Mendikbud Anis Baswedan memutuskan penghentian K-13, sebagian DPR menentang keputusan mendikbud, wakil presiden Jusuf Kalla ikut-ikutan menentang keputusan mendikbud. Namun sebenarnya yang paling merasa dapmpaknya adalah guru dan siswa disekolah. Di tengah belum pastinya nasib kurikulum pendidikan di negeri kita, Alhamdulilah, pihak sekolah telah menyiapkan aplikasi penilaian K-13 menjelang berakhirnya proses belajar mengajar (PBM) semester satu tahun pelajaran 2014/2015. Aplikasi ini murni buatan SMPN 2 Kepil, bukan bajakan atau kopian yang kemudian diganti label dan namanya saja.
Sekedar berbagi cerita, membuat aplikasi penilaian seperti itu tidaklah mudah, apalagi bagi seorang junior seperti kami yang berada di sekolah pinggiran ini. Awalnya seseorang harus paham OUTPUT / produk akhirnya seperti apa, harus paham bagaimana cara inputnya, paham bagaimana cara mengolahnya (dengan aturan yang berubah-ubah, terakhir permendikbud 104 tahun 2014), dan paham linknya agar entri nilai bisa saling terhubung dan terintegrasi, hingga akhirnya agar pada bagian akhir berupa antarmuka untuk wali kelas yang berupa tampilan rapot siap cetak. Itulah perencana, harus paham bagaimana awalnya, bagaimana akhirnya dan bagaimana bisa memahami dan membaca kemungkinan permasalahan yang akan terjadi pada para user (guru) dan cara mengatasinya.
Aplikasi ini menggunakan Ms. Office Excel sebagai basisnya yang tersedia link sel, link sheet dan link file. Belajar dari aplikasi A, sedot aplikasi B. jebol aplikasi C dan modifikasi aplikasi D. Termasuk bertanya dan konsultasi dengan orang laini yang lebih paham, bahkan kepada yang yunior sekalipun (dalam hal ini kami konsultasi pada Mas Budiyanto yang sangat paham tentang jaringan internet dan sistem security, beliau adalah mantan murid kami di SMK). Aplikasi sederhana ini benar-benar buatan sendiri, dengan niat untuk belajar, belajar untuk lebih tahu, lebih memahami dengan harapan bisa berbagi kepada teman sendiri. Sama sekali tidak ada niat untuk komersialisasi, karena memang tidak seharusnya untuk bersifat komersial di sekolah sendiri, pada teman sendiri. Miris melihat ada orang yang berani menjual dan mengkomersilkan aplikasi yang bukan buatan sendiri, hanya hasil download yang dimodifikasi, diganti nama dan notasi. Pembajakan kalau istilah Pak Edi dan Bu Rini
Harapan kami ini bisa menjadi inspirasi bagi teman-teman satu sekolah, bahkan mungkin sekolah-sekolah yang lain untuk bisa berkarya sesuai bidang masing-masing. Jangan berfikir materi apa yang akan diterima, hasil apa yang akan didapatkan, keuntungannya berapa, hitungannya bagaimana. Kalo dihitung-hitung tidak bakal ketemu. Semisal dihargai Rp 100.000,- maka itu tidak akan sepadan dengan kerja dan pemikiran yang harus lembur puluhan malam. Sebaliknya kalau diharga Rp 200.000,- maka juga tidak untung bagi sekolah karena karya tersebut teramat sangat sederhana dan tak layak dikomersialisasi. Aplikasi itu dibuat semata-mata bentuk upaya pemenuhan kinerja dan pengabdian, dan sama sekali bukan untuk tujuan mendapatkan keuntungan materi. Dengan karya sederhana itu kami mendapatkan banyak sekali manfaat antara lain kepuasan belajar hal-hal baru, kepuasan berimajinasi dalam lautan ilmu, pemahaman, serta pengalaman yang diperoleh, Hal ini adalah kesempatan dan kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Salah besar kalu setiap gerak kita, langkah kita harus dihitung untung berapa, rugi berapa. Jangan sampai seperti pepatah Jawa "OBAH MAMAH", setiap aktifitas minta dihargai dengan materi. Rejeki adalah urusan Alloh, dan Alloh tak akan pernah salah memberikan rejeki pada siapa yang dikehendaki-Nya.
Akhirnya kami mengajak semuanya, mari kita tingkatkan kinerja kita dengan semangat ibadah dan ikhlas karena Alloh semata. Mengutip pepatah seorang motivator "Hukum kekekalan energi", kalau kita kumpulkan energi positif sama saja kita menabung energi positif. Energi positif itu adalah karya kita, sodakoh kita, senyum kita, kasih sayang kita dan segala kebaikan dari diri kita. Cepat atau lambat kita akan menuai hasilnya. Sebaliknya segala keburukan dari kita ; sikap kita, kerja kita, ucapan kita bahkan materi yang kita dapatkan yang seharusnya bukan hak kita adalah energi negatif yang taka akan pernah hilang, suatu saat energi negatif akan kita petik dalam berbagai bentuk negatifnya ; sakit, susah, galau dan sebagainya, tidak hanya pada kita namun bisa sampai anak cucu kita. Selamat berkarya mengumpulkan energi (26735)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar