kami oper tanggalnya, up to date
Saya bisa memahami berbagai fenomena dan pendapat yang muncul tentang tindak lanjut Kurikulum 2013 (kurtilas) yang belum jelas baik di tingkat bawah sampai tingkat atas, tingkat daerah sampai tingkat pusat. Masih banyak yang merasa lebih tahu, merasa lebih punya wawasan, merasa lebih ahli dan merasa lebih berpengalaman dalam hal pendidikan. Hingga mereka tidak mau mengakui dan menerima keputusan sang menteri. Menteri pastilah tidak ditunjuk dengan tanpa pertimbangan dan tanpa mengukur kemampuan. Dari latar belakang pendidikannya, prestasinya dan pemikirannya tentulah beliau memiliki kapasitas dan kapabilitas jauh di atas kemampuan dan kapasitas kita-kita yang berada di tataran bawah, Namun kenapa seorang di tingkat bawah sampai berani menolak dan memutuskan sendiri tentang kurikulum yang mau diterapkan disekolahnya, di wilayah pemerintahannya.
Pasti ada hal yang menjadi latar belakang hingga memaksakan diri untuk mengambil keputusan tentang pelaksanaan kurikulum 2013. Apakah sudah berpikir dan membaca secara integral dan menyeluruh pada semua aspek yang terkait dengan kurikulum 2013. Bagaimana pendapat guru, bagaimana pendapat siswa, bagaimana pendapat tenaga kependidikan dan bahkan bagaimana pendapat masyarakat umum. Bukan hanya saya ingin begini, saya ingin begitu, bukan sekedar untuk unjuk gigi, unjuk kemampuan apalagi hanya untuk gagah-gagahan. Mari kita dengarkan kata mereka, kita lihat realita di lapangan, kesulitan dan kendala yang terjadi, terutama yang berada jauh di pedalaman, sikap manakah yang terbaik sebagai bagian dari pengambil keputusan untuk pendidikan anak didik kita di masa depan.
Sebagai bahan renungan, mari kita simak salah satu tulisan yang kami salin dari milis IGI, saya posting ulang di website SMPN 2 Kepil tercinta ini, buka mata - baca dengan sepenuh hati, renungkan, selamat menikmati. Lengkapnya inilah tulisan ulang dari Mohammad Ihsan (Ketua IGI).
Saya posting ulang kiriman Mas Satria Dharma di milis IGI, sebuah surat dari siswa kepada Mendikbud Anies Baswedan:
***
Yth. Bapak Menteri Pendidikan
Bapak Anies Rasyid Baswedan, Ph.D.
Di Tempat
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya sebagai siswa, pertama-tama ingin mengucapkan terima kasih banyak atas kebijakan Bapak yang telah mulai menghentikan Kurikulum 2013. Kami, para siswa, mendukung kebijakan Bapak. Kami sangat bahagia begitu kami mendengar bahwa Kurikulum 2013 akan mulai dihapuskan. Mengapa? Berikut adalah pandangan kami menurut Kurikulum 2013, pandangan kami yang telah menjalani kurikulum ini sendiri.
1. Pertama, selama 3 semester menjalani kurikulum ini, kami memandang banyaknya ketidakjelasan dalam pelaksanaan kurikulum ini. Banyak aspek yang tidak jelas dan sulit dimengerti, baik oleh siswa maupun oleh guru. Contohnya pada sistem penilaian. Penilaian yang menggunakan IPK mulai diterapkan di sekolah saya sejak 2 semester lalu. Pada semester 2 kemarin pun, belum tampak adanya pemahaman oleh guru-guru yang mengisi rapot. Sehingga, seluruh nilai A- diberi IPK 3,66, tanpa variasi. Semester ketiga ini, disaat guru sudah mulai memahami sistem penilaiannya, nilai UTS pun bervariasi. Namun, variasi ini malah menunjukkan penurunan pada grafik nilai kami dibandingkan semester 2 yang lalu. Saya dan beberapa teman saya sepakat, bahwa kami merasa lebih mampu mengerjakan ulangan semester ini ketimbang semester lalu. Yang menjadi pertanyaan kami, dengan sistem penilaian dengan aspek penilaian sebanyak ini, bagaimana seleksi SNMPTN Undangan apabila Kurikulum 2013 dilanjutkan di sebagian sekolah?
Begitu juga dengan sistem pembelajaran di kelas. Pernyataan bahwa “siswa harus lebih aktif, guru hanya bertindak sebagai fasilitator” menimbulkan pertanyaan, baik pada guru, maupun pada siswa. Guru pun bingung bagaimana cara menerapkan ini. Dan tidak semua mapel mampu diajarkan melalui cara ini. Beberapa tetap sangat memerlukan penjelasan langsung dari guru. Contoh, matematika, fisika, dan kimia. Apabila konsep ini dipaksakan kepada guru yang belum memahami, maka siswa bisa jadi korbannya. Saya memiliki contoh, ada salah satu guru saya pada kelas 10, yang mengajar hanya dengan memberikan banyak tugas, dan tanpa memberikan evaluasi atas pekerjaan kami, langsung memberikan ulangan. Kami sebagai siswa pun bertanya, jika guru hanya bertindak sebagai fasilitator, untuk apa kami bersekolah? Apabila ujung-ujungnya kami harus mempelajari semua hal sendiri, untuk apa kami meninggalkan rumah dari jam 6.30 pagi hingga 15.00 sore untuk bersekolah?
2. Kedua, selama 3 semester ini, kami telah merasakan bahwa Kurikulum 2013 sangat membebani siswa maupun guru. Kami, para siswa, telah merasakan betapa banyaknya tugas yang kami terima setiap harinya dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Dengan adanya kewajiban nilai tugas per kompetensi dasar per mata pelajaran, maka setiap guru pun terpaksa memberikan tugas, yang jumlahnya sungguh membebani psikologis kami. Sebagai ilustrasi, saya memiliki beberapa adik kelas yang mengaku bahwa mereka sampai harus tidur jam 12 malam tiap harinya karena beban tugas yang diberikan. Disamping itu, kewajiban adanya nilai ulangan harian tiap kompetensi dasar juga membebani kami. Kami sudah tidak mengenal lagi istilah minggu tenang sebelum UAS, karena seminggu sebelum UAS pun kami masih disibukkan dengan banyak ulangan harian. Beban materi pelajaran yang kami terima pun jumlahnya lebih banyak dibandingkan jika menggunakan KTSP. Adanya lintas minat yang semestinya digunakan untuk mengakomodir minat siswa, pada kenyataannya hanya menambah beban belajar kami. Kami yakin bahwa suatu generasi bangsa yang baik tidak bisa dibangun diatas penekanan mental. Suatu generasi bangsa yang baik memerlukan kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Dan Kurikulum 2013 telah memberi beban mental yang berat bagi kami, para siswa.
Bagi para guru, sistem penilaian yang rumit juga menyulitkan mereka dalam menilai. Kami, di Surabaya, telah menerapkan sistem rapot online. Namun, dalam sistem ini, banyak sekali aspek yang harus dinilai, mulai dari afektif, psikomotorik, dan kognitif. Guru kami pun mengakui, ada sekitar 30 lebih nilai yang harus diinput per siswa, per mata pelajaran. Apabila satu poin saja kosong, maka nilai tidak akan keluar. Guru kami pun terpaksa berjuang, sampai harus lembur hingga jauh malam, untuk mengupload seluruh nilai kami ke database dengan fasilitas internet yang lambat dan server yang terkadang bermasalah. Sistem penilaian yang rumit ini mengakibatkan guru menjadi tersibukkan dengan sistem penilaian ini, yang bisa berakibat terbengkalainya tugas utama guru yang mulia, yaitu mendidik dan membimbing para siswa di kelas.
3. Ketiga, banyak kejanggalan dalam penerapan konsep Kurikulum 2013 ini.
Pertama saya akan mengangkat tentang konsep pembangunan karakter. Kurikulum 2013 menekankan pada pembangunan karakter siswa. Salah satunya adanya penilaian afektif. Ya, kami sebenarnya setuju bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan hal yang sangat penting apabila suatu bangsa ingin maju. Namun, menurut kami, cara penilaian afektif ini tidak efektif dan tidak logis. Dalam penilaian afektif ini, setiap sikap, seperti kejujuran, kepedulian, dan lain sebagainya harus diangkakan. Pertanyaan kami, apakah sikap adalah sesuatu yang bisa diangkakan? Kami yakin, bahwa yang diperlukan dalam pembangunan karakter bangsa adalah teladan. Kami setuju dengan konsep Pak Anies, bahwa yang harus dibangun mutunya terlebih dahulu adalah para guru.
Kedua, saya akan mengangkat tentang salah satu tujuan Kurikulum 2013. Setahun lalu, saya dan beberapa teman saya menghadiri pertemuan di rumah DI di Surabaya, yang dihadiri oleh Bapak M. Nuh sendiri. Disana beliau menyatakan bahwa tujuan K13 ini, salah satunya adalah memanfaatkan demographic bonus, banyaknya penduduk usia produktif, untuk menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045. K13 ditujukan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Namun pada penerapannya, mengapa tidak ada mata pelajaran TIK dalam Kurikulum 2013? Padahal kemampuan TIK adalah salah satu kemampuan terpenting dalam dunia kerja modern ini. Bagaimana kita mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia kerja, apabila kemampuan TIK kita kalah dengan bangsa lain? Tidak adanya mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SD juga menurut kami janggal. Seperti kita tahu, Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Apabila kita ingin bersaing dengan bangsa lain, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, maka kemampuan Bahasa Inggris yang lancar mutlak diperlukan. Untuk melatih kemampuan berbahasa suatu bahasa, maka bahasa itu perlu dilatih sejak dini. Penghapusan Bahasa Inggris bagi SD, serta penghapusan TIK, menurut kami adalah suatu kemunduran.
Berdasar pandangan-pandangan kami diatas, maka kami meyakini bahwa langkah Pak Anies untuk menghentikan Kurikulum 2013 di sebagian sekolah adalkah suatu langkah awal yang baik untuk menyelamatkan generasi kami. Sekali lagi kami berterima kasih atas kebijakan Bapak. Namun, menurut kami, solusi terbaik adalah menghentikan Kurikulum 2013 secara total.
Sekolah kami telah menjalankan Kurikulum 2013 selama 3 semester. Ini berarti sekolah kami akan dijadikan sebagian dari sekolah percontohan Kurikulum 2013. Kami juga memahami surat edaran menteri yang Bapak keluarkan, bahwa sesungguhnya apabila sekolah merasa keberatan untuk dijadikan percontohan, baik karena ketidaksiapan dan demi kepentingan siswa, boleh mengajukan kepada Kemendikbud untuk dikecualikan. Sesungguhnya, kami, para siswa, telah lelah menjalani K13 selama 3 semester. Kami ingin kembali ke KTSP. Kami sesungguhnya berharap bahwa sekolah kami akan mengajukan kepada Kemendikbud agar dikecualikan, kali ini demi kepentingan siswa. Namun, kami di Surabaya seolah-olah tidak memiliki pilihan. Kepala Dinas Pendidikan kami mengharapkan bahwa seluruh Surabaya melanjutkan K13. Dengan ini, maka, mau tidak mau, para kepala sekolah tidak punya pilihan selain mengikuti. Kami tahu, apabila kami bersuara, maka kemungkinan kami didengar sangatlah kecil. Padahal kamilah yang menjalani Kurikulum 2013 ini, kamilah yang melihat kenyataan di lapangan. Kami berharap, Pak Anies mendengar suara kami.
Sekali lagi, kami mendukung kebijakan Bapak untuk menghentikan K13. Apabila ada yang berkata bahwa kebijakan Bapak ini terburu-buru, ingatlah bahwa K13 juga diluncurkan secara terburu-buru pula. Apabila ada yang menyayangkan soal anggaran yang telah digelontorkan, ingatlah bahwa kami, para siswa, yang akan menanggungnya apabila kurikulum ini dilanjutkan. Apabila ada yang mengatakan bahwa siswa lah yang menjadi korban dari kebijakan penghentian K13 ini, ingatlah Pak, bahwa sesungguhnya kami terselamatkan dengan kebijakan Bapak. Kami berharap, bahwa K13 pada akhirnya akan dihentikan secara nasional, dan kami yakin Bapak adalah orang yang tepat untuk memulainya. Selamatkan kami, Pak.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, semoga bisa bermanfaat bagi Indonesia kelak.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian Bapak.
Wassalam wr. wb.
Seorang Siswa SMAN di Surabaya
Begitulah adanya, tidak harus sok jumawa, namun juga tidak harus berputus asa, kita tunggu bimbingan dan petunjuk dari Alloh yang maha kuasa. Monggo sebaiknya bagaimana (26925)
Saya bisa memahami berbagai fenomena dan pendapat yang muncul tentang tindak lanjut Kurikulum 2013 (kurtilas) yang belum jelas baik di tingkat bawah sampai tingkat atas, tingkat daerah sampai tingkat pusat. Masih banyak yang merasa lebih tahu, merasa lebih punya wawasan, merasa lebih ahli dan merasa lebih berpengalaman dalam hal pendidikan. Hingga mereka tidak mau mengakui dan menerima keputusan sang menteri. Menteri pastilah tidak ditunjuk dengan tanpa pertimbangan dan tanpa mengukur kemampuan. Dari latar belakang pendidikannya, prestasinya dan pemikirannya tentulah beliau memiliki kapasitas dan kapabilitas jauh di atas kemampuan dan kapasitas kita-kita yang berada di tataran bawah, Namun kenapa seorang di tingkat bawah sampai berani menolak dan memutuskan sendiri tentang kurikulum yang mau diterapkan disekolahnya, di wilayah pemerintahannya.
Pasti ada hal yang menjadi latar belakang hingga memaksakan diri untuk mengambil keputusan tentang pelaksanaan kurikulum 2013. Apakah sudah berpikir dan membaca secara integral dan menyeluruh pada semua aspek yang terkait dengan kurikulum 2013. Bagaimana pendapat guru, bagaimana pendapat siswa, bagaimana pendapat tenaga kependidikan dan bahkan bagaimana pendapat masyarakat umum. Bukan hanya saya ingin begini, saya ingin begitu, bukan sekedar untuk unjuk gigi, unjuk kemampuan apalagi hanya untuk gagah-gagahan. Mari kita dengarkan kata mereka, kita lihat realita di lapangan, kesulitan dan kendala yang terjadi, terutama yang berada jauh di pedalaman, sikap manakah yang terbaik sebagai bagian dari pengambil keputusan untuk pendidikan anak didik kita di masa depan.
Sebagai bahan renungan, mari kita simak salah satu tulisan yang kami salin dari milis IGI, saya posting ulang di website SMPN 2 Kepil tercinta ini, buka mata - baca dengan sepenuh hati, renungkan, selamat menikmati. Lengkapnya inilah tulisan ulang dari Mohammad Ihsan (Ketua IGI).
Saya posting ulang kiriman Mas Satria Dharma di milis IGI, sebuah surat dari siswa kepada Mendikbud Anies Baswedan:
***
Yth. Bapak Menteri Pendidikan
Bapak Anies Rasyid Baswedan, Ph.D.
Di Tempat
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya sebagai siswa, pertama-tama ingin mengucapkan terima kasih banyak atas kebijakan Bapak yang telah mulai menghentikan Kurikulum 2013. Kami, para siswa, mendukung kebijakan Bapak. Kami sangat bahagia begitu kami mendengar bahwa Kurikulum 2013 akan mulai dihapuskan. Mengapa? Berikut adalah pandangan kami menurut Kurikulum 2013, pandangan kami yang telah menjalani kurikulum ini sendiri.
1. Pertama, selama 3 semester menjalani kurikulum ini, kami memandang banyaknya ketidakjelasan dalam pelaksanaan kurikulum ini. Banyak aspek yang tidak jelas dan sulit dimengerti, baik oleh siswa maupun oleh guru. Contohnya pada sistem penilaian. Penilaian yang menggunakan IPK mulai diterapkan di sekolah saya sejak 2 semester lalu. Pada semester 2 kemarin pun, belum tampak adanya pemahaman oleh guru-guru yang mengisi rapot. Sehingga, seluruh nilai A- diberi IPK 3,66, tanpa variasi. Semester ketiga ini, disaat guru sudah mulai memahami sistem penilaiannya, nilai UTS pun bervariasi. Namun, variasi ini malah menunjukkan penurunan pada grafik nilai kami dibandingkan semester 2 yang lalu. Saya dan beberapa teman saya sepakat, bahwa kami merasa lebih mampu mengerjakan ulangan semester ini ketimbang semester lalu. Yang menjadi pertanyaan kami, dengan sistem penilaian dengan aspek penilaian sebanyak ini, bagaimana seleksi SNMPTN Undangan apabila Kurikulum 2013 dilanjutkan di sebagian sekolah?
Begitu juga dengan sistem pembelajaran di kelas. Pernyataan bahwa “siswa harus lebih aktif, guru hanya bertindak sebagai fasilitator” menimbulkan pertanyaan, baik pada guru, maupun pada siswa. Guru pun bingung bagaimana cara menerapkan ini. Dan tidak semua mapel mampu diajarkan melalui cara ini. Beberapa tetap sangat memerlukan penjelasan langsung dari guru. Contoh, matematika, fisika, dan kimia. Apabila konsep ini dipaksakan kepada guru yang belum memahami, maka siswa bisa jadi korbannya. Saya memiliki contoh, ada salah satu guru saya pada kelas 10, yang mengajar hanya dengan memberikan banyak tugas, dan tanpa memberikan evaluasi atas pekerjaan kami, langsung memberikan ulangan. Kami sebagai siswa pun bertanya, jika guru hanya bertindak sebagai fasilitator, untuk apa kami bersekolah? Apabila ujung-ujungnya kami harus mempelajari semua hal sendiri, untuk apa kami meninggalkan rumah dari jam 6.30 pagi hingga 15.00 sore untuk bersekolah?
2. Kedua, selama 3 semester ini, kami telah merasakan bahwa Kurikulum 2013 sangat membebani siswa maupun guru. Kami, para siswa, telah merasakan betapa banyaknya tugas yang kami terima setiap harinya dengan pelaksanaan Kurikulum 2013. Dengan adanya kewajiban nilai tugas per kompetensi dasar per mata pelajaran, maka setiap guru pun terpaksa memberikan tugas, yang jumlahnya sungguh membebani psikologis kami. Sebagai ilustrasi, saya memiliki beberapa adik kelas yang mengaku bahwa mereka sampai harus tidur jam 12 malam tiap harinya karena beban tugas yang diberikan. Disamping itu, kewajiban adanya nilai ulangan harian tiap kompetensi dasar juga membebani kami. Kami sudah tidak mengenal lagi istilah minggu tenang sebelum UAS, karena seminggu sebelum UAS pun kami masih disibukkan dengan banyak ulangan harian. Beban materi pelajaran yang kami terima pun jumlahnya lebih banyak dibandingkan jika menggunakan KTSP. Adanya lintas minat yang semestinya digunakan untuk mengakomodir minat siswa, pada kenyataannya hanya menambah beban belajar kami. Kami yakin bahwa suatu generasi bangsa yang baik tidak bisa dibangun diatas penekanan mental. Suatu generasi bangsa yang baik memerlukan kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Dan Kurikulum 2013 telah memberi beban mental yang berat bagi kami, para siswa.
Bagi para guru, sistem penilaian yang rumit juga menyulitkan mereka dalam menilai. Kami, di Surabaya, telah menerapkan sistem rapot online. Namun, dalam sistem ini, banyak sekali aspek yang harus dinilai, mulai dari afektif, psikomotorik, dan kognitif. Guru kami pun mengakui, ada sekitar 30 lebih nilai yang harus diinput per siswa, per mata pelajaran. Apabila satu poin saja kosong, maka nilai tidak akan keluar. Guru kami pun terpaksa berjuang, sampai harus lembur hingga jauh malam, untuk mengupload seluruh nilai kami ke database dengan fasilitas internet yang lambat dan server yang terkadang bermasalah. Sistem penilaian yang rumit ini mengakibatkan guru menjadi tersibukkan dengan sistem penilaian ini, yang bisa berakibat terbengkalainya tugas utama guru yang mulia, yaitu mendidik dan membimbing para siswa di kelas.
3. Ketiga, banyak kejanggalan dalam penerapan konsep Kurikulum 2013 ini.
Pertama saya akan mengangkat tentang konsep pembangunan karakter. Kurikulum 2013 menekankan pada pembangunan karakter siswa. Salah satunya adanya penilaian afektif. Ya, kami sebenarnya setuju bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan hal yang sangat penting apabila suatu bangsa ingin maju. Namun, menurut kami, cara penilaian afektif ini tidak efektif dan tidak logis. Dalam penilaian afektif ini, setiap sikap, seperti kejujuran, kepedulian, dan lain sebagainya harus diangkakan. Pertanyaan kami, apakah sikap adalah sesuatu yang bisa diangkakan? Kami yakin, bahwa yang diperlukan dalam pembangunan karakter bangsa adalah teladan. Kami setuju dengan konsep Pak Anies, bahwa yang harus dibangun mutunya terlebih dahulu adalah para guru.
Kedua, saya akan mengangkat tentang salah satu tujuan Kurikulum 2013. Setahun lalu, saya dan beberapa teman saya menghadiri pertemuan di rumah DI di Surabaya, yang dihadiri oleh Bapak M. Nuh sendiri. Disana beliau menyatakan bahwa tujuan K13 ini, salah satunya adalah memanfaatkan demographic bonus, banyaknya penduduk usia produktif, untuk menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045. K13 ditujukan agar bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. Namun pada penerapannya, mengapa tidak ada mata pelajaran TIK dalam Kurikulum 2013? Padahal kemampuan TIK adalah salah satu kemampuan terpenting dalam dunia kerja modern ini. Bagaimana kita mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia kerja, apabila kemampuan TIK kita kalah dengan bangsa lain? Tidak adanya mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SD juga menurut kami janggal. Seperti kita tahu, Bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Apabila kita ingin bersaing dengan bangsa lain, terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, maka kemampuan Bahasa Inggris yang lancar mutlak diperlukan. Untuk melatih kemampuan berbahasa suatu bahasa, maka bahasa itu perlu dilatih sejak dini. Penghapusan Bahasa Inggris bagi SD, serta penghapusan TIK, menurut kami adalah suatu kemunduran.
Berdasar pandangan-pandangan kami diatas, maka kami meyakini bahwa langkah Pak Anies untuk menghentikan Kurikulum 2013 di sebagian sekolah adalkah suatu langkah awal yang baik untuk menyelamatkan generasi kami. Sekali lagi kami berterima kasih atas kebijakan Bapak. Namun, menurut kami, solusi terbaik adalah menghentikan Kurikulum 2013 secara total.
Sekolah kami telah menjalankan Kurikulum 2013 selama 3 semester. Ini berarti sekolah kami akan dijadikan sebagian dari sekolah percontohan Kurikulum 2013. Kami juga memahami surat edaran menteri yang Bapak keluarkan, bahwa sesungguhnya apabila sekolah merasa keberatan untuk dijadikan percontohan, baik karena ketidaksiapan dan demi kepentingan siswa, boleh mengajukan kepada Kemendikbud untuk dikecualikan. Sesungguhnya, kami, para siswa, telah lelah menjalani K13 selama 3 semester. Kami ingin kembali ke KTSP. Kami sesungguhnya berharap bahwa sekolah kami akan mengajukan kepada Kemendikbud agar dikecualikan, kali ini demi kepentingan siswa. Namun, kami di Surabaya seolah-olah tidak memiliki pilihan. Kepala Dinas Pendidikan kami mengharapkan bahwa seluruh Surabaya melanjutkan K13. Dengan ini, maka, mau tidak mau, para kepala sekolah tidak punya pilihan selain mengikuti. Kami tahu, apabila kami bersuara, maka kemungkinan kami didengar sangatlah kecil. Padahal kamilah yang menjalani Kurikulum 2013 ini, kamilah yang melihat kenyataan di lapangan. Kami berharap, Pak Anies mendengar suara kami.
Sekali lagi, kami mendukung kebijakan Bapak untuk menghentikan K13. Apabila ada yang berkata bahwa kebijakan Bapak ini terburu-buru, ingatlah bahwa K13 juga diluncurkan secara terburu-buru pula. Apabila ada yang menyayangkan soal anggaran yang telah digelontorkan, ingatlah bahwa kami, para siswa, yang akan menanggungnya apabila kurikulum ini dilanjutkan. Apabila ada yang mengatakan bahwa siswa lah yang menjadi korban dari kebijakan penghentian K13 ini, ingatlah Pak, bahwa sesungguhnya kami terselamatkan dengan kebijakan Bapak. Kami berharap, bahwa K13 pada akhirnya akan dihentikan secara nasional, dan kami yakin Bapak adalah orang yang tepat untuk memulainya. Selamatkan kami, Pak.
Demikian permohonan ini saya sampaikan, semoga bisa bermanfaat bagi Indonesia kelak.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian Bapak.
Wassalam wr. wb.
Seorang Siswa SMAN di Surabaya
Begitulah adanya, tidak harus sok jumawa, namun juga tidak harus berputus asa, kita tunggu bimbingan dan petunjuk dari Alloh yang maha kuasa. Monggo sebaiknya bagaimana (26925)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar