Rabu, 15 Juli 2020

Guruku, Aku Butuh Suluh dan Motivasimu

Guruku
Hati dan pikiranku serasa kelu
Langkahku gontai, serasa tak mampu
Mataku tertunduk, tak berani menatap
Aku lemah hanya bisa meratap

Penguatku
Ambang visiku tidak sekokoh tiang listrik
Yang masih tergoyang dengan sedikit intrik
Teguhnya rasa belum bisa menjadi batu karang
Yang kokoh diterjang ombak sepanjang

Semangatku
Serasa berat langkah ini
Serasa lambat putaran roda ini
Serasa jauh sekali jarak sekolah ini
Serasa lama sekali perjalanan ini

Motivasiku,
Apakah masih kudapati wajah yang riang
Dengan mata yang lebih terang dari bintang
Senyum tulus dan ramah yang teramat panjang
Tutur kata halus penyejuk di panasnya siang

Inspirasiku,
Di masa pandemi ini, banyak merubah situasi
Seakan membuat jarak terpisah jauh tak terperi
Kurindu semuanya dengan segenap imaginasi
Sosok semangat yang penuh inspirasi

Beberapa bait puisi di atas mungkin terkesan lebay dan sangat melankolis, tapi itulah ungkapan yang  dituliskan oleh seorang murid kepada gurunya yang dirasa sangat menginspirasinya selama ini. Nama dan insial ada di meja redaksi, penulis bagikan agar bisa menjadi motivasi bagi siapa saja yang mungkin saja bisa mengambil manfaat untuk bahan introspeksi. Yang lebih penting lagi adalah motivasi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Murid, orang tua, guru dan staf di sekolah bisa saja mengalami kondisi galau, sedih, ngedrop dan menurunnya semangat dalam melakukan aktifitas. Walau tidak harus ditanggapi dengan berlebihan, tetapi perlu segera diantisipasi agar tidak berkelanjutan. Bagi seorang guru, jika ia sedang galau, sedih atau tidak kondusif bisa berpengaruh pada kerja dan kinerja yang ditunjukkan di tempat kerja. Jika dituruti, maka akan keluar semua keluh kesah dan beban pikiran yang dirasakannya baik kendala fisiknya, ruhaninya, perjalanannya atau di tempat kerjanya. Hal ini terjadi karena seorang guru punya keterbatasan, bukan malaikat yang tanpa cacat.

Guru bukan malaikat, ia hanya manusia biasa, yang terkadang bisa diserang rasa galau, susah fokus dan tidak produktif. Penyebabnya bermacam-macam, ada 1001 yang menjadi penyebabnya, entah karena suasana kerja, suasana hati, atau suasana raga yang sedang tidak seperti yang diharapkan. Hal ini bisa terjadi oleh siapa saja dan kapan saja, baik yang sudah senior maupun yang masih yunior, wanita yang lemah lembut maupun pria yang terlihat kokoh bertenaga. Hadir dalam situasi yang tidak pilih-pilih dan tanpa kompromi, seperti saat pandemi ini.

Dalam kondisi pandemi seperti saat ini, seorang guru kita tetap harus semangat untuk mendampingi anak-anak dalam belajar.  Dari puisi di atas, kehadiran guru yang menginspirasi sangat dibutuhkan, yang bisa memberikan motivasi, membangun semangat dan menuntun menuju fase yang lebih baik. Oleh karena itu walau dalam kondisi yang tidak menentu, bahkan dalam rasa galau sekalipun harus tetap bisa menjadi sosok guru yang siaga. Guru siaga di tengah bencana, guru siaga di tengah wabah Corona, yang memaksa diri harus merubah pola mengajarnya tidak dengan tatap muka, tetapi diganti dengan cara daring atau online.

Pembelajaran online saat ini memang sedang trend, karena situasi membuat sistem ini menjadi pilihan terbaik. Pembelajaran online disamping punya banyak kekurangan, namun juga memiliki kelebihan, diantaranya menghemat sumber daya. Di saat seperti ini memang seorang guru dituntut untuk kreatif, inovatif dan tetap survife. Tujuannya hanya satu, untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan optimal di tengah keterbatasan yang ada.

Walau dalam keterbatasan, guru-guru SMP Negeri 2 Kepil telah sepakat akan mengambil suatu langkah untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran, yang berbeda dari semester sebelumnya. Diseminasi akan dilaksanakan untuk belajar bersama-sama, mencontoh dan mengadopsi dari beberapa pelatihan dan pembelajaran daring yang saat ini sedang trend, mulai dari aplikasi Zoom, Google Meet, hingga Teams dari office 365. Diseminasi akan dilakukan oleh beberapa guru Spero yang sudah terlibat dalam beberapa model-model pelatihan tersebut diharapkan untuk bisa berbagi dalam aksi tutor sebaya. Dengan pelatihan ini diharapkan menjadi pengalaman baru sehingga bisa membuat inovasi dalam pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didiknya. Memang tidak mudah dan menambah beban pemikiran dalam kondisi tubuh yang lelah.

Lelah adalah resiko, dan lelah itulah yang banyak dirasakan oleh guru yang rumahnya jauh dan tidak siap dengan perubahan situasi yang mendadak. Hanya diperlukan sikap berlapang dada, bahwa perubahan bisa terjadi kapan saja, bisa berubah tidak sesuai dengan harapan, yang jika tidak siap bisa muncul rasa putus asa. Rasanya berat menjalani tugas sebagai guru, capek menempuh perjalanan yang jauh tetapi tidak bisa bertemu siswa untuk mengajar langsung secara tatap muka, kemudian harus membuat materi dan tugas dalam bentuk yang tidak biasanya. Capek, suntuk dan galau kumpul menjadi satu, serasa tanpa ada harapan yang lebih baik.

Harapan yang lebih akan muncul jika kita memiliki empati, empati bagaimana lebih lelahnya mereka yang rumahnya jauh, kondisi perjalanan yang padat dan penuh resiko serta butuh waktu lebih banyak, tentu mereka lebih galau. Saat kondisi galau terkadang memang menjadikan seorang guru menjadi tidak produktif karena malas atau acuh tak acuh. Kondisi yang sangat rawan dan butuh suport serta inspirasi untuk bisa kembali survive, kembali hadir sepenuhnya.

Galau itu akan berkurang jika kita mau melongok keluar jendela atau melangkah keluar sebentar, kita dapat menyaksikan bahwa di luar sana banyak guru di perbatasan yang kondisinya sering tidak aman dan kurang kondusif. Atau bisa merasakan perjuangan guru di pedalaman yang harus menempuh jalan berlumpur, hingga susahnya guru yang harus berjuang menyeberang sungai. Belum lagi jika merasakan bagaimana guru dengan keterbatasan fisik dan kondisi yang sulit namun tetap survive. Satu lagi perjuangan guru tidak tetap (honorer), yang saat ini jauh lebih baik berbeda dengan 10-20 tahun yang lalu, dimana penulis pernah mengalami upah 80 ribu perbulan.

Satu lagi kisah guru inovatif yang inspirtaif, yang menyadari bahwa belajar di rumah tidak mudah diterapkan di semua wilayah, karena butuh fasilitas pendukung yang memadai. Kondisi itu membuat sosok guru bernama AVAN FATHURRAHMAN memilih mendatangi rumah siswanya secara bergilir. Guru di SDN Batuputih Laok 3, Kecamatan Batuputih, Sumenep, Madura itu mengundang empati bahwa kepeduliaanya untuk tetap memberikan layanan pendidikan sangat mulia dan layak untuk dijadikan inspirasi bagi seluruh pendidik di negeri ini.

Beberapa kondisi yang membangkitkan empati itu cukuplah sebagai bekal untuk tetap semangat dan survive di tengah perubahan situasi. Satu harapan, semoga kita tetap bisa optimis hadir dengan  mata yang lebih terang dari bintang dan senyum ramah yang panjang yang menginspirasi. Demikian tulisan ini penulis goreskan, semoga bisa menjadi semangat untuk belajar dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Terima kasih Om Jay...
      Dari Jakarta, sudah berkenan mampir di blog sederhana ini, blognya sekolah kecil di lereng gunung Sumbing Wonosobo ...

      Hapus
  2. Sungguh, geliat gelitik yang luar biasa guruku, akupun ingin semuanya segera kembali normal, tapi apa daya, akupun hanyalah pion kecil yang tiada daya, apalagi kuasa,,,harapan yang selalu terucap adalah pandemi segera sirna, dan kembalikan hak kami untuk membawa anak anak kami berburu ilmu yang manfaat

    BalasHapus
  3. Indah sekali puisinya Pak Guru.
    Ternyata Pak Guru yang cakap di bidang IT ini cakap juga bakat seninya dengan daya imaginasi yang tinggi.
    Sehingga membawa pembacanya menjadi ikut merasakan kegelisahan yang dirasakan oleh para siswa yang merindukan sosok guru dalam proses pembelajaran di sekolah.
    Masa pandemi yang tak diharapkan membuat banyak sekali perubahan. Sebuah perubahan yang bagi siswa dan guru harus siap menjalani berbagai kendala dalam kegiatan pembelajaran.
    Namun kita harus percaya, dibalik kesulitan akan ada kemudahan. Dan percaya selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa.
    ALLOH Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Semoga masa pandemi ini segera berakhir.

    Selamat terus berkarya Pak Guru. Karya karya panjenengan membuat atmosfer spero semakin berwarna. Salut 👍👍👍

    BalasHapus