Sabtu, 31 Januari 2015

Mari Belajar Menulis : Tip dan Trik Menulis ala Pelatihan Jurnalistik

Facebook, twitter, path, google+ dan berbagai media sosial akhir-akhir ini cukup marak berkembang dan dibanjiri pengguna media komunikasi dunia maya (internet). Di sana dapat djumpai berbagai tulisan yang bervariasi, baik dari isi maupun bentuk / tata tulisnya. Namun secara umum bentuk dan isi tulisan di sana bersifat informasi kegiatan dan perasaaan diri pribadi, dari yang penting, biasa saja sampai yang hanya celotehan tak berguna. Terkadang sekedar berbagi perasaan, mulai dari rasa galau, sedih, bahagia hingga hal-hal yang tak layak dan tak senonoh. Atau juga sekedar pencitraan diri, menyanjung atau sebaliknya mencemooh, mengumpat dan mem-bully (menyerang) orang lain.

Menulis tidak mudah seperti yang dibayangkan. Hal paling sulit adalah memulai menulis karena harus mencari dan menemukan ide, kesulitan selanjutnya adalah melanjutkan menulis dan kesulitan terberat adalah konsistensi dan kontinuitas untuk menulis.  Ini adalah masalah umum dan berlaku bagi siapa saja, bahkan mereka yang memiliki basic guru mata pelajaran "Bahasa Indonesia" atau sastra sekalipun. Menulis adalah kebiasan dan ketrampilan yang selalu diasah. Tidak ada orang yang dengan sendirinya mendadak pintar atau  mendadak hebat menjadi penulis besar, pengarang novel, penulis cerita / skenario. Banyak jalan berliku dan proses yang panjang untuk bisa meraih prestasi itu. Pengalaman-lah yang akan menjadikan seseorang lancar dan cakap untuk menulis. Tak harus guru bahasa Indonesia, siapapun kita pada dasarnya punya kesempatan yang sama untuk bisa. Yang membedakan dengan para guru mapel bahasa Indonesia adalah karena mereka menguasai teorinya dan sehari-harinya berkutat dengan dunia sastra, sehingga layak kalau mereka dijuluki begawan sastra dan master dalam urusan tulis menulis. Untuk SMPN 2 Kepil berikut inilah pakarnya ; Bu Ruti Sumarni, Bu Sayekti Laras dan Bu Tika Fibri. Selayaknya kepada merekalah orang awam bertanya dan berguru tentang teori dan praktik menulis yang baik.

Pelatihan Jurnalistik, mari kita pelajari bersama.
Pada suatu pelatihan jurnalistik disampaikan bahwa pada dasarnya untuk menulis adalah mudah. Tak perlu banyak teori, tuliskan saja apa yang ada di pikiran kita, apapun itu. Namun untuk menulis sebuah bacaan untuk konsumsi umum ada beberapa hal yang harus (sebaiknya) muncul, yang menurut teori jurnalistik - bahwa sebuah tulisan yang baik harus mengandung unsur 5W+1H sebagai berikut :
  1. Who (siapa). Merupakan pertanyaan yang akan mengandung fakta yang berkaitan dengan setiap orang yang terkait langsung atau tidak langsung dengan kejadian. Disni akan terliha, nama-nama yang terlasuk dalam lingkup berita yang seadang dibicarakan.
  2. What (apa). Merupakan pertanyaan yang akan menjawab apa yang terjadi dan akan mendorong wartawan untuk mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh pelaku maupun korban dalam suatu kejadian.
  3. Why (mengapa). Akan menjawab latar belakang atau penyebab kejadian. Meski jarang, why bisa dipakai untuk membuka sebuah berita atau menjadi lead berita.
  4. Where (dimana). Menyangkut tempat kejadian. Tempat kejadian bisa tertulis detail atau hanya garis besarnya saja. Biasanya, bila berita berasal dari tempat terkenal, maka penulisannya tidak terlalu mendetail.
  5. When (bilamana). Menyangkut waktu kejadian (kapan). Untuk hal tertentu waktu yang tertera tidak sebatas tanggal, tapi dapat ditulis hari, jam, bahkan menit saat berlangsung sebuah kejadian.
  6. How (bagaimana). Akan memberikan fakta mengenai proses kejadian yang diberikan. Bisa menceritakan alur kejadian bahkan suasana saat suatu kejadian yang diberitakan tengah berlangsung.
Lalu apa tip dan trik agar mudah memulai dan bisa berlanjut ? Tip / trik ada (3) tiga, yaitu : 1) menulis, 2) menulis dan 3) menulis.  Artinya untuk hanya dengan menulis dan menulis secara kontinyu untuk bisa menghasilkan tulisan yang teratur, mengalir dan nyaman untuk dibaca. Menulis, publikasikan, baca kembali untuk koreksi, menulis lagi - begitu seterusnya. Karena dengan membaca kembali hasil tulisan kita, kita akan tahu kekurangan / kesalahan tulisan kita ; tata tulis, ejaan, narasi, notasi, sudut pandang dan sebagainya.

Disamping beberapa hal mendasar di atas, ada satu lagi yang harus dijaga adalah isi dari tulisan itu sebisa mungkin dijaga agar tidak menyinggung dan menyentuh diri pribadi seseorang yang bersifat menydutkan, menjelek-jelekan atau membuka aib seseorang / beberapa orang. Inilah yang sering dikategorikan sebagai KODE ETIK, yang sebenarnya muncul dari dalam rasa penulis itu sendiri. Karena masalah kode etik ini pula kami menerima kritikan, yang kami terima sebagai masukan dan ini sangat positif dan bermanfaat sebagai sarana pendewasaan dan tulisan kami selanjutnya. Jangan takut dengan kritik, jangan marah ketika menerima masukan, dan jangan berhenti karena dibenci. Itulah sebagian dari ciri ikhlas - kata para ahli hikmah.
  
Menulis, dengan karya berbentuk tulisan kita bisa berbagi pengetahuan, berbagi perasaan, berbagi ide dan rencana. Mari kita belajar untuk menulis, apasaja dan kapan saja. Mari kita budayakan diri kita dalam hal yang ilmiah dan manfaat, manfaat untuk diri pribadi, untuk orang lain dan untuk lingkungan kita, sekolah kita. Dan satu hal yang terpenting mari budayakan menulis untuk berbagi, untuk memberi, menulis sesuatu yang bersifat membangun, memberi motivasi dan mengajak untuk memperbaiki diri untuk kemajuan dan kemaslahatan bersama.

Untuk bisa menulis di web/blog sekolah maka setiap guru harus terdaftar sebagai penulis (kontributor) di blog sekolah. Nah untuk bisa terdaftar sebagai penulis terlebih dahulu harus membuat/memiliki blog pribadi dengan jenis host.domain yang sama. Oleh karena itu dalam waktu dekat akan kami buka pelatihan untuk mengisi web/blog sekolah. Selamat beraktifitas, semoga bermanfaat <28240-60>

Selasa, 20 Januari 2015

Manajemen -10 : Upgrade Semangat Memperbaiki Kualitas Layanan Pendidikan - Manajemen Pemasaran, Strategi Membangun dan Membenahi Image Sekolah

Sebagai prolog kita lihat contoh dua sekolah swasta di Jogja, yang pertama SDIT Bakti Insani di Sleman dan yang kedua SMP MBS (Muhammadiyah Boarding School) di Prambanan. Keduanya berlokasi agak masuk dari jalan utama. Namun untuk masalah persaingan pasar pada saat pendaftaran / penerimaan siswa baru selalu selangkah lebih maju. SDIT Bakti insani sudah menutup pendaftaran pada bulan Nopember satu tahun sebelum tahun ajaran dimulai, karena kuota pendaftar sudah terpenuhi. Demikian pula dengan SMP MBS Prambanan pendaftaran sudah dimulai pada bulan September dan ujian masuk dilakukan mulai bulan Nopember satu tahun sebelum tahun ajaran bersangkutan pada saat siswa masih duduk di kelas 6 SD. Gambaran ini menunjukkan bahwa minat calon siswa sangat tinggi untuk bisa masuk sekolah ini.

Posisi sekolah yang berada di jalur utama transportasi adalah modal yang sangat besar yang menempatkan suatu sekolah pada pilihan utama. Namun posisi geografis bukan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan dalam persaingan pasar (marketing). Demikian pula kemegahan gedung yang tinggi menjulang yang tampak gagah dan mempesona. Image dan kepercayaan adalah hal paling utama yang menempatkan nama sebuah sekolah tertanam kuat di hati masyarakat sebagai nasabah / konsumen pengguna jasa pendidikan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh dan sangat signifikan yang berperan membuat image dan kepercayaan yang kemudian akan menentukan peta pemasaran sekolah di masyarakat. Tulisan seri Manajemen Sekolah ke-10 kali ini akan mencoba mengulas beberapa hal yang terkait dengan pembenahan Manajemen Marketing di sekolah ini.

Sekolah yang bergerak di bidang jasa pendidikan, baik negeri maupun swasta secara halus maupun kasar selalu berusaha merebut calon pendaftar untuk memenuhi kuota minimal pada saat penerimaan siswa baru (PSB). Berbagai cara dilakukan untuk merebut simpati dan kepercayaan masyarakat. Ada yang menerapkan cara instan dan cenderung licik, ada yang mengiming-imingi dengan berbagai fasilitas gratis, ada yang jalan biasa saja dan ada yang tanpa trik apapun sudah penuh dibanjiri pendaftar. Nah, dari beberapa model di atas dimanakah posisi kita ?

Mengelola sekolah atau lembaga pendidikan sama halnya dengan mengelola perusahaan. Marketing menjadi bagian utama dalam proses pengambilan keputusan. Banyak divisi dan bagian dalam manajemen marketing yang harus dikondisikan agar bisa memberikan hasil yang maksimal sesuai harapan. Ada riset dan analisa, ada perencaan, ada target, ada progres, ada control, ada umpan balik dan review. Artinya kalau memang sebuah sekolah / lembaga pendidikan ingin memiliki area pasar yang luas dan image positif kuat maka harus direncanakan dengan matang, dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Bukan hanya program temporer, yang dirancang saat itu dan hanya untuk saat itu (dengan penuh was-was, bingung dan penuh dengan spekulasi). Mari kita pelajari bersama.

Untuk belajar manajemen marketing dan strategi mari kita sedikit membuka wawasan kita. Kita pasti tahu nama besar Toyota dalam percaturan pasar otomotif di tanah air. Toyota dengan manajemennya berhasil menjadi raja dan menguasai pangsa pasar mobil di Indonesia. Avanza adalah mobil paling laris sejak beberapa tahun terakhir. Tahun 2012 Avanza berada peringkat 1 dengan jumlah penjualan 192.146 unit, Kijang Innova pada peringkat 3 = 71.685 unit dan Toyota Rush pada peringkat 6 = 34.033 unit. Berikut kami paparkan beberapa strategi : gabungan dari beberapa kajian kebijakan perusahaan / lembaga pendidikan yang patut kita contoh untuk mengembangkan manajemen di sekolah kita agar bisa menanamkan pengaruh positif di masyarakat luas dan mengembangkan area pasar calon siswa.
  1. First Mover or Diferensiasi Product. First Mover diterapkan oleh menancapkan brand / merek pertama, ini perlu direncanakan dan dibuat agar masyarakat mengenal kita sebagai sekolah yang memiliki merek yang khas. Kalau kita bukan yang pertama, maka kita harus bisa membuat sekolah memiliki merek yang berbeda. Produk yang berbeda yang khas dan istimewa akan menempatkan sekolah mempunyai nama khusus dan istimewa di masyarakat, misalnya sekolah adiwiyata istimewa di bidang lingkungan, sekolah budaya maju di bidang seni budaya, sekolah bahasa istimewa dalam bidang bahasa asing dan sebagainya. Nah kita ambil yang mana ? 
  2. Quality and Reliabilty. Quality = handal, unggul ... yah sekolah harus mampu menunjukkan dirinya handal, mampu atau mumpuni. Reliabilty = Keyakinan, terpercaya, keyakinan bahwa sekolah memiliki guru-guru yang kompeten dan berkualitas. Sekolah harus menunjukkan kualitas dan keunggulannya serta menjaga kepercayaan publik secara terus menerus, semakin lama semakin bagus. Dua hal ini bisa dibangun dengan mengoptimalkan kinerja setiap personil (guru - karyawan), memberdayakan semua peralatan dan sarana dan memaksimalkan layanan, serta mampu berinovasi untuk menciptakan hal-hal baru yang bisa menaikkan kulitas dan kepercayaan.
  3. Empathy and Responsibilty. Empathy = peduli, bisa merasakan apa yang dirasakan dan dibutuhkan konsumen (siswa / orang tua) yang pada dasarnya mereka ingin diperhatikan, ingin dipenuhi keinginannya. Responsif merupakan kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Kecepatan waktu juga harus diikuti oleh ketepatan waktu sehingga kualitas pelayanan tidak dikorbankan. Pada dua hal ini seorang guru / karyawan harus berlatih dan terus berlatih untuk memiliki sifat ini. Mampu merasa, mampu melayani dalam waktu yang cepat dan tidak membiarkan masalah tidak terselesaikan berlarut-larut.
  4. Focus on Customers' Need. Fokus pada kebutuhan konsumen, ini sangat perlu agar kita tidak jalan sendiri-sendiri, merasa sudah benar padahal tidak sesuai dan harapan. Zaman sudah berubah dan akan terus berubah. Maka kita juga harus berani berubah, harus merubah pola pikir lama dengan menerima dan belajar pola pikir terbaru. Disinilah bedanya orang tua dengan anak muda. Orang tua suka bangga dan cerita kebaikannya di masa lalu, sementara anak muda suka berfikir kebaikannya di masa mendatang. Kita harus berani dan mau turun ke bawah (siswa / masyarakat), tanya apa sebenarnya yang mereka butuhkan, apa yang mereka harapkan dari kita, dari sekolah kita.
Keempat strategi di atas harus mampu ditunjukkan dalam sesuatu yang berwujud / berbentuk. Artinya aspek manajemen marketing di atas harus diwujudkan dalam bentuk fisik yang nyata. Untuk menunjukkan Image (gambaran) sekolah yang baik dapat ditimbulkan dengan menempatkan simbol-simbol yang sifatnya dapat menterjemahkan konsep ke dalam tangkapan panca indra, sebagai contoh pajangan lembar prestasi penghargaan dan tropy prestasi, guru berprestasi dan berkualitas maka ijasah pendidikan guru tersebut bisa dipajang, memasang logo dan slogan-slogan yang membangun motivasi, menata tampilan-tampilan fisik yang menampilkan kesan mutu dan berkualitas dan sebagainya.

Komunikasi antar konsumen adalah media yang sangat ampuh dan jitu dari pada poster yang besar dan brosur berlembar-lembar. Alumni (mantan murid) adalah komunikan yang paling efektif, bila ia bilang sekolah "A" baik dan merekomendasikan pada adik-adiknya, saudaranya atau tetangganya maka prosentase berhasil bisa mencapai 90%. Tak kalah penting juga adalah guru-guru di SD di sekitar sekolah kita, ulasan dan ceritanya akan sangat besar pengaruhnya bagi siswa asuhannya. Demikian juga pegawai atau pejabat pada instansi publik yang lain, misal puskesmas, kantor kelurahan, kecamatan dan tempat ibadah. 
Kesimpulan akhirnya, IMAGE POSITIF harus dibangun, harus dibentuk dan harus dikondisikan secara terus menerus dan berkesinambungan. Bukan sekedar pencitraan semata, namun benar-benar proses yang baik untuk menghasilkan OUTPUT yang terbaik, yang selanjutnya akan menjadi corong dan media promosi yang paling ampuh bagi calon siswa berikutnya. 

Demikian uraian manajemen pemasaran ini, semoga kita bisa membangun dan memperbaharui semangat untuk memperbaiki diri, motivasi untuk mau menambah pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi pribadi yang unggul dan memiliki jiwa empati yang sangat diharapkan oleh siswa dan masyarakat, Amin. Tulisan berikutnya tentang Quality Control, selamat beraktiftas, semoga bermanfaat. <28020-70>

Jumat, 09 Januari 2015

Memperoleh Bantuan Seperangkat Gamelan, SMP Negeri 2 Kepil Semakin Siap dan Tambah Eksis Untuk Melestarikan Kebudayaan Jawa

Sebuah anugerah dan nikmat kembali diterima SMPN 2 Kepil yang semakin hari semakin bertambah maju. Pada masa liburan akhir semester ganjil Desember tahun 2014 lalu, SMPN 2 Kepil mendapat kiriman bantuan dari pemerintah pusat berupa seperangkat gamelan. Sangat sesuai dengan harapan bahwa sekolah ini ingin menjadi sekolah yang menjunjung tinggi kebudayaan dan sangat antusias untuk melestarikannya, khususnya kebudayaan jawa.

Semenjak masuk hari pertama semester genap tahun 2015 ini nampak suasana yang berbeda dari semester sebelumnya. Suara khas bernuansa tradisional jawa sering terdengar sehabis jam KBM. Seakan membawa suara mistis dan menarik-narik bagi yang masih memiliki pendengaran normal dan mempunyai jiwa yang halus dan sensitif dalam bidang seni untuk berjalan menuju sumber suara yang terdengar rampak dan serasi. Sangat menggugah inspirasi dan memberi motivasi, setidaknya untuk mendekat, mendengar dan mencoba untuk turut berpartisipasi memberikan dukungan moril bagi mereka yang berjiwa seni dan peduli di bidang seni.

Suara itu berasal dari seperangkat gamelan yang dimainkan oleh beberapa bapak guru dan siswa-siswi SMP Negeri 2 Kepil yang memiliki antusias terhadap seni. Ternyata untuk urusan gamelan, kepala sekolah (Bapak Drs. Kardan) adalah pawangnya, beliaulah yang kemudian menjadi pengajar dan pelatih. Kemudian disambut dan didukung sepenuhnya oleh P Widodo, P Edi, P Aris, P Ronto, P Pardi, P Latif dan P Eko yang langsung nimbrung ikut berlatih menabuh (memukul) gamelan tersebut. Juga tak ketinggalan siswa-siswi yang punya talenta luar biasa seperti Ika Datul, Rini, Zidni, Rohmah dan Adit Kendang sering ikut mendukung awal-awal latihan menabuh gamelan di sekolah ini. Luar biasa dan sangat cepat akselerasinya. Hanya dalam beberapa kali latihan sudah langsung terlihat rampak dan nyaman untuk didengarkan. Beberapa lagu dasar sudah bisa dimainkan oleh grup latihan ini.

Dengan seni hidup akan menjadi lebih indah, dengan cinta hidup akan lebih bermakna - begitu kata pepatah. Maka marilah kita dukung sepenuhnya uluran bantuan dari pemerintah pusat ini. Bapak/Ibu guru, sempatkan untuk mampir ke ruang serba guna untuk menyambangi gamelan itu. Sekali waku mari kita mencoba ikut berlatih memukul / menabuh gamelan itu, wujud bahwa kita serius memberi dukungan dan motivasi. Setidaknya memberi dukungan dan motivasi bagi mereka (guru dan siswa) yang telah lebih dahulu bersedia menjadi pelopor di bidang seni. Jangan hanya jadi penonton, tapi mari kita menjadi pelaku untuk memajukan sekolah ini. Mari kita tunjukkan peran positif kita sesuai kemampuan kita. Kita mampu jika kita mau. Semoga dengan melestarikan kebudayaan semakin menambah maju sekolah kita ini, insya-Alloh - amin. (27590)