (ibu itu berumur 40 tahun). Pengorbanan, kerja keras, tetes keringat, air mata dan doa seorang ibu demi menghidupi anak-anaknya agar menjadi orang sukses dalam hidup dan karirnya merupakan perjuangan ibu untuk keberhasilan anak-anaknya. Adalah Hj Badariah (ibu dari mantan bupati Bangka H Yusroni Yazid). Sebagai single parent, dia berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dan membiayai sekolah delapan anaknya.

Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai dari membuat kue untuk dijual anak-anaknya, mengambil upah cucian dan menyetrika pakaian, menjadi pedagang kredit emas dan barang-barang rumah tangga hingga menjadi tukang masak di kapal keruk milik PT Timah Tbk. Setiap hari hanya istirahat selama 3 jam.
Demi sang anak agar bisa tetap sekolah, dia juga selama tiga tahun hingga usianya 51 tahun masih bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta ikut keluarga dokter agar putranya, Firdaus, bisa kuliah dan punya tempat tinggal selama kuliah di Jakarta. Sangat keras jalan hidupnya, yang akhirnya berbuah kesuksesan pada anak-anaknya.

Dari kisah perjuangan seorang ibu di atas, pesan yang ingin kami sampaikan begini, Coba POSISIKAN diri pada ibu itu, atau salah satu dari anak ibu itu. Betapa susah dan beratnya perjuangan itu, betapa capek dan menderitanya jiwa itu. LALU, SAMPAI HATIKAH kita telantarkan anak-anaknya di sekolah ini. SAMPAI HATIKAH kita bentak-bentak, kita suruh-suruh semau kita dengan arogansi kekuasaan kita sebagai guru, sebagai pejabat, sebagai staff di sekolah ini. SAMPAI HATIKAH kita menambah penderitaannya dengan sikap kita yang tidak bisa berlaku adil, tidak bisa mengayomi jiwanya yang sangat butuh perhatian kita. SAMPAI HATIKAH kita tidak mengasihinya, tidak menyentuh kepalanya, tidak merangkul perasaannya, tidak merengkuh hatinya menggantikan ayah-ibunya yang tak sempat lagi karena kesibukan dan kondisi tubuhnya yang mulai renta. SAMPAI HATIKAH kita tidak menghiraukannya, tidak membimbingnya, tidak memberinya suport dan motivasi untuk tetap kuat berjuang. SAMPAI HATIKAH kita tidak menyisihkan waktu untuk membimbing dan mendoakan untuk kesuksesan dalam hidupnya. SAMPAI HATIKAH kita tak menyisakan sedikit saja rejeki kita sekedar untuk membelikan buku tulis dan pensilnya yang tinggal 5 senti dan teramat ala kadarnya.

Bapak-Ibu, kita sudah jadi orang tua, mungkin sebagian kita merasa SUDAH SUKSES, sukses dari sisi materi, sukses dari sisi karir, jabatan, golongan dan kedudukan. Namun sudahkan kita sukses menjadi orang tua yang sesungguhnya, terlebih menjadi guru yang sesungguhnya. Rasanya belum lengkap apabila kita sudah merasa sukses hanya dari ukuran materi dan posisi, namun belum bisa memberi imbas yang positif kepada yang lain. Masihkah kita memiliki pribadi yang jauh dari sikap penyantun, sikap penyayang, sikap pengayom, sikap pemurah, sikap empati dan simpati, sikap tulus, dan sikap yang berkaitan dengan hati dan karakter sebagai wujud KEDEWASAAN kita. Kalau sekedar untuk tersenyum saja terasa berat, sekedar tutur kata yang menyejukkan saja tak mampu, kalau sekedar  memberi suport dan pujian saja tak mau, apalagi untuk memberi bentuk lainnya dengan ketulusan.
KESUKSESAN SESUNGGUHNYA adalah apabila kita mampu mengajak dan mengantarkan orang lain untuk meraih sukses. Konsep pokoknya adalah MEMBERI, bukan MENGAMBIL. Semakin banyak memberi, semakin banyak berbagi, semakin bermanfaat maka semakin sukses. dalam arti yang sesungguhnya. Manajemen memanfaatkan peluang, inilah yang menjadikan orang sukses. Peluang apa saja, kesempatan yang bagaimana ?

Peluang itu bernama waktu dan kesempatan untuk belajar. Mengapa belajar ? Yah ... memang kesempatan itu bernama belajar. Belajar untuk semakin membuka wawasan dan cakrawala berfikir rasional, belajar untuk mampu bersikap dan bertindak dewasa, belajar untuk bisa berkarya selayaknya profesional sesungguhnya. Belajar apa saja, tentunya yang diperlukan dan mendukung bidang pekerjaannya. Maka sangat tepat  apa yang sudah dilakukan oleh Pak Latif, Bu Ruti dan Bu Prihatin yang telah berani mengambil keputusan untuk berani susah payah, berani menderita, berani mengorbankan waktu, tenaga dan biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2 meraih Master. Berani mencabut kalkulator matematika untung-rugi dari sisi materi. Karena S2 (Master) bukan untuk tujuan finansial semata, namun lebih berorientasi pada keilmuan, wawasan / keluasan pola fikir, serta sikap yang lebih dewasa dalam menjalani proses dan perjalanan sebagai seorang profesional.

Peluang itu bernama mengambil / menerima kesempatan meraih jabatan. Adanya tawaran untuk mengisi jabatan tertentu semisal pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua panitia ataupun sekadar ketua RT. Oleh karena itu kepada Ibu Ruti, Ibu Prihatin, Bpk Ismain, Bpk Sukarna, Bpk Edi dan Bpk Agus Yuswantoro kami memberi dukungan penuh bagi beliau semua untuk berani maju mengikuti konvensi pemilihan calon kepala sekolah baru untuk tahun depan. Kesempatan dan momen bagus tidak akan terulang kedua / ketiga kalinya. Bisa jadi akan ada lagi kesempatan namun pasti akan berbeda peluangnya, berbeda kondisinya, berbeda pula nuansanya.

Peluang itu bernama kesempatan, kesehatan, kekuatan untuk berkarya dan bekerja. Selagi masih diberi kesempatan, kesehatan dan kekuatan harus dimanfaatkan untuk bekerja dan berkarya yang terbaik, semaksimal mungkin. Jika kesempatan sudah tidak punya, kesehatan sudah terganggu, kekuatan sudah berkurang makan peluang untuk berkarya terbaik menjadi sangat jauh berkurang.

Harapan dan amanah Hj Badriyah dan ibu-ibu dari siswa kita jangan sampai kita abaikan lagi. Mereka ingin peluang sukses bagi anak-anak mereka dapat diwujudkan di sekolah ini. Oleh karena itu, kesempatan untuk berbuat terbaik adalah saat ini, bukan besok, minggu depan, bulan depan apalagi tahun depan. Mari kita mulai untuk belajar, mulai berani mengambil tawaran amanah untuk posisi lebih tinggi, mulai untuk berkarya yang terbaik. Intinya peluang yang masih ada saat ini harus diambil sebagai rangkaian proses untuk menuju lebih baik, lebih berharga, lebih berkinerja, lebih berdedikasi dan mempunyai pribadi yang mulia. Selamat belajar, selamat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik, semoga (26094).

Selasa, 25 November 2014

Hari Guru (PGRI) Spesial Semarak di SMPN 2 Kepil, Guru Hebat, OSIS Semangat dan Hebat Luar Biasa

Suasana di SMPN 2 Kepil hari ini sangat spesial, lantunan lagu Himne Guru, Terima kasih Guru dan Mars SMPN 2 Kepil terdengar berulang-ulang dan sambung menyambung. Setiap kelas pentas dalam ajang lomba paduan suara dengan lagu wajib 3 lagu tersebut. Nampak siswa sangat antusias dengan penampilan istimewa mereka untuk menjadi yang terbaik, sebagai persembahan bagi guru-guru mereka. Suasana hari guru memang sudah terasa sejak di perjalanan. Sejak di jalan nuansa guru sudah terasa, banyak motor (kendaraan mayoritas para guru) ditumpangi orang berseragam baju bercorak hitam putih bergambar obor, yang merupakan seragam PGRI. Ya ... hari ini, Selasa 25 Nopember 2014 secara serentak di seluruh Indonesia diperingati hari guru yang ke 69 yang bertepatan dengan hari terbentuknya PGRI, hari besarnya guru di Indonesia.

Yah, hari ini memang sangat terasa spesial yang terjadi di SMPN 2 Kepil, semua guru berseragam baju PGRI, lebih spesial lagi adalah upacara bendera dalam rangka memperingati hari guru kali ini, semua petugas upacara dilaksanakan sepenuhnya oleh guru. Bertindak sebagai pembina upacara Bpk Drs. Kardan (kepala sekolah), pemimpin upacara Bpk Widodo, pengibar bendera Bpk Sukarna, Bpk Fauzi dan Bpk Bagus, pembaca UUD Ibu Isti, pembaca doa Bpk Ismain, dirigen Ibu Suratimah S, protokol Ibu Laras, pemimpin barisan Bpk Aris, Bpk maryanto, Bpk Edi dan Bpk Eko, ajudan Bpk Supardi.

Menjelang upacara selesai ada acara istimewa yang disutradarai oleh OSIS, sangat trenyuh dan menyentuh. Semua guru diatur baris berjajar urut sesuai kode, lalu dilantunkan lagu terima kasih guru, sejenak kemudian secara serentak dan teratur satu persatu dari OSIS maju menemui guru untuk sungkem dambil menyerahkan sepucuk bunga mawar pertanda penghormatan dan rasa terima kasih. Banyak guru dan siswa yang trenyuh hingga meneteskan air mata, sangat khidmat, khusuk dan menyentuh. Luar biasa anak-anak kita.

Selanjutnya setelah upacara selesai, dilanjutkan acara lomba yang diikuti oleh setiap kelas. Lomba ini tidak bertujuan untuk menjdai yang terbaik, namun untuk menumbuhkan apresiasi dan aktualisasi siswa untuk berbakti pada almamater serta ajang untuk mengasah kreatifitas diri. Secara terperinci lomba dalam rangka memperingati hari guru di SMPN 2 Kepil dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. Paduan suara
  2. Melukis
  3. Baca puisi
  4. Karaoke
  5. Ambil bola (putri)
  6. Ambil bola (putra)
Guru adalah benar-benar tugas mulia, tugas terhormat - kalau kita menyadarinya. Kira-kira demikian yang disampaikan pemimpin dunia pendidikan saat ini, mendikdasmen RI. Mengutif sambutan Mendikdasmen Anis Baswedan di media internet hari ini, berikut petikannya :

  • Menjadi guru bukanlah pengorbanan. Menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Ibu dan Bapak Guru telah memilih jalan terhormat, memilih hadir bersama anak-anak kita, bersama para pemilik masa depan Indonesia. Ibu dan Bapak Guru telah mewakili kita semua menyiapkan masa depan Indonesia.
  • Potret Indonesia hari ini adalah potret hasil dunia pendidikan di masa lalu. Potret dunia pendidikan hari ini adalah potret Indonesia masa depan. Jadikan rumah kita dan sekolah kita menjadi zona berkarakter mulia. Izinkan anak-anak kita merasakan rumah yang membawa nilai kejujuran. Izinkan anak-anak kita merasakan sekolah yang guru-gurunya adalah teladan. Biarkan anak-anak kita mengingat Kepala Sekolahnya dan seluruh Tenaga Kependidikan di sekolahnya sebagai figur-figur bersih dan terpuji karakternya.
  • Karakter memang tidak cukup diajarkan melalui lisan dan tulisan. Karakter diajarkan melalui teladan. Oleh karena itu, Ibu dan Bapak Guru yang saya muliakan, jadilah figur-figur yang diteladani oleh murid-murid dan lingkungannya. 

Akhirnya, marilah kita maknai hari guru ini sebagai momen untuk bangkit, untuk bangun dan berubah menjadi sosok guru yang benar-benar sesuai harapan siswa. Kita pasti bisa, kalau kita mau. Yang dibutuhkan adalah berpikir positif, berkata positif, bersikap positif dan bertindak positif. Jangan apriori, jangan berprasangka dan berkesimpulan negatif. Lakukan saja yang terbaik yang bisa dilakukan. Banyak harapan siswa yang digantungkan pada kita, guru. Dorong, bimbing, rangkul dan ajak siswa untuk maju dan senanntiasa memberi motivasi - semangat untuk meraih masa depan mereka, masa depan keluarga mereka, masa depan masyarakat mereka, masa depan negara mereka .... Indonesia. Selamat bekerja, selamat berkarya, semoga sukses selalu. (26000)

Senin, 17 November 2014

Manajemen -6 : Menjadi Guru Hebat, Jika Ada Kemauan Pasti Ada Jalan - Manajemen SDM, Optimalisasi Potensi Diri

Mengawali tulisan kali ini dengan memberikan ucapan selamat kepada Ibu Ruti Sumarni, S.Pd - (kandidat M.Pd) atas dipilihnya oleh sekolah sebagai GURU HEBAT yang akan diberi tugas untuk mewakili SMPN 2 Kepil sebagai kandidat pemenang dalam ajang pemilihan guru hebat tahun 2014 ini. Beberapa dekade sebelumnya, mantan guru SMPN 2 Kepil - Bpk Drs. H. Wachid Asrori dan Ibu Hj. Fajar Fatimah Winarti, S.Pd. M.Or adalah pribadi yang telah lebih dahulu menjadi orang hebat, dengan sukses berhasil mendapatkan amanah jabatan sebagai kepala sekolah. Hebat dan sukses adalah serangkaian huruf / kata yang penuh makna yang harus diperjuangkan untuk mendapatkannya.

Inspirasi tulisan Manejemen -6 ini adalah fenomena yang terjadi pada sikap suami-istri dalam suatu keluarga. "Beda antara suami dengan istri adalah SUAMI suka kalo dia dihargai, ISTRI suka kalo diperhatikan". Suami akan rela disuruh apa saja kalo dengan bahasa yang santun dan penuh penghargaan. Sebaliknya istri juga akan siap melakukan apa saja kalo dia merasa diperhatikan dengan segenap kasih sayang. Seorang istri paling suka bila diperhatikan, disanjung dan di-istimewakan. Lalu apa hubungannya dengan tema kali ini ? Penjelasan mudahnya adalah bahwa kehebatan seseorang tidak terjadi dengan sendirinya, tidak terjadi begitu saja tanpa campur tangan dan dukungan dari faktor lainnya. Ada saja peran dan dukungan dari pihak lain, baik disadari maupun tidak disadari. Contohnya, Presiden Soeharto yang hebat kala itu karena dukungan istrinya (Bu Tien) yang luar biasa, demikian pula yang terjadi pada RA Kartini bisa menjadi tokoh wanita besar karena cita-citanya didukung oleh suaminya Raden Adipati Joyodiningrat yang menjabat Adipati Rembang kala itu.

Sebelum kami lanjutkan, terlebih dahulu dengan segala kerendahan hati dan tanpa mengurangi rasa hormat kami, kami mohon maaf kepada semua guru / karyawan dan pembaca semuanya apabila pada lima tulisan sebelumnya ada yang kurang/tidak berkenan, atau barangkali bahkan menusuk dan melukai hati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terutama pada manajemen -4 dan manajemen -5 yang serasa menusuk, mencabik-cabik, mengoyak tubuh dan menyebabkan luka yang sangat terasa. Hal itu ditulis bukan tanpa alasan, namun sarat akan makna, bertujuan untuk membuka sekaligus membedah masalah agar tidak menjadi penyakit / luka yang mendarah daging dan tidak tersembuhkan. Nah, pada tulisan ini kami akan berusaha mendudukkan masalah pada tempatnya sehingga mata, telinga, kaki, tangan, kepala dan hati bisa dengan benar merasakan keberadaannya. Ibarat diagnosa dan pengobatan, pada Manajemen 1-3 adalah anestesi, 4-5 adalah operasi kecil, pada 6-7 adalah pembalutan dan perawatan luka.

Kembali ke pokok bahasan guru hebat. Pada dasarnya setiap orang bisa menjadi hebat, apabila dia paham letak kekuatan dan kelemahan dirinya, mampu memahami peluang dan ancaman, yang dalam bahasa manajemen disebut analisis SWOT. Ibu Ruti Sumarni, S.Pd bisa memiliki kualifikasi dan kinerja yang bagus sehingga dipilih untuk menjadi kandidat guru hebat tidak lepas dari kepahaman beliau akan potensi dan kriteria ini. Secara mudahnya SWOT dapat dirinci sesuai kata pembentuknya S, W, O dan T. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut :
  1. S, Strength = Kekuatan. Sudah menjadi sunatulloh bahwa siapapun kita pasti dikarunia kekuatan/kelebihan. Oleh karena itu setiap kita harus paham dan mampu untuk mengukur diri di mana kekuatan, kelebihan dan semua hal-hal positif yang ada pada diri kita. Dengan memahami kelebihan dan kekuatan, diharapkan kita akan bisa memaksimalkan potensi, kerja dan kinerja diri kita sesuai dengan kekuatan yang menonjol tersebut. Sebaliknya kalau tidak bisa memahaminya akan biasa-biasa saja dan cenderung stagnan atau bahkan semakin lama semakin menurun.
  2. W, Weakness = Kelemahan. Bagai pedang bermata dua, di samping punya kekuatan maka setiap kita juga mempunyai kelemahan/kekurangan. Secara fitrah, hal ini justru sebagai penyeimbang agar kita tidak menjadi orang yang jumawa, sombong dan merasa serba bisa dan sempurna. Ada yang memiliki kelemahan dalam hal kecerdasan, bidang ketrampilan, komunikasi, sosial dan moral. Kita harus bisa mawas diri, instropeksi diri dimana kelemahan terbesar kita dan kelemahan dominan lainnya, karena bisa jadi kita mengumpulkan beberapa kelemahan sekaligus. Dengan memahami kelemahan kita, selanjutnya diharapkan dapat berupaya dengan berbagai latihan untuk mampu meminimalisir, mengurangi atau bahkan menghilangkan kelemahan tersebut.
  3. O, Opportunities = Peluang. Peluang ini sangat terkait dengan waktu dan kesempatan. Berapa banyak orang sukses karena paham dan bisa memanfaatkan peluang / kesempatan. Sebaliknya berapa banyak orang gagal dalam hidupnya karena salah dalam memanfaatkan peluang yang ada. Setiap kita harus benar-benar mampu membaca peluang dalam arti yang positif. Kapan, di mana, siapa dan bagaimana memanfaatkan peluang untuk kesuksesan kita dalam membangun diri dan membangun sistem, akan kami tuliskan pada Manajemen -7 mendatang.
  4. T, Threats = Ancaman. Ancaman dalam arti positif bisa diartikan tantangan, hambatan. Dalam setiap aktifitas tidak lepas dari tantangan, hambatan dan ancaman. Perlu dipahami ancaman yang mungkin terjadi dari setiap tindakan, keputusan dan sikap yang kita lakukan, agar kita bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Dalam kontek manajemen yang lebih luas maka ancaman bersifat lebih kompleks dan beragam dan akan berdampak lebih krusial dan komunal, berkaitan dengan untung rugi dan keberlangsungan sistem manajemen.
Ibu Ruti Sumarni, S.Pd bisa hebat, karena mampu menganalisis diri dan mampu mengoptimalkan potensi, sehingga setiap waktu, setiap kata, setiap perbuatan beliau menjadi lebih bermakna. Tidak menutup kemungkinan bagi yang lain, siapa saja. Dan setiap kita bisa untuk menjadi lebih hebat dari yang telah terjadi selama ini. Pak Agus Yus bisa hebat dengan IPS dan kesiswaannya, Pak Aris dengan seni dan pramukanya, Pak Ismain dengan aritmatika dan BOS-nya, Bu Yuli dan Pak Bagus dengan ekonomi dan analisis kalkulusnya, Pak Widodo dengan MC permadani dan paskibranya, Bu Laras dengan sastra dan pustakanya, demikian juga untuk bapak/ibu yang lain.

Akhirnya, semua tetap kembali pada kita masing-masing. Mau berubah menjadi lebih baik atau sudah merasa cukup dengan karya dan kinerja saat ini. Satu pesan dari sebuah kata motivasi, Jangan bangga dan berhenti dengan apa yang sudah terjadi, kesuksesan yang sudah berlalu, karena hal itu tidak akan merubah apapun. Namun lakukan selalu perubahan untuk sebuah harapan yang lebih baik. Selamat berkarya, semoga sukses. (25715)

Jumat, 14 November 2014

Grup Band "D'Guru" - Ajang Kreasi dan Aktualisasi Jiwa Seni Guru SMPN 2 Kepil, Maju dan Eksiskan Sekolah Menjadi Lebih Aktif dan Dinamis

Hampir setiap Senin sore, Selasa sore dan Sabtu sore terdengar bunyi drum, gitar, bass dan organ mengiringi lagu yang sangat energik dan nyaman mengiringi aktifitas guru dan siswa dalam menyelesaikan tugas dan pelajaran tambahan.

Sejak terbentuk sekitar 3 bulan yang lalu, suasana sekolah seusai KBM serasa nampak lebih hidup. Grup band ini diprakarsai oleh Bapak Drs. Kardan (kepala sekolah) yang punya hobi di bidang seni. Grup band yang pada awalnya diperuntukkan sebagai ajang kreatifitas dan aktualisasi guru dalam seni musik dan seni vokal itu diberi nama "D'GURU". Selain sebagai ajang latihan dan aktualisasi diri dalam bidang seni, sekaligus sebagai sarana untuk relaksasi, refreshing dan hiburan di sela-sela kegiatan KBM yang sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran sebagai guru.

Realitanya, baru dalam tahap belajar saja sudah nampak sangat kompak dan bagus. Menarik dan penuh inspiratif, terutama ketika melihat aksi Rini Ernawati siswi kelas 8 D memainkan stik drum dengan lincahnya. Ia mampu memainkan alat musik dengan feeling yang pas ketika mengiringi berbagai lagu yang dinyanyikan sang vokalis. Demikian juga untuk drumer laki-laki yang berbakat dan sering ikut berlatih adalah Feri Sulistiyo 9 D dan Arif Gunanto 9 C. Adapun untuk posisi gitar dan bass yang sedang latihan secara intensif adalah Ibu Nureani Dwi Hastuti, Tyas Rahmawati 8 D, Ratih Desi 8 D dan Bpk M. Bagus Panuntun. Untuk posisi organ sementara diisi oleh ketiga para pelatih yang sekaligus maestro seni di SMPN 2 Kepil, yaitu 1. Bpk Drs. Kardan, 2. Bpk Yosep Luhvendi, S.Pd. dan Bpk Suronto yang punya talenta serba bisa.

Vokalis, yah ... ternyata banyak guru SMPN 2 Kepil yang berbakat jadi vokalis handal. Dengan hanya beberapa kali latihan langsung bisa menempatkan diri menjadi vokalis yang hebat. Inilah mereka jajaran vokalis dengan kemampuan dan semangat yang luar biasa : Bpk Widodo, Ibu Yani Widayati, Ibu Ratna Yuli dan Bpk Agus Yuswantoro. Beliau-beliau ternyata punya bakat yang luar biasa dan serba bisa, mulai dari lagu lawas, campursari, pop hingga dangdut terpopuler seperti yang dinyanyikan Cita Citata "Sakitnya tuh disini" ....

Lagu baru yang ngetrend di kalangan guru SMPN 2 Kepil bertajuk "Wong yen lagi gemblung, ra perduli mbledose gunung ..... dst. Semangat Pak Kardan dan Pak Vendi ketika mengajari teman-teman pemain band D'GURU sangat luar biasa, semangat dan penuh inspiratif. Maju terus, selamat berkarya dan aktualisasi diri. Semoga sukses. (25650)

Senin, 10 November 2014

Manajemen -5 : Dilandasi Ketulusan, Belajar Berkarya Menjadi Profesional - Manajemen SDM, Membangun Keikhlasan

Kita pada umumnya dapat menikmati buah kelapa bukan dari hasil tanaman kita sendiri, namun dari tanaman orang tua kita, atau bahkan tanaman peninggalan kakek / buyut kita. Mereka (orang tua, kakek atau buyut kita) tidak pernah berfikir menanam untuk mereka sendiri, namun mereka menanam untuk anak-cucu mereka kelak. Pikiran mereka sederhana saja, bagaimana mereka bisa membuat tinggalan yang baik untuk anak-cucu mereka. Tidak ada yang menyuruh, tidak perlu surat perintah, dan tidak dijanjikan upah atau gaji yang diterima atau bakal diterima. Ikhlas, semata-mata tuntutan jiwa untuk berbagi kebaikan,  Begitulah kira-kira tema tulisan kali yang diinspirasi dari tanaman pohon kelapa.

Senada dengan tema di atas,`sosok yang kami angkat kali ini adalah Albertina HO, hakim yang terkenal karena menangani kasus besar mafia pajak Gayus Tambunan, jaksa Cirus Sinaga dan spiritualis Anand Krishna. Beliau nampak sangat profesional dan tegas dalam menangani kasus hukum, baik itu kasus besar maupun kasus kecil. Namun dibalik sikapnya yang profesional, penampilan beliau tetap sederhana. Naik angkot, bus Trans Jakarta dan bus umum lainnya. Dan hal yang paling penting dan menjadi fokus tulisan ini adalah kinerjanya yang benar-benar menunjukkan ketulusannya dalam menjalani profesinya yang penuh tantangan dan tekanan dari berbagai pihak, namun tetap dapat bersikap adil dan lurus dalam menjalankan tugas menangani berbagai perkara yang dibebankan kepadanya. Tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. Menurut  beliau kuncinya IKHLAS dalam menjalani tugas yang dipercayakan padanya. Berkarya dan terus berkarya, lakukan saja yang untuk kebaikan, pungkasnya.

Menjadi guru tentu berbeda dari hakim, namun pada sisi lain, kita sebagai guru / pendidik juga memiliki lingkup tanggung jawab yang sama, hanya berbeda pada obyek dan lokasinya. Guru memiliki peran yang sangat strategis dan MULIA baik di sekolah maupun di masyarakat. Oleh karena itu amanah itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tugas MULIA itu benar-benar MULIA dalam pelaksanaannya dan hasilnya sesuai dengan harapan yang dicita-citakan. Untuk menjadi peran MULIA itu, maka seperti halnya hakim, guru harus mampu memposisikan diri dan menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang telah diterimanya sebagai guru. KETULUSAN / KEIKHLASAN adalah kuncinya. Ketulusan dan keikhlasan di kala melaksanakan tugas, memberi ilmu kepada siswa, membimbing siswa dalam berinteraksi dan bermasyarakat. Juga ketulusan dan keikhlasan dalam berbagi pengetahuan dan manfaat kepada sesama guru. Tak lepas ketulusan dan keikhlasan dalam melaksanakan tugas tambahan sebagai pejabat sekolah, kepanitiaan dan tugas tambahan lainnya.

Kemuliaan tidak terkait dengan penampilan yang serba istimewa, tidak selalu bersumber pada posisi puncak. Justru dalam kesederhaan yang dibalut dengan jiwa yang istimewa akan memposisikan orang menjadi mulia. Prinsip yang perlu dipegang erat, ketulusan / keikhlasan akan selalu berbuah manis. Hasilnya kapan, hanya soal waktu, cepat atau lambat. Namun kata ikhlas mudah diucapkan siapa saja, lalu parameter apa yang bisa untuk mengukur indikasi kita ikhlas atau tidak.
Berikut beberapa hal terkait IKHLAS :
  1. Ikhlas adalah perbuatan hati, hanya kita dan Alloh saja yang tahu kita ikhlas atau tidak. Ikhlas tidak perlu diucapkan, karena bukan perbuatan lisan, sehingga kalau pun kita sering bilang ikhlas bisa jadi sebenarnya kita terpaksa.
  2. Ikhlas tidak mengenal waktu, tidak ada kata kadaluarsa, berlaku sepanjang masa. Iklhas adalah buah dari perjalanan jiwa yang panjang. "Dulu saya ikhlas, namun kalo begini jadinya saya menyesal". Yang seperti ini pertanda tidak ikhlas.
  3. Ikhlas tidak senang / bangga ketika dipuji, tidak sedih / sakit hati ketika dicaci atau tidak dihargai. Ikhlas ada pada orang yang lapang dada, selalu aktif berkarya, apapun hasilnya. Ikhlas hanya dimiliki oleh orang yang tidak mudah lupa diri dan tidak sempit hati. Intinya, tanda-tanda ikhlas adalah TIDAK MUDAH PUTUS ASA, TIDAK "MUTUNGAN".
  4. Ikhlas tidak menuntut hak dan tidak berorientasi pada uang. Ikhlas akan membawa orang untuk bekerja semaksimal yang ia bisa, upah hanyalah hasil sampingan yang merupakan buahnya. Bila masih merasa kurang dengan hak (upah) yang kita terima dan MERASA harusnya lebih banyak, sesuai JABATAN / POSISI kita, maka yang demikian kerja kita belum ikhlas sepenuhnya.
Tolok ukur ikhlas lainnya bisa dirasakan dalam pergaulan dalam lingkungan bersangkutan. Ikhlas akan selalu berorientasi pada kebaikan bersama. Ikhlas bukan berorientasi kebaikan / keuntungan diri pribadi. Senang jika dirinya bisa bermanfaat bagi sesama dan sebaliknya sedih jika dirinya menjadi beban dan penyebab celaka sesama. Ia akan berusaha membangun dan berbuat untuk kebaikan dan kemajuan bersama, bukan kehancuran seseorang, apalagi kehancuran bersama.

Orang yang terbiasa hidup susah akan lebih mudah untuk ikhlas, karena ia terbiasa hidup dalam keadaan yang tidak diharapkan. Sebaliknya orang terbiasa hidup mudah, serba kecukupan akan lebih sulit memiliki jiwa ikhlas, lapang dada dan berjiwa besar. Memang tidak mudah untuk bisa langsung memiliki jiwa ikhlas, karena ikhlas bukanlah seperti makanan yang bisa dibuat jika ada resepnya. Ikhlas adalah hasil dari olah jiwa, olah rasa dan olah hati. Ikhlas bisa dibentuk oleh pengalaman dan pembiasaan. Belajar dan terus belajar, berlatih dan terus berlatih, berkarya dan terus berkarya. Kita harus benar-benar belajar untuk menjadi pribadi dengan jiwa ikhlas dan tulus dalam menjalankan tugas kita, Jangan sampai kita merendahkan harga diri / kemuliaan kita dengan sesuatu yang amat sedikit (beberapa lembar uang). Jangan jadi pribadi PNS NYLEKUTIS, toh ... sebenarnya sebagai PNS kita sudah digaji lebih dari cukup, apalagi bagi PNS yang mendapat tunjangan sertifikasi.

Sistem / manajemen hanya akan bagus dan maju bila di dalamnya pribadi yang profesional dan berjiwa ikhlas. Pribadi yang tulus ikhlas adalah modal termahal untuk membangun sekolah ini, besarnya untuk negeri ini. Sebaik apapun kurikulum, sebaik apapun sistem manajemen, namun kalau pribadi-pribadi di dalamnya masih orientasi kepentingan dan keuntungan pribadi maka akan sulit mewujudkan cita-cita kebaikan bersama. Selamat belajar - selamat berkarya, semoga sukses. (25505)

Kamis, 06 November 2014

Selamat Datang Kembali ke Tanah Air - Drs. H. M. Abdul Latif, M.Pd

Rabu malam, 5 Nopember 2014 seluruh keluarga besar di kampung di Tempuran tempat tinggal Bpk Abdul Latif nampak berkumpul menanti kepulangan beliau dari menunaikan ibadah haji di tanah suci Mekkah Al-Mukaromah. Dengan perasaan bahagia yang membuncah dan haru mengharu-biru saat pertemuan kembali kedua haji dan hajjah dengan kedua putrinya dan keluarga dan kerabat dekat serta masyarakat di kampung tersebut.

Selama kurang lebih 40 hari Bapak Drs. M. Abdul Latif, M.Pd berangkat ke Mekkah Al-Mukaromah  bersama istri, Ibu Ummi, S.Pd. Alhamdulillah, beliau berdua sudah mendapat kesempatan dipanggil menjadi tamu Alloh dengan melaksanakan ibadah haji di tahun 2014 ini. Tiada kata yang dapat diungkapkan atas kebahagiaan ketika dipanggil Alloh untuk dapat berziarah haji, suatu kesempatan yang luar biasa dan amat dinanti-nantikan hampir setiap muslim.

Kami keluarga besar SMPN 2 Kepil sangat merasa bahagia dan bangga, dengan secercah harapan dan sekelumit doa SEMOGA BELIAU BERDUA MENJADI HAJI MABRUR. Kemudian berkah dan manfaatnya dapat menjalar dan merata kepada kami semuanya, dan suatu saat nanti kami semua bisa turut melaksanakan ibadah haji untuk menyempurnakan rukun islam yang istimewa tersebut.

Senin, 03 November 2014

Manajemen -4 : Memaksimalkan Tugas Pokok dan Fungsi Guru (Tupoksi) - Managemen SDM, Membangunkan Kesadaran Pribadi

"Pelayan toko ki nek sik tuku rupane elek tur tuwo, kok le melayani sadis yo?....ora adil ah....." demikian tulisan status di media sosial FB milik Pak Kardan beberapa minggu yang lalu. Membaca tulisan Pak Kardan tersebut, tentang penjual / pelayan toko yang memiliki karakter yang unik dan ekstrim, memberi saya inspirasi untuk memulai tulisan ke-4 ini. Apa komentar kita kalo mendengar ada penjual yang penampilannya judes, wajahnya kusut, ditambah sifat tidak amanah, suka mencuri timbangan (curang), tidak ramah, njelehi dan cenderung semaunya sendiri.

Untuk pembahasan kali ini, saya ambil sebagai contoh seorang dengan inisisal Penjual X yang jelas-jelas mengurangi timbangan untuk mencari keuntungan. Ketika pembeli tahu bahwa dia telah dicurangi kira-kira apa yang dirasakan pembeli tersebut : kecewa, sedih, sakit hati, jengkel dan berbagai perasaan tak nyaman lainnya. Satu yang jelas tertanam pada pemikiran dan hati pembeli adalah bahwa Penjual X adalah tidak amanah, suka menipu dan hal buruk yang lain. Stempel dan cap buruk itu akan sangat sulit untuk hilang / dihilangkan, bahkan mungkin selamanya.

Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf, tulisan ini bukan bermaksud MENGGURUI siapapun, apalagi para senior dan para pemegang kepemimpinan pada bidang masing-masing mulai dari kepala sekolah, wakil kepala dan seluruh jajarannya. Tidak ada maksud mengecilkan siapapun, apalagi meniadakan fungsi-fungsi yang telah ada. Saya hanyalah saya, yang tidak ada apa-apanya, tidak lebih baik dari siapapun.  Apalagi jik dibandingkan para senior yang sudah berpengalaman dan tahu abang-ijone kehidupan. Tulisan ini semata-mata sekedar berbagi pemikiran dan wawasan untuk saling mengisi dan memberi motivasi untuk bekerja lebih baik lagi ke depannya. Kalo ternyata ulasan saya ada yang menyinggung perasaan, saya benar-benar mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kembali ke tema di atas, ada saja penjual yang tidak amanah, apalagi jika ditambah sikap pilih kasih, tidak adil dan semena-mena. Hak konsumen sebagai pembeli harusnya diberikan sepenuhnya, bukan sebaliknya. Nah, sekarang kita tilik kepada pribadi kita masing-masing. Kalo penjual tersebut dilebarkan ke pekerjaan lain, maka hampir setiap pekerjaan dan profesi memiliki perlakuan yang sama, hanya berbeda pada obyek, berbeda tempat dan berbeda orientasi. Demikian juga guru, sama saja dengan penjual tersebut, yang memiliki tuntutan dari konsumen. Hal ini saya tuliskan karena merasa BETAPA PENTINGNYA, kita harus memberikan layanan terbaik bagi siswa tanpa mengurangi hak mereka, apalagi harus mencurangi mereka karena kita tidak sadar akan kecurangan kita sebagai guru.
Beberapa contoh perlakuan guru yang tidak optimal dalam pelayanan kepada siswa (konsumen) yang bisa dikategorikan sama dengan kecurangan Penjual X yang tidak amanah di atas, sebagai berikut :
  1. Mengurangi timbangan satu maksud yang sama dengan mengurangi jumlah jam yang seharusnya diberikan kepada siswa. Artinya guru yang tidak masuk kelas pada jam ditentukan akan senilai dengan mengurangi timbangan, apalagi dengan sengaja meninggalkan jam tugas mengajar tanpa pemberian alasan yang jelas dan tugas pengganti yang jelas. Demikian juga bila guru melaksanakan tugas tambahan dengan meninggalkan tugas utama mengajar siswa. Inilah awal dari tidak amanahnya seorang guru.
  2. Mengurangi timbangan juga semaksud dengan tidak memberikan pelayanan pendidikan dengan sikap terbaik sesuai dengan tuntutan yang telah ditentukan dan disepakati sebagai guru. Kita harusnya memberikan hak siswa berupa penyampaian ilmu kita dengan perhatian dan kasih sayang kita, bukan hanya asal-asalan dan sekenanya, apalagi semaunya saja. Kalau kita belum kompeten dengan bidang ajar, maka wajib untuk menjadi lebih kompeten - bagaimanapun caranya, agar bisa memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik. Kalaupun kita sedang GALAU karena urusan pribadi, urusan keluarga dan urusan lainnya, maka kita harus tetap bisa memberikan pelayanan yang OPTIMAL dan tetap RAMAH di depan siswa.
  3. Mengurangi timbangan akan juga semaksud dengan sikap kita yang jauh dari sosok keteladanan. Siswa sangat ingin/berharap bahwa kita sebagai guru memiliki jiwa yang paripurna : pengayom, pendamping, ramah dan santun. Mereka berharap kita bisa berperan sebagai pengganti orangtua di sekolah, sehingga kita harusnya bisa bersikap AKRAB dalam mendidik, SOPAN dalam bertutur kata dan SANTUN dalam bersikap. Bukan sebaliknya bersikap AROGAN dan SOK KUASA sebagai guru hingga semena-mena memberi perintah kepada siswa. Termasuk sikap dan karakter yang tidak terpuji lainnya yang secara sadar/tidak telah menciderai fungsi dan peran kita sebagai guru.
Akhirnya semua dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Pilihan ada pada kita sendiri :
  • Mau jadi guru yang dekat dan akrab dengan siswa namun disegani, yang kehadiran kita dinanti-nantikan, yang bila mengajar memberi rasa nyaman dan benar-benar memberikan tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman.
  • Atau jadi guru yang ditakuti, tidak menarik karena sikap, perilaku, penampilan dan tutur kata kita yang keras, kaku dan tidak semanak/ramah kepada siswa, yang kalo mengajar itu-itu saja tanpa inovasi sehingga suasana pembelajaran tidak nyaman dan menjemukan.

Untuk berubah tentu tak akan semudah membalik telapak tangan. Namun yang perlu disadari lebih dahulu adalah "BAHWA KITA TIDAK SUKA DENGAN KECURANGAN". Berangkat dari itu, selanjutnya kita perlu MUHASABAH, kita koreksi diri apakah kita sudah menjadi penjual yang jujur, atau masih ada beberapa kecurangan itu, atau bahkan semua kategori diatas masih kita lakukan sebagai penjual.

Tentu saja tidak harus "Saklek/kaku", kita tetap harus fleksible dan melihat situasi dan kondisi. Jika kondisi dan situasi yang emergensi tentu semua aturan dapat diulur/dikendorkan sesuai kebutuhan. Kita memang hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Alloh -Tuhan semesta alam. Namun sebaiknya kita tidak berdalih tentang kesempurnaan dan kelemahan untuk menutup diri dari usaha untuk berbenah diri. Kita pasti bisa, jika kita sungguh-sungguh berusaha untuk berubah.

Mari kita bangun dan berbenah sikap, karakter, pemikiran dan kinerja kita untuk menjadi guru profesional yang sesungguhnya. Dengan guru yang demikian, maka akan lebih mudah untuk mewujudkan SMPN 2 Kepil sekolah yang akademis, dinamis, kondusif dan kreatif, insya-alloh. Selamat beraktifitas, maju terus, semoga sukses. (25099).

Sabtu, 01 November 2014

Manajemen -3 : Guru Faktor Utama di Sekolah, Optimalisasi Sumber Daya Manusia - Manajemen SDM (Pengantar)

Ini tulisan ke tiga setelah Manajemen -1 (pengantar) dan Manajemen -2 (indikator). Tulisan kali ini akan berfokus pada sisi pengelolaan manusia. Pembahasan tentang manajemen manusia (baca SDM, sumber daya manusia) merupakan pembahasan paling panjang yang membutuhkan waktu paling banyak. Akan ada sekitar tiga tulisan yang membahas tentang manajemen SDM pada web sederhana ini. Untuk kali ini akan kita uraikan Manajemen SDM - Pengantar Manajemen SDM.

Membaca fenoma menarik akhir-akhir ini tentang menteri nyentrik dan heboh pada kabinet kerja Jokowi, Susi Pudjiastuti yang diberi kepercayaan menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, dapat diambil pelajaran yang sangat berharga - bagi yang bisa memaknai sebagai hal berharga. Perlu dicatat bahwa tidak ada manusia yang sempurna, namun yang ada manusia yang luar biasa. Terlepas dari kekurangan pada sosok beliau, banyak hal positif pada sosok beliau yang patut dijadikan dasar kenapa presiden terpilih Jokowi menunjuknya untuk memimpin salah satu kementerian di kabinet kerja. Berikut beberapa hal yang bisa diambil hikmah dan pelajaran sebagai berikut :
  1. Pengabdian pada sesama, berpikir bagaimana bisa memberi lebih - bukan mengambil lebih.  Beliau berpikir bagaimana bisa berbagi manfaat dengan orang lain. Saat peristiwa tsunami di Aceh tahun 2004, pesawat Cessna milik Susi termasuk pesawat pertama yang mampu mendarat untuk mengirimkan bantuan pada para korban. Begitupun saat Pangandaran diguncang gempa, pesawat Susi digunakan untuk mengangkut para korban yang membutuhkan bantuan medis.
  2. Jabatan adalah anugerah / amanah. Diberikan karena dianggap profesional, bukan hasil meminta-minta. Beliau tidak pernah mendaftar / mengajukan diri  untuk menjadi menteri, juga tidak berusaha mendekat / memihak ke salah satu calon presiden agar bisa diangkat menjadi menteri.
  3. Kerja keras. Walau beliau hanya tamat SMP, namun kerja kerasnya telah membuahkan hasil yang luar biasa. Dan kerja keras itu pula yang beliau tanamkan dan tuntut kepada staf dan karyawan di kementeriannya untuk bisa lebih maju dan mencapai sasaran yang ditetapkan. Tak satupun kesuksesan diraih tanpa kerja keras, dan hanya dengan kerja keras kesuksesan dapat eksis dan bertahan lama.
Kembali ke manajemen SDM di sekolah, guru adalah faktor utama dan juga faktor penentu MAJU atau MUNDUR-nya sekolah tersebut. Dari 6 unsur manajemen (Man, Money, Material, Machine, Methods, Market) manusia berada pada urutan teratas. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja.

Pertanyaan mendasar, bagaimana mengoptimalkan guru akan bisa sinergi dan selalu siap untuk menjadi pelaku / unsur manajemen untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Penting dijadikan pedoman "TIDAK ADA MANUSIA YANG SEMPURNA, juga TIDAK ADA MANUSIA YANG TIDAK BERGUNA. Artinya setiap kita pasti ada kekurangannya - siapapun dia, dan setiap kita pasti bisa memberi kontribusi/manfaat - betapapun kecilnya. Nah yang perlu adalah bagaimana bisa mengatur dan mengelola setiap kita untuk bisa berbuat se-OPTIMAL mungkin untuk bisa menghasilkan kerja dan hasil kerja yang LUAR BIASA.

Secara umum dan terjadi di setiap lembaga / instansi, akan berisi macam-macam karakter dan pribadi yang berbeda-beda. Ada beberapa orang (SDM) yang sangat aktif, aktif, cukup aktif, pasif dan bahkan ada yang sangat pasif dan cenderung menjadi hambatan untuk proses kelancaran manajemen menuju cita-cita dan harapan bersama. Inilah garapan yang dibutuhkan keseriusan dalam pengelolaan manajemen sekolah. Berlanjut ke seri << Manajemen -4 >>  Selamat beraktifitas, semoga sukses. (24887)