Rabu, 23 Oktober 2019

Makna Peringatan Hari Santri 2019, Bagi Guru dan Siswa SMPN 2 Kepil

Hari ini, Selasa 22 Oktober 2019, merupakan peringatan Hari Santri Nasional. Hari Santri Nasional diperingati setiap tahunnya pada 22 Oktober sejak ditetapkan pertama kali pada 2015. Di kantor-kantor pemerintah, di sekolah-sekolah berbasis agama Islam dan juga sekolah umum banyak yang menyambut dan merayakan Hari Santri Nasional dengan cara mengenakan pakaian ala santri.

Sehari sebelumnya, DPR RI telah mengesahkan RUU Pesantren dalam rapat paripurna Selasa (24/9). UU No 18 tahun 2019 tentang Pesantren, di mana dengan undang-undang tersebut pesantren memiliki tiga fungsi. Tiga fungsi itu mencakup fungsi pendidikan, dakwah, serta pemberdayaan bagi umat. Ketiga fungsi tersebut dinilai sangat penting dalam membangun jiwa kedamaian di tengah-tengah kehidupan berbangsa di Indonesia. Pertama, fungsi pendidikan. Kedua yaitu fungsi dakwah. Lalu yang ketiga ialah fungsi pemberdayaan umat. Saat ini penting bagi umat Islam Indonesia untuk menggaungkan syiar damai dalam setiap dakwah dan kegiatannya.

Menanggapi surat edaran Bupati Wonosobo no 451/0678 tentang peringatan Hari Santri Nasional 2019, segenap jajaran pimpinan dan guru segera menindak-lanjuti dengan melakukan persiapan kegiatan yang melibatkan pengurus dan OSIS. SMP Negeri 2 Kepil yang guru dan siswanya 100 persen beragama Islam (muslim) menyambut dengan senang hati acara hari santri tersebut. Hari ini, mereka nampak mengenakan pakaian muslim ala santri, beberapa guru pria ada yang bersarung dengan atasan koko, yang putri mengenakan baju muslimah, sementara siswa putra mayoritas mengenakan baju koko dan celana panjang hitam. Berikut beberapa gambar yang mungkin bisa mewakili suasana santri di SMPN 2 Kepil, selamat menyimak, klik saja gambarnya untuk melihat lebih detil (zoom).








Hari Santri Nasional sebenarnya bukanlah hanya peringatan yang ditandai dengan berpakaian ala santri, memakai baju muslim dan kegiatan berbau santri. Sebenarnya ada hikmah dan tujuan yang jauh lebih mulia dan utama, yaitu lahirnya pemahaman terhadap makna santri itu sendiri, yang secara fisik mereka adalah siswa biasa, yang juga belajar di bangku sekolah/madrasah, namun ada sisi lain yang berbeda dalam dunia santri. Ada tiga hal utama yang membuat berbeda dengan sekolah umum selain nama, pakaian dan tempat, yaitu terkait dengan orientasi, kulturasi dan integrasi. Apa saja perbedaannya? Berikut ini paparan singkat ala admin blog ini, sebatas asa dan rasa yang mampir dan singgah di kepala kami.

Yang pertama, orientasi dalam mencari ilmu bukan semata-mata dunia, namun lebih kepada tujuan akhirat, dimana jika pemahaman dan implemntasinya benar maka itulah yang hakiki, dan secara otomatis akan mendapatkan dunia sebagai buahnya. Kedua, kulturasi, bahwa pola pendidikan santri yang benar-benar menjunjung tinggi ilmu, sangat menghargai  dan khidmat pada guru, sangat tunduk dan santun kepada yang mengasuhnya, itulah yang menjadi kunci dari keberkahan ilmu. Ketiga, integrasi, artinya kaffah, lengkap dan menyeluruh, dan berkelanjutan. Sistem pendidikan dalam dunia santri menyeluruh selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 12 bulan dalam setahun. Artinya tidak terputus atau terpisah-pisah (parsial), semua program diformat dalam konsep yang utuh, terintegrasi dan berkelanjutan. Disini terjadi kolaborasi antara akhlak (karakter), ibadah dan muamalah yang bisa dilihat dalam segala aspek dalam kesehariannya.

Kepada segenap civitas akademika SMP Negeri 2 Kepil kami ucapkan "Selamat Hari Santri Nasional 2019", selamat belajar menjadi santri dengan budaya belajar, budaya budi pekerti, budaya karakter dan budaya taqwa. Salah satu bentuk konkrit belajar dari budaya santri bagi sekolah umum (negeri) adalah upaya ditegakkannya SHOLAT DHUHUR BERJAMAAH, yang dijaga dan dikuti oleh semua civitas akademika sekolah. Prinsip, "Tidak ada urusan yang lebih penting dan harus diutamakan selain SHOLAT, barangkali bisa menjadi pijakan awal untuk mewujudkan sekolah yang berkarakter dan religius. Semoga dengan hari santri bisa membiasakan diri dengan menjadi manusia agamis, yang taat beribadah (sholat) sebagai wujud sadar sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga bisa menjadi pribadi yang lebih taqwa, santun dan optimis menggapai masa depan yang lebih baik. Selamat berkarya, selamat beraktifitas, semoga sukses selalu, insya-Alloh.

1 komentar:

  1. Sebuah tulisan yang bernuansa religi, semoga bisa merealisasikan dalam kehidupan sehari hari, terutama untuk proses pembelajaran di sekolah, lebih khusus mendidik anak di rumah. Terima kasih Pak Maryanto, tulisan panjenengan ini menjadi lukisan pena yang berharga untuk kami.

    BalasHapus