Senin, 03 November 2014

Manajemen -4 : Memaksimalkan Tugas Pokok dan Fungsi Guru (Tupoksi) - Managemen SDM, Membangunkan Kesadaran Pribadi

"Pelayan toko ki nek sik tuku rupane elek tur tuwo, kok le melayani sadis yo?....ora adil ah....." demikian tulisan status di media sosial FB milik Pak Kardan beberapa minggu yang lalu. Membaca tulisan Pak Kardan tersebut, tentang penjual / pelayan toko yang memiliki karakter yang unik dan ekstrim, memberi saya inspirasi untuk memulai tulisan ke-4 ini. Apa komentar kita kalo mendengar ada penjual yang penampilannya judes, wajahnya kusut, ditambah sifat tidak amanah, suka mencuri timbangan (curang), tidak ramah, njelehi dan cenderung semaunya sendiri.

Untuk pembahasan kali ini, saya ambil sebagai contoh seorang dengan inisisal Penjual X yang jelas-jelas mengurangi timbangan untuk mencari keuntungan. Ketika pembeli tahu bahwa dia telah dicurangi kira-kira apa yang dirasakan pembeli tersebut : kecewa, sedih, sakit hati, jengkel dan berbagai perasaan tak nyaman lainnya. Satu yang jelas tertanam pada pemikiran dan hati pembeli adalah bahwa Penjual X adalah tidak amanah, suka menipu dan hal buruk yang lain. Stempel dan cap buruk itu akan sangat sulit untuk hilang / dihilangkan, bahkan mungkin selamanya.

Sebelum saya lanjutkan tulisan ini, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf, tulisan ini bukan bermaksud MENGGURUI siapapun, apalagi para senior dan para pemegang kepemimpinan pada bidang masing-masing mulai dari kepala sekolah, wakil kepala dan seluruh jajarannya. Tidak ada maksud mengecilkan siapapun, apalagi meniadakan fungsi-fungsi yang telah ada. Saya hanyalah saya, yang tidak ada apa-apanya, tidak lebih baik dari siapapun.  Apalagi jik dibandingkan para senior yang sudah berpengalaman dan tahu abang-ijone kehidupan. Tulisan ini semata-mata sekedar berbagi pemikiran dan wawasan untuk saling mengisi dan memberi motivasi untuk bekerja lebih baik lagi ke depannya. Kalo ternyata ulasan saya ada yang menyinggung perasaan, saya benar-benar mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kembali ke tema di atas, ada saja penjual yang tidak amanah, apalagi jika ditambah sikap pilih kasih, tidak adil dan semena-mena. Hak konsumen sebagai pembeli harusnya diberikan sepenuhnya, bukan sebaliknya. Nah, sekarang kita tilik kepada pribadi kita masing-masing. Kalo penjual tersebut dilebarkan ke pekerjaan lain, maka hampir setiap pekerjaan dan profesi memiliki perlakuan yang sama, hanya berbeda pada obyek, berbeda tempat dan berbeda orientasi. Demikian juga guru, sama saja dengan penjual tersebut, yang memiliki tuntutan dari konsumen. Hal ini saya tuliskan karena merasa BETAPA PENTINGNYA, kita harus memberikan layanan terbaik bagi siswa tanpa mengurangi hak mereka, apalagi harus mencurangi mereka karena kita tidak sadar akan kecurangan kita sebagai guru.
Beberapa contoh perlakuan guru yang tidak optimal dalam pelayanan kepada siswa (konsumen) yang bisa dikategorikan sama dengan kecurangan Penjual X yang tidak amanah di atas, sebagai berikut :
  1. Mengurangi timbangan satu maksud yang sama dengan mengurangi jumlah jam yang seharusnya diberikan kepada siswa. Artinya guru yang tidak masuk kelas pada jam ditentukan akan senilai dengan mengurangi timbangan, apalagi dengan sengaja meninggalkan jam tugas mengajar tanpa pemberian alasan yang jelas dan tugas pengganti yang jelas. Demikian juga bila guru melaksanakan tugas tambahan dengan meninggalkan tugas utama mengajar siswa. Inilah awal dari tidak amanahnya seorang guru.
  2. Mengurangi timbangan juga semaksud dengan tidak memberikan pelayanan pendidikan dengan sikap terbaik sesuai dengan tuntutan yang telah ditentukan dan disepakati sebagai guru. Kita harusnya memberikan hak siswa berupa penyampaian ilmu kita dengan perhatian dan kasih sayang kita, bukan hanya asal-asalan dan sekenanya, apalagi semaunya saja. Kalau kita belum kompeten dengan bidang ajar, maka wajib untuk menjadi lebih kompeten - bagaimanapun caranya, agar bisa memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik. Kalaupun kita sedang GALAU karena urusan pribadi, urusan keluarga dan urusan lainnya, maka kita harus tetap bisa memberikan pelayanan yang OPTIMAL dan tetap RAMAH di depan siswa.
  3. Mengurangi timbangan akan juga semaksud dengan sikap kita yang jauh dari sosok keteladanan. Siswa sangat ingin/berharap bahwa kita sebagai guru memiliki jiwa yang paripurna : pengayom, pendamping, ramah dan santun. Mereka berharap kita bisa berperan sebagai pengganti orangtua di sekolah, sehingga kita harusnya bisa bersikap AKRAB dalam mendidik, SOPAN dalam bertutur kata dan SANTUN dalam bersikap. Bukan sebaliknya bersikap AROGAN dan SOK KUASA sebagai guru hingga semena-mena memberi perintah kepada siswa. Termasuk sikap dan karakter yang tidak terpuji lainnya yang secara sadar/tidak telah menciderai fungsi dan peran kita sebagai guru.
Akhirnya semua dikembalikan kepada diri kita masing-masing. Pilihan ada pada kita sendiri :
  • Mau jadi guru yang dekat dan akrab dengan siswa namun disegani, yang kehadiran kita dinanti-nantikan, yang bila mengajar memberi rasa nyaman dan benar-benar memberikan tambahan ilmu, wawasan dan pengalaman.
  • Atau jadi guru yang ditakuti, tidak menarik karena sikap, perilaku, penampilan dan tutur kata kita yang keras, kaku dan tidak semanak/ramah kepada siswa, yang kalo mengajar itu-itu saja tanpa inovasi sehingga suasana pembelajaran tidak nyaman dan menjemukan.

Untuk berubah tentu tak akan semudah membalik telapak tangan. Namun yang perlu disadari lebih dahulu adalah "BAHWA KITA TIDAK SUKA DENGAN KECURANGAN". Berangkat dari itu, selanjutnya kita perlu MUHASABAH, kita koreksi diri apakah kita sudah menjadi penjual yang jujur, atau masih ada beberapa kecurangan itu, atau bahkan semua kategori diatas masih kita lakukan sebagai penjual.

Tentu saja tidak harus "Saklek/kaku", kita tetap harus fleksible dan melihat situasi dan kondisi. Jika kondisi dan situasi yang emergensi tentu semua aturan dapat diulur/dikendorkan sesuai kebutuhan. Kita memang hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Alloh -Tuhan semesta alam. Namun sebaiknya kita tidak berdalih tentang kesempurnaan dan kelemahan untuk menutup diri dari usaha untuk berbenah diri. Kita pasti bisa, jika kita sungguh-sungguh berusaha untuk berubah.

Mari kita bangun dan berbenah sikap, karakter, pemikiran dan kinerja kita untuk menjadi guru profesional yang sesungguhnya. Dengan guru yang demikian, maka akan lebih mudah untuk mewujudkan SMPN 2 Kepil sekolah yang akademis, dinamis, kondusif dan kreatif, insya-alloh. Selamat beraktifitas, maju terus, semoga sukses. (25099).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar