Wacana penghapusan UN (moratorium UN) yang sempat diluncurkan oleh Mendikbud beberapa hari lalu sempat menjadi perbincangan hangat, baik dari kalangan akademisi, kalangan elit politik hingga kalangan masyarakat biasa, baik yang pro maupun yang kontra. Berbagai alasan yang menjadi dasar pertimbangan Mendikbud menyampaikan wacana penghapusan UN antara lain; 1) UN tidak berperan ketika siswa-siswi mendaftar di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dengan alasan itu dia berpendapat UN tidak dipertahankan. 2) "Orientasi pada UN akan membuat reduksi mata pelajaran lain. Sekarang sekolah-sekolah sudah fokus anak didiknya disiapkan hanya untuk UN. Yang lain dianggap enggak penting. 3) Pertimbangan lain soal digunakannya pilihan ganda untuk menguji siswa. Pilihan ganda atau multiple choice itu tidak mengajarkan siswa berpikir kritis. serta 4) "UN juga dianggap hanya menguji ranah kognitif dan beberapa mata pelajaran saja. Akibatnya cenderung mengesampingkan hakikat pendidikan untuk membangun karakter, perilaku, dan kompetensi,
Moratorium UN Tidak Disetujui
Hal yang dipadang baik belum tentu dianggap baik dan tepat oleh setiap orang. Kewenangan pendidikan memang ada di tangan Mendikbud, namun keputusan akhir tetap berada di bawah kendali Presiden atau Wakli Presiden sebagai pemilik kekuasaan mutlak di negeri ini. Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan pemerintah tidak menyetujui rencana moratorium ujian nasional (UN) yang digagas Mendikbud Muhadjir Effendy. Usulan moratorium UN diminta dikaji ulang. "Ya hasilnya usulan moratorium itu tidak disetujui, tapi disuruh (juga) kaji ulang," ujar Wapres JK di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2016). Keputusan menolak usulan moratorium UN ini disampaikan JK setelah rapat kabinet paripurna bersama Presiden Joko Widodo. Usulan moratorium UN menjadi salah satu topik pembahasan.
JK menjelaskan, pemerintah untuk saat ini masih menilai UN dapat mendorong peningkatan mutu pendidikan dan evaluasinya. "Tanpa ujian nasional bagaimna bisa mendorong bahwa kita pada tingkat berapa, dan apa acuannya untuk mengetahui bahwa dari ini kemudian nanti tanpa ujian nasional," kata JK. "Harus dengan soal yang hmpir sama harus diketahui, oh Jawa begini, Sulawesi begini, kalimantan bagaimana. Baru bisa. Kalau tanpa itu bagaimana caranya?" sambung JK. Karena itu, Kemendikbud sambungnya harus mendorong hasil maksimal dalam UN dan mengukur perbandingannya dengan sistem penilaian kelulusan di negara-negara lain.
Wakil presiden Jusuf Kalla menambahkan, "Hampir semua negara di Asia itu ujian nasional semua, apalagi di ASEAN. Di ASEAN semuanya China, India, Korea, cuma Jepang saja hanya ujian masuk perguruan tinggi, yang lainnya ujian nasional semua dengan ketat," jelasnya. Menurut JK, tanpa UN, daya saing dan semangat anak-anak untuk belajar akan kendor. Tapi pemerintah juga mengkaji sistem penentuan kelulusan untuk efektivitas UN. "Jadi usulan tadi tidak diterima, tapi disuruh kaji dan secara perbandingan lebih dalam lagi untuk memperbaiki mutu," kata JK.
Tambahan penulis dari hasil audiensi dengan beberapa guru, terutama guru mapel UN selaku subyek yang banyak berkiprah dengan siswa dalam mepersiapkan UN menilai jika UN masih sangat diperlukan. Bagi sekolah maju mungkin UN sudah tidak berpengaruh signifikan, karena secara umum motivasi belajar siswa sudah bagus dan mereka sudah sadar sepenuhnya bahwa mereka harus mempersiaipkan dan memposisikan diri untuk memperoleh hasil yang maksimal untuk kelanjutan studi mereka di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, Akan berbeda dengan sekolah yang masuk kategori taraf berkembang, di mana kondisi yang jauh berbeda dengan sekolah maju. Adanya penentuan kelulusan berdasar nilai UN masih mendominasi dan menjadi motivasi utama mereka untuk mau belajar, berusaha belajar dan sebatas meraih predikat LULUS. Dengan penentuan kelulusan oleh sekolah saja semangat dan motivasi siswa turun drastis, seakan cuek dan tidak mau susah-susah belajar agar lulus, karena toh pasti lulus, lha bagaimana jika UN ditiadakan pasti kondisinya akan bertambah parah.
Secara teori memang UN tidak tepat karena tidak tepat (tidak boleh) meng-generalisasi dan mengukur pendidikan pada wilayah, sarana dan sebaran SDM berbeda dengan alat ukur yang sama. Kondisi wilayah, ragam budaya dan tingkat ekonomi yang berbeda membawa pengaruh yang berbeda pada kualitas pendidikan. Namun begitu tetap dibutuhkan satu bentuk evaluasi yang standar yang berlaku secara umum dan nasional, karena tanpa adanya wahana yang menjadi tolok ukur standar, pasti kondisi akan jauh lebih rendah dari yang diharapkan. Tiap sekolah akan cenderung membuat aturan sendiri, membuat standar sendiri dan membuat pola sendiri yang cenderung tidak terkendali. Sebagai pendidik dan pelaksana, maka sikap kita yang terbaik adalah melaksanakan sesuatu yang sudah menjadi keputusan oleh pemilik dan pemegang kekuasaan manajemen pendidikan di negeri ini. Amanah untuk mendidik dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan adalah hal yang utama.
Semoga dengan diurungkannya rencana moratorium UN ini justru akan memberi kesempatan banyak sekolah untuk berbenah diri dalam berbagai bidang, sehingga sekolah tidak hanya berorientasi pada nilai UN semata yang berorientasi pada angka, namun lebih kepada konten pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pada pembinaan mutu pendidikan yang diiringi dengan berkembangnya karakter yang lebih baik. Tentu saja untuk mewujudkan sekolah dengan nuansa pendidikan karakter harus dimulai dari penjiwaan kalangan akademisi tentang pentingnya karakter pada diri pendidik agar proses transfer ilmu juga dilingkupi dengan tauladan dari pribadi yang berkarakter. <60877>.
Selamat beraktifitas, semoga sukses.
Rabu, 07 Desember 2016
Rabu, 30 November 2016
Inovasi -6 : Praktik - Model Belajar Paling Menarik, Aktual dan Menantang
Tulisan ini kami selesaikan ketika wacana penghapusan UN (Moratorium UN) yang diluncurkan oleh Mendikbud Prof. Muhadjir Effendi. Salah satu alasan utama yang ada di kalangan siswa dan memicu polemik adalah karena UN itu menakutkan, takut nilainya jelek, takut tidak lulus, inilah alasan klise yang justru menjebak dan membuat situasi pendidikan tidak berada pada posisi yang seharusnya. Siswa belajar masih sebatas orientasi nilai, sebatas mencapai KKM dan masih berkisar pada pernyataan lulus. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran di kelas yang juga masih berorientasi pada nilai ketika lulus, sehingga waktu, tenaga, pikiran dan sumber daya tereduksi pada mata pelajaran yang berorientasi lulus UN. Dari sekian mapel yang diajarkan di sekolah setingkat SMP hanya ada empat mapel yang di-UN-kan. Hal ini membuktikan betapa pentingnya mapel Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA dalam standar transformasi pendidikan di jenjang SMP. Terkait tema tulisan kali ini, ternyata dua dari empat mata pelajaran yang di-UN-kan adalah rumpun MIPA, Matematika dan IPA, satu kehormatan dan sekaligus beban bagi guru pengampu mapel ini.
Untuk mengawali paparan seri Inovasi ke-6 kali ini, mari
sedikit membuka cakrawala tentang kajian ilmiah yang pernah dipublikasikan 26
Juni 2006, fakta tentang molekul air yang merupakan senyawa yang terbentuk dari
2 atom Hidrogen dan 1 atom Oksigen (H2O). Secara kasat mata bentuk fisik air
sama saja, baik yang berasal dari gunung, laut, sumur, sungai, danau ataupun
dari langit ketika turun hujan. Namun jika dilihat lebih teliti, dengan bantuan
mikroskop maka akan berbentuk hexagonal (kristal segi enam). Dan inilah yang
dilakukan Prof. Dr Mazaru Emoto dari Jepang, dimana beliau telah
melakukan penelitian dari berbagai jenis air dari berbagai tempat di beberapa
tempat di dunia. Beberapa hal yang kemudian menjadikan penemuan terbaru dan
sangat populer adalah bahwa air itu bersifat aktif dan reaktif, bersifat hidup
dan dapat berinteraksi terhadap suara atau perilaku yang diterapkan padanya. Dalam
publikasi hasil penelitian tersebut disampaikan bahwa ari yang diberikan
kata-kata baik, sayang, cinta atau doa akan berbentuk kristal yang sangat
bagus, sebaliknya jika didengarkan kata-kata kotor atau buruk maka bentuk
kristal menjadi buruk atau bahkan hancur. Dan dari sekian ratus sample air di
dunia, ternyata yang memiliki STRUKTUR KRISTAL TERBAIK adalah yang air yang
diambil dari sumur ZAM-ZAM yang diambil dari masjidil haram di Mekah.
Dengan berharap rahmat dari Alloh, kami mencoba memulai kembali
membuat coretan untuk tema seri Inovasi, yang kali masuk pada seri ke-6.
Sungguh, ini adalah seri inovasi terberat yang kami buat, karena kami harus
menulis tentang sesuatu yang notabene subyeknya adalah guru MIPA - sosok
akademisi dengan tingkat intelegensi tinggi, sosok yang sangat jeli pada uraian
materi, sangat kuat memegang prosedur dan sangat disiplin dalam masalah waktu,
serta sangat kental dengan sintesa dan analisis pada masalah yang dihadapi.
Inilah yang menjadi beban karena kami harus menulis sesuatu yang ditujukan pada
para master, para senior dan para guru yang sangat ahli dan menguasai tentang
ilmu yang sangat tinggi dan penuh dengan nuansa ilmiah. Namun demikian, kami
tetap berusaha menulis karena kami melihat dari sisi lain yang mungkin tidak
terlihat dan tidak disadari oleh sebagian dari mereka tentang kaidah
transformasi ilmu pada siswa di sekolah menengah. Semoga tulisan yang sederhana
ini akan membuka cakrawala baru dan bisa sedikit menambah khasanah ilmu untuk
tambahan referensi, semoga bermanfaat.
Rumpun MIPA - Ilmu Dasar Utama yang Abstrak
Jika ditinjau dari kategori keilmuan, maka MIPA adalah
rumpun khusus - ilmu pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan lainnya,
karena proses, metode, kajian dan sifatnya. Ada 4 ciri khas keilmuan yang
menjadikan MIPA menjadi kelompok ilmu pengetahuan yaitu; obyektif, metodik,
sistematik dan universal. Inilah yang kemudian menjadikan rumpun MIPA
seakan-akan ilmu yang sulit, rumit, pelik dan menakutkan. Tak berhenti sampai
di sini, dalam perkuliahan di perguruan tinggi hingga pembelajaran di kelas
juga menjadi sesuatu yang terlihat eksklusif, di mana hanya disukai oleh mereka
yang pintar, disiplin, serius dan terlihat tertutup. Bahkan muncul kesan hanya
orang yang jenius, pintar sekaligus "kutu buku" yang bisa masuk
jurusan ini, dan hanya jurusan teknik, akuntansi dan kedokteran saja yang mampu
mengimbangi atau melampaui jurusan yang satu ini. Kesan inilah yang kemudian
menjadi beban siswa dalam pembelajaran. Pertanyaannya, adakah metode dan trik
agar pembelajaran MIPA menjadi sesuatu yang terkesan mudah, sederhana, asyik
dan menarik. Bahasan tulisan ini tidak untuk mengulas atau mengusik
pembelajaran oleh guru matematika dan IPA, namun hanya sekedar memberi sedikit
gambaran yang mungkin belum dilakukan dan ternyata menjadi sesuatu yang menjadi
daya tarik dan daya dorong menjadikan suatu yang berbeda dan memacu
pembelajaran menjadi lebih baik.
Faktor Berpengaruh dalam Pembelajaran
Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada proses
pembelajaran di kelas, namun ada dua hal yang paling berpengaruh yaitu guru dan
metode pembelajaran. Faktor pertama adalah guru. Ini faktor paling utama
dan paling berpengaruh, dan faktor guru ini pula yang menjadi daya tarik utama
pembelajaran. Guru yang dipavoritkan oleh siswa sangat dinanti kedatangannya
oleh siswa, bahkan tidak jarang dijemput oleh siswa agar segera masuk kelas,
sangat berkebalikan dengan guru yang kurang disukai siswa. Adapun daya tarik
guru bukanlah semata-mata karena segi fisik; cantik, tinggi semampai ditambah
kata semlohai, atau ganteng, tubuh tegap ditambah kata perkasa, sebagaimana
artis, namun lebih kepada kompetensi kepribadian guru secara personal. Contoh
ekstrim, guru yang gendut (seperti penulis), berwajah kusut, bertampang galak
dan berperangai kasar pasti bukan guru pavorit bagi siswa, atau bahkan masuk
kategori yang tidak disukai, walaupun sebenarnya guru tersebut pintar.
Faktor kedua adalah metode dalam pembelajaran, baik yang
berupa model pembelajaran, teknik pembelajaran, media pembelajaran serta
variasi dan inovasi dalam pembelajaran. Metode yang monoton dan bersifat
feodal, pemberian tugas yang asal-asalan (misalnya siswa disuruh membuat soal),
tugas yang memberatkan atau yang tidak sesuai dengan tuntutan mata pelajaran
tentu menjadi pembelajaran yang stagnan dan membosankan. Dalam perkembangan
ilmu pembelajaran ada metode Quantum Learning dan Quantum Teaching, yang
intinya adalah pembelajaran dan pengajaran yang menyenangkan, inilah yang perlu
diupayakan. Banyak cerita tentang keajaiban (amazing) yang terjadi, dimana guru
yang awalnya terlihat biasa saja, bahkan yang pada awalnya terkesan galak dan
membosankan, namun ketika ia membuat perubahan yang diawali dengan menyadari
hakikat pembelajaran yang baik, dilanjutkan dengan introspeksi drir dan
kemudian mampu move-on serta mulai melakukan perubahan dalam pembelajaran, maka
kemudian pembelajaran di kelas yang ia ampu menjadi kelas pavorit, kelas
unggulan dan kelas yang diidolakan, baik oleh siswa, oleh sesama guru hingga
oleh beberapa sekolah dan pemerintah.
Matematika dan IPA - Mapel Prospektif
Dalam pemetaan ketercapaian kompetensi, dua mapel inilah
yang secara persentase paling mungkin dan mempunyai banyak peluang untuk
mendapatkan prestasi puncak, nilai sempurna dengan angka 100. Bukan
sebagai pembanding, namun hanya sekedar informasi jika salah satu sekolah yang
berjarak 15 km ke arah timur dari sekolah kami, yang secara geografis dan
administratif berbeda kabupaten, terdapat sekolah bagus dan hebat dengan
prestasi yang membanggakan. Yah, SMP Negeri 1 Salaman pada kelulusan tahun lalu
terdapat 32 siswa dengan nilai 100 untuk matematika dan 6 siswa dengan nilai
100 untuk IPA, yang kemudian menjadikan sekolah tersebut menjadi sekolah
terbaik di kabupaten Magelang. Inilah yang menjadi salah satu daya tarik
sekolah ini, sehingga menjadi incaran lulusan SD pada saat penerimaan siswa
baru, termasuk putra-putri guru-guru dari sekolah kami.
Adalah Joko Susilo, M.Pd (biasa dipanggil Pak Cilo)
yang menjadi sosok guru pavorit untuk mapel matematika, dan menjadi inspirasi
sukses. Itulah pengakuan yang disampaikan oleh Jati Prasetiawan, S.Pd - salah
satu mantan siswanya yang sekarang sudah menjadi guru matematika di SMPN 2
Wonoboyo Satu Atap - Temanggung. Menurut pengakuan mantan muridnyanya ini,
salah satu hal yang menjadi ciri khas dan daya tarik pelajaran matematika
adalah modul matematika yang berupa catatan tangan sang guru. Tulisan yang
khas, dengan huruf delapan yang unik dan 4 kolom setiap lembarnya. Setiap
materi / bab baru, maka sang guru membuatkan catatan tangan khusus, dan setiap
siswa dapat memfoto-copy cukup dengan membayar Rp 2.000. Catatan yang disusun
sendiri oleh guru lebih mudah diikuti daripada buku paket, karena guru lebih
tahu karakter dan kondisi siswa secara langsung dan guru juga lebih mudah
menjelaskan materi yang telah dibuatnya sendiri.
Dari Salaman bergeser sekitar 20 km ke arah barat daya, ada
SMPN 19 Purworejo ada guru inovatif dan inspiratif - Juli Eko Sarwono,
Cara mengajarnya tergolong unik dan berbeda, Pak Eko tidak hanya menjelaskan
matematika dengan teori di papan tulis, namun lebih berorientasi pada
pembelajaran praktek, langsung bersentuhan benda sesungguhnya. Ada caping,
kukusan dan topi yang berbentuk kerucut ketika ia membahas materi tentang
kerucut. Ia hadirkan alat yang nyata dan sebagai alat peraga, bahkan sepeda
motornya dibawa masuk kelas untuk menjelaskan tentang materi lingkaran.
Kelasnya menjadi kelas unggulan, kelas yang pavorit dan sangat disukai oleh
siswanya. Wajah riang, penuh semangat dan serasa tanpa beban tampak pada raut
murid-muridnya. "Saya mencoba membuat matematika menjadi menyenangkan,
jika murid sudah suka, transfer ilmu akan mudah," ujarnya. Sebagai
apresiasi, kemudian pihak Pemda bersama sekolah menyediakan kelas khusus yang
kemudian menjadi laboratorium matematika. Atas inovasinya, menjadikan beliau
dinobatkan sebagai guru berprestasi Good Practices dari USAID, yang
kemudian banyak diundang menjadi pembicara di berbagai forum ilmiah hingga
tampil di layar kaca dalam acara Kick Andy.
Jika di mata pelajaran matematika ada Pak Cilo dan Pak Juli
Eko, maka di IPA juga ada guru yang hebat, dari SMPN 2 Semarang, Dra. Dyah
Purwaningrum. Penulis pernah berbincang dengan guru IPA yang satu ini
ketika bersama dalam sebuah diklat pengembangan kurikulum sekitar 2 tahun yang
lalu. Sosok Bu Dyah yang low profile namun penuh dengan ide pembaruan di bidang
pendidikan, khususnya pada mata pelajaran IPA mengantarnya terpilih menjadi
salah satu utusan propinsi Jawa Tengah dalam program English Language Culture
& Training Programs yang diadakan oleh University of Southern Queensland
dan tinggal serta belajar di Australia sekitar tiga bulan. Beberapa file
diberikan kepada kami, yang intinya bagaimana mengemas pembelajaran menjadi
menjadi seuatu yang nyata, menarik dan ilmiah. Hal itu bisa dengan cara membuat
baik animasi, video atau sesuatu yang bersifat inovatif. Namun khusus untuk IPA
maka model interaksi langsung dengan benda nyata adalah hal paling menarik dan
paling mengenai sasaran, baik melalui praktikum di laboratorium, observasi ke
kebun tanaman, kolam atau sungai tempat habitat binatang air atau yang
sejenisnya. Konsep dasarnya bahwa IPA adalah pengetahuan alam, maka wahana yang
paling cocok adalah tentang alam melalui praktikum atau penelitian, karena
dengan melihat dan praktik secara langsung akan menjadi pengalaman yang akan
selalu diingat oleh mereka.
Konsep itulah yang diterapkan dalam pembelajaran Bu Dyah,
yang kemudian mampu menggali bakat yang luar biasa pada siswa-siswanya. Awal
Februari tahun 2016 ini dua siswanya yang masih duduk di kelas VII SMP Negeri 2
Semarang mendapatkan medali perunggu dan medali emas dalam ASEAN+3 Center
for the Gifted in Science (ACGS) di Korea baru-baru ini. Mereka adalah
Addiya Izza Ahya Setiyono dan Faadhil Inayatur Rahman Harahap. Addiya Izza Ahya
Setiyono yang mengaku baru pertama kali mengikuti lomba Internasional, bersama
kelompoknya mempresentasikan Green Energi, satu tim terdiri dari 8-9 orang dan
semuanya dari negara yang berbeda. Lain dengan Addiya, Faadhil dan tim
mempresentasikan energi dari unsur kimia, biologi dan fisika. “Anak-anak bisa
berhasil karena belajar dari video ide-ide ilmuwan. Peserta yang presentasinya
paling baik dari seluruh dunia hanya ada 2 negara, yaitu Indonesia dan Singapura,
mereka mendapat penghargaan Davinci dan tidak setiap tahun diadakan. Bahkan
sebagai reward-nya peserta juga akan mendapat beasiswa hingga S1.
Pembelajaran yang Menyenangkan
Konsep dasar pembelajaran yang baik sebenarnya simple dan
sederhana, yaitu bagaimana membuat kondisi pembelajaran yang menyenangkan,
pelajaran yang sangat dinantikan dan membuat siswa serasa haus ilmu pengetahuan
dan keterampilan, sebagai bekal pendidikan di tingkat yang lebih tinggi. Tiga
sosok guru di atas tentu saja tidak serta harus ditiru, tidak mutlak untuk
dijadikan acuan karena kita bukan mereka, kita tidak berada pada lingkungan
mereka dan kita tidak sama dengan mereka. Namun semangat mereka, ide mereka
dan inovasi mereka bisa menjadi inspirasi untuk bisa berbuat sesuatu yang
lebih baik, lebih berharga dan lebih bermakna.
Khusus untuk mata pelajaran Matematika mendekatkan benda
nyata kepada siswa, menyederhanakan konsep dan menjauhkan dari kesan
rumit,t adalah hal yang perlu diupayakan. Dari record yang pernah kami jumpai
langsung, catatan sederhana dari guru justru menjadi point positif yang
berpengaruh pada respek siswa dalam pembelajaran, di samping unsur ketepatan
guru dalam menjelaskan kepada siswa yang beragam. Sementara dari
teknologi pembelajaran ada aplikasi baru bernama GEOGEBRA, yang saat ini
di beberapa sekolah sebelah timur (kab. Magelang) sudah digunakan untuk
pembelajaran. Memang butuh tambahan waktu, tenaga dan pemikiran untuk mewujdkan
pola pembelajaran yang inovatif seperti ini, namun jika hasilnya memuaskan
dengan naiknya prosentase keberhasilan siswa meraih angka sempurna maka akan
terbayar lunas dengan kepuasan dan kebanggaan bahwa pembelajaran matematika
yang menyenangkan membawa hasil yang memuaskan, walaupun jika UN dihapuskan.
Adapun untuk IPA, maka mengkondisikan pembelajaran dengan
situasi scientifik adalah suatu keharusan, yang bahkan sudah ada sebelum
K-13 lahir. Kegiatan pemebelajaran yang berupa pengamatan, bertanya, pengumpulan
informasi, asosiasi dan komunikasi adalah iklim utama scientifik, maka kegiatan
IPA yang berbentuk riset / penelitian harus dilakukan dan digalakkan, tidak
harus yang besar, tidak harus yang sulit. Dimulai dari hal yang sederhana dan
simpel, karena yang dibangun adalah pola pikirnya, adalah habituasinya, adalah
budayanya sehingga sikap ilmiah sebagai ciri ilmu pengetahuan bisa diterapkan
dalam setiap kegiatan. Jika ini sudah terbentuk maka bukan tidak mungkin akan
banyak ditemukan hal-hal baru yang bersifat ilmiah yang selama ini tidak pernah
terpikirkan ternyata ada di sekitar kita. Fakta yang ditemukan Prof. Mazaru
Emoto bahwa air adalah hidup dan berbentuk kristal yang berbeda-beda adalah
bentuk ilmu terpendam yang baru terkuak ketika dilakukan penelitian. Di sisi
lain bukan tidak mungkin bisa ditemukan siswa dengan bakat "mutiara
terpendam" seperti yang pernah dibimbing Pak Satiyun pada beberapa tahun
lalu yang berhasil maju di tingkat kabupaten.
Sebagai penutup, barangkali ada baiknya jika pembaca dapat membaca atau
melihat video inspiratif dari Prof Yohanes Surya, pendiri Surya Institut. Ia
adalah contoh orang yang miskin yang berhasil sukses karena kerja kerasnya,
yang membuahkan beasiswa S2 dan S3 di Amerika, menjadi ilmuwan dan profesor
di bidang Fisika. Prof. Surya menyatakan bahwa kunci negara kita akan menjadi
negara besar dan maju jika pembelajaran sains dan teknologi yang kuat. Dan
salah satu kekurangan dalam pembelajaran sains, dan ini yang banyak terjadi
adalah 'monoton", sehingga terkesan ruwet, njlimet dan membosankan.
Padahal jika bisa mampu membuat inovasi dalam pembelajaran, justru mapel sains
ini bisa menjadi pelajaran yang asyik dan menyenangkan. Kuncinya, sains
(MIPA) bukan "hafalan", akan lebih baik jika siswa menemukan
sendiri rumus dan konsep dalam ilmu sains tersebut. Ia teah membuktikan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, banyak siswa-siswa dari Papua yang sukses meraih medali emas di ajang olimpiade fisika internasional. Itulah konsep dasar
lahirnya pendekatan Scientifik dalam kurikulum 13 (K-13). Beberapa catatan
kecil berikut mungkin saja berguna sebagai bahan untuk renungan dan merubah
diri (move-on) untuk lebih baik lagi.
- Kerja keras, hanya dengan kerja keras untuk bisa mencapai sukses. Untuk meraih sukses diri terlebih mensukseskan orang lain dibutuhkan kerja keras, lebih keras dari yang biasanya. Tidak ada kata sukses bagi orang yang malas. Merasa diri belum optimal adalah kunci awal untuk menjadi lebih baik dan siap untuk lebih sukses. Rasa bahwa kita hebat, baik karena kecerdasan kita, karena pengalaman kita, karena jam terbang kita atau karena status guru inti, guru tutor, instruktur kabupaten atau nasional dan sejenisnya akan menjadikan rasa besar dan tinggi. Rasa besar dan rasa tinggi ini yang menutup diri untuk terus tumbuh dan berkembang, bahkan menutupi kondisi yang sesungguhnya masih banyak kekurangan. Selanjtunya, merasa telah banyak berbuat, telah banyak berjasa dan saatnya mengakhiri perjuangan. Rasa terlalu menghargai diri dengan tumpukan karya di masa lalu sangat melemahkan semangat dan motivasi untuk terus tumbuh dan berkarya yang terbaik. Dampak buruk dari sikap ini bukan pada diri sendiri saja, namun menyebar pada lingkungan kita, terutama mereka para yunior yang seharusnya berjiwa muda, bermental pejuang dan semangat baja, tak terkecuali siswa-siswa kita.
- Belajar dan terus belajar, belajar dengan pengalaman. Siapapun kita pasti bisa, kita masih punya waktu untuk terus belajar, terus berupaya melakukan yang terbaik. Selayaknya hukum kekekalan energi, maka setiap kebaikan akan menjadi energi baik yang akan kembali kepada kita sebagai kebaikan, begitu pula sebaiknya. Kita tidak bisa pastikan ilmu mana atau amal mana yang akan membawa kebaikan bagi kita kelak, namun yang pasti setiap kebaikan yang kita lakukan dengan tulus ikhlas maka kelak kita akan menikmatinya, maka lakukan saja. Kesehatan hasil dari energi baik, begitu juga dengan kecukupan rejeki, ketenangan, kedamaian dan kemuliaan.
- Butuh perjuangan. Tidak takut dan phobia pada kesulitan dan tantangan. Alloh memotivasi 2 kali dalam surat An Nashr 5-6, bahwa sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan. Maka siapa yang ingin diberi kemudahan, jangan takut menghadapi kesulitan, karena kesulitan akan berlalu dan berganti dengan kemudahan. Begitulah jalan kehidupan, memang didesain untuk naik dan naik, bagi yang ingin menikmati dinamika kehidupan.
Selamat bekerja, selamat beraktifitas semoga sukses.
<HSJS #670-905>.
Selasa, 15 November 2016
Selandia Baru Dilanda Tsunami Usai Diguncang Gempa 7,8 SR - Video Tsunami New Zeeland
Selandia Baru (New Zealand) dilanda tsunami setelah diguncang gempa bumi berkekuatan 7,8 skala richter (SR). Gempa bumi tersebut menyebabkan sejumlah bangunan hancur dan menewaskan dua orang. Mirror.co.uk, melansir gempa pertama terjadi 57 mil sebelah timur laut dari Christchurch. Gempa berkekuatan 7,8 SR terjadi Senin dinihari (14/6/2016).
Gempa kedua berkekuatan 6,2 melanda Pulau Selatan Selandia Baru sekitar 2:20 pagi ini. Gempa susulan berkekuatan 5,8 magnitude terjadi sekitar 07:00. Dua korban dilaporkan meninggal dalam peristiwa tersebut. Satu di Kaikoura dan satunya lagi di Mt Lyford.
Tim tanggap darurat dikirim ke lokasi gempa dengan menggunakan helikopter. Listrik padam dan saluran telepon terputus di banyak daerah di negeri itu. Jalan-jalan tertutup longsor.
Departemen Pertahanan Sipil memperingatkan bahwa gelombang hingga lima meter tetap menjadi risiko untuk beberapa jam. Warga setempat diimbau untuk mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi
“Gelombang pertama telah tiba, tapi kami tahu bahwa itu terlalu dini untuk mengatakan dampak telah telah terjadi. Kami khawatir dengan apa yang akan terjadi. Gelombang yang akan datang selanjutnya mungkin lebih besar dari apa yang datang sebelumnya,” ucap pejabat dari Kementerian Pertahanan Sipil, Sarah Stuart-Black. Dikutip dari http://batampos.co.id/
Berikut video tsunami Selandia Baru:
Gempa kedua berkekuatan 6,2 melanda Pulau Selatan Selandia Baru sekitar 2:20 pagi ini. Gempa susulan berkekuatan 5,8 magnitude terjadi sekitar 07:00. Dua korban dilaporkan meninggal dalam peristiwa tersebut. Satu di Kaikoura dan satunya lagi di Mt Lyford.
Tim tanggap darurat dikirim ke lokasi gempa dengan menggunakan helikopter. Listrik padam dan saluran telepon terputus di banyak daerah di negeri itu. Jalan-jalan tertutup longsor.
Departemen Pertahanan Sipil memperingatkan bahwa gelombang hingga lima meter tetap menjadi risiko untuk beberapa jam. Warga setempat diimbau untuk mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi
“Gelombang pertama telah tiba, tapi kami tahu bahwa itu terlalu dini untuk mengatakan dampak telah telah terjadi. Kami khawatir dengan apa yang akan terjadi. Gelombang yang akan datang selanjutnya mungkin lebih besar dari apa yang datang sebelumnya,” ucap pejabat dari Kementerian Pertahanan Sipil, Sarah Stuart-Black. Dikutip dari http://batampos.co.id/
Berikut video tsunami Selandia Baru:
Kamis, 06 Oktober 2016
Oase -9: Nothing is perfect - Jangan Menunggu Sempurna
Tema tulisan kali ini terinspirasi dari beberapa cerita yang kami dengarkan beberapa bulan yang lalu. Diawali dari cerita tentang seseorang yang biasa dipanggil Pak Tri, ketika dalam perjalanan pulang yang sudah larut dan di rumah belum ada masakan siap saji, maka beliau berfikir harus membeli beberapa bungkus nasi, sayur dan lauk untuk dimakan ketika sudah sampai rumah. Ketika sudah melewati restoran ternama beliau jalan terus memilih restoran lain di depan sana masih ada. Begitu sampai restoran yang dituju ternyata tutup maka pilihan berubah ke warung Padang sekitar 1 km di depan sana sangat enak, namun sesampainya di sana ternyata sudah habis, ya sudah, toh di depan sana masih ada satu lagi warung Padang yang sambal rendangnya sangat nikmat. Alhasil semakin lama semakin malam, semakin menuju kampung yang di wilayah pegunungan tak dapat ditemui lagi restoran atau warung Padang, bahkan angkringan sekalipun. Akhirnya sampai rumah tak jadi membawa nasi bungkus sesuai harapan. Cerita kedua ketika pak Iyun yang sedang dalam perjalanan ke rumah neneknya. Jika sudah masuk waktu sholat Ashar rencananya akan mampir di masjid Mustaqim, pikirannya berubah nanti saja di masjid Al-Huda, berikutnya berubah lagi nanti saja sekalian kalo sudah di rumah neneknya, repot banyak bawaan dan pakaian kotor pikirnya. Singkat cerita, ketika adzan Magrib ternyata masih di perjalanan dengan kondisi harus mendorong motor – karena ban depan bocor. Sudah berjalan 3 km belum mendapat tukang tambal ban - karena di wilayah pegunungan yang jauh dari pemukiman, dan akhirnya sholat Ashar tidak tertunaikan hingga di penghujung waktu. Kiranya pemikiran ini pula yang terjadi ketika seorang gadis yang cantik, pintar dan terpelajar serta berasal keluarga berada, namun belum juga menikah hingga usia kepala lima. Mungkin karena banyaknya pilihan yang tersedia, ditambah keyakinan bisa mendapatkan yang terbaik, dan anggapan waktu masih panjang. Inilah beberapa realita, yang berikutnya akan kita ambil uraian hikmahnya.
Sebelum masuk ke substansi pokok, mari sejenak kita cermati beberapa realita yang terjadi akhir-akhir ini. Sekitar sebulan ini terjadi beberapa peristiwa yang menjadi headline berita, menghiasi layar kaca (televisi) dan surat kabar. Setidaknya ada tiga hal dengan bidang yang berbeda yang membuat berbeda pula sudut pandang dan penanganannya. Pertama, sidang Jessica yang sudah sebulan lebih makin hari bukan makin fokus, sebaliknya makin kabur, makin tak jelas vonis akhirnya dan baru kemarin dibacakan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) untuk kemudian akan dibacakan pembelaan terdakwa (pledoi) pada hari Rabu minggu depan. Kedua, kasus yang menimpa motivator kondang Mario Teguh yang dipojokkan oleh seorang anak yang berusia 31 tahun yang mengaku sebagai anaknya kandungnya dan selama ini telah ditelantarkan oleh bapaknya. Ketiga, Dasrul seorang guru SMAN 2 Makassar yang dihajar hingga berdarah-darah oleh wali murid, hanya karena pengaduan murid yang tidak terima dengan perlakuan fisik guru kepadanya. Kejadian guru Dasrul ini mungkin bisa mewakili beberapa kasus antara guru, siswa dan wali murid yang banyak terjadi di tanah air.
Satu hal yang perlu kita ingat dan kita pegang kuat-kuat, siapapun dan bagaimanapun adanya kita - kita tetap hanya penonton, hanya pengamat dan bukan ahli ataupun saksi. Kebenaran dari ketiga kasus di atas bukanlah area kewenangan kita, baik untuk menilai, mengkritisi apalagi men-justifikasi. Untuk kasus kopi Vietnam, secara fakta awal dari hasil penyidikan di TKP telah mengarah sebagai tersangka, namun tidak menutup kemungkinan jika Jessica yang dari keluarga kaya raya dengan menyewa pengacara mahal dengan berbagai dalih dan alibi serta penguatan ahli yang bisa mengaburkan delik - bisa membuat dirinya terbebas dari segala tuntutan. Demikian pula dengan Mario Teguh yang kata-kata motivasinya sangat inspiratif, kita tidak tahu secara pasti, kita juga tidak punya kapasitas dan kewenangan untuk memastikan apakah Ario Kiswinar ini benar anak biologisnya, atau anak yang hanya mencari sensasi karena memang secara administrasi ia benar anaknya karena dikuatkan dengan akta kelahiran, akta nikah dan kartu keluarga. Pun dengan Dasrul sang guru yang harus tersakiti jasmani dan rohani karena perlakuan wali murid yang mau menang sendiri. Kebaikan Dasrul dan guru-guru lain yang tersangkut kasus yang sejenis seakan hilang, sirna dan tergantikan dengan predikat buruk yang mencoreng nama baiknya.
Dalam menanggapi masalah yang terjadi, seringnya kita mudah terbawa arus dan mengambil “buih” sebagai pegangan. Buih, itulah yang banyak menjadi bahan paling mudah menjustifikasi tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya hal seperti ini terjadi tanpa sadar dan sering dilakukan, bukan karena suka, namun karena mudah. Banyak orang lebih suka mencari dan melakukan hal yang mudah dan menjauhi hal dianggap sulit. Menilai, menyalahkan dan mengkritik orang lain itu sangat mudah, sebaliknya introspeksi dan memperbaiki diri jauh lebih sulit, makanya jarang dilakukan. Membajak karya orang juga jauh lebih mudah dari membuat sendiri yang tentunya butuh pemikiran dan alur logika yang "Njlimet", waktu yang panjang dan tenaga yang tak terukur berapa jumlahnya. Hal yang sangat mudah lainnya adalah "menunda", yang akan menjadi bahasan kali ini. Sangat mudah untuk mengatakan sebentar, nanti saja, besok saja dan banyak kata lain yang semakna untuk menunda. Tulisan Oase -8 dengan tema “menulis ceritera tentang diri” menjadi tulisan seri Oase yang paling banyak dibaca - lebih dari 350 kali. Oase -9 kali ini mengangkat tema “Jangan menunda - jangan menunggu yang sempurna”, semoga bermanfaat.
Kembali ke tiga headline, ada tiga area yang berbeda yang kemudian mempengaruhi stigma (pandangan) masyarakat. Jessica yang dari kalangan keluarga kaya yang berusaha bebas dengan bantuan pengacara handal membuat masyarakat acuh, jenuh dan tidak tertatik bahkan cenderung pesimis dengan vonis akhir peradilan ini. Adapun untuk Mario Teguh yang seorang publik figur, pakar motivasi paling hebat dan dikagumi, menyebabkan pecah dan tercerai berainya para fans yang merasa kecewa, yang sebenarnya belum jelas kejadian sebenarnya. Kekecewaan itu muncul secara frontal yang berbentuk bully dan hujatan keji atas segala kebaikan dan isi motivasi yang telah dijadikan rujukan dan isnpirasi selama +- 9 tahun ini. Berbeda lagi Dasrul yang seorang guru, banyak pihak yang merasa peduli, merasa simpati, selanjutnya mengumpat dan menghujat pelaku penganiayaan guru. Kok ada orang yang tega dan bisa berbuat keji pada guru, figur penuh kharisma, guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Inilah yang kemudian perlu kita cermati, mengapa sosok yang seharusnya dihormati karena kemuliaannya, namun dengan mudahnya seorang wali murid menganiaya dan menghakimi dengan tangan besi.
Singkatnya, inilah yang namanya musibah, yang bisa terjadi dan menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Tidak hanya sosok pengusaha kaya raya semacam Jessica, atau publik figur motivator yang banyak dikagumi kehebatannya, atau guru yang kharismatik dan dihormati, bahkan pejabat publik, aparat, tokoh masyarakat hingga rakyat biasa. Alibi bisa disusun rapi, alasan dibuat meyakinkan dan pembelaan diri bisa didramatisir oleh pengacara ahli, namun itu semua tidak lebih baik dari pada kepasrahan, tawakal dan introspeksi diri sendiri. Kesadaran bahwa musibah yang terjadi adalah “ayat” dari Tuhan, yang bisa dimaknai sebagai peringatan, sebagai pelajaran, atau sebagai bencana untuk menggugah kesadaran. Selayaknya pepeatah “ada api ada asap”, maka musibah yang terjadi bukan tanpa sebab, tanpa tujuan dan tanpa ijin dari Alloh penguasa segala kehidupan alam semesta ini.
Inilah episode dan sekuel kehidupan manusia - termasuk guru, roda kehidupan bergulir tiada henti, dimana martabat dan kemuliaan bisa dengan mudah terkoyak karena terlena dan terbuai oleh rayuan kenikmatan, hasrat akan kekayaan dan balutan kenyamanan jabatan. Dari cerita Pak Tri, Pak Iyun dan beberapa peristiwa headline di atas dapat kami tarik benang merah - sebagai refleksi yang kami himpun menjadi beberapa point sebagai berikut:
Sebagai penutup kami tuliskan penggalan syair lagu karya Ebiet G. Age "Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu, entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung, hanya atas kasih-Nya, hanya atas kehendak-Nya kita masih bertemu matahari". Selagi masih ada waktu, mari lakukan yang terbaik, jangan menunda dan jangan menunggu yang sempurna karena tiada kesempurnaan dalam hidup ini selain Alloh Yang Maha Sempurna. Kuasa kita adalah berusaha untuk melakukan yang terbaik. "Nothing is perfect", tiada yang sempurna selagi masih bernama manusia. Selalu bersyukur dan selalu optimis menapaki hari demi hari dalam pengabdian ini. Demikian coretan Oase -9 kali ini, semoga bermanfaat, selamat bekerja semoga sukses. <59060>
Sebelum masuk ke substansi pokok, mari sejenak kita cermati beberapa realita yang terjadi akhir-akhir ini. Sekitar sebulan ini terjadi beberapa peristiwa yang menjadi headline berita, menghiasi layar kaca (televisi) dan surat kabar. Setidaknya ada tiga hal dengan bidang yang berbeda yang membuat berbeda pula sudut pandang dan penanganannya. Pertama, sidang Jessica yang sudah sebulan lebih makin hari bukan makin fokus, sebaliknya makin kabur, makin tak jelas vonis akhirnya dan baru kemarin dibacakan tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) untuk kemudian akan dibacakan pembelaan terdakwa (pledoi) pada hari Rabu minggu depan. Kedua, kasus yang menimpa motivator kondang Mario Teguh yang dipojokkan oleh seorang anak yang berusia 31 tahun yang mengaku sebagai anaknya kandungnya dan selama ini telah ditelantarkan oleh bapaknya. Ketiga, Dasrul seorang guru SMAN 2 Makassar yang dihajar hingga berdarah-darah oleh wali murid, hanya karena pengaduan murid yang tidak terima dengan perlakuan fisik guru kepadanya. Kejadian guru Dasrul ini mungkin bisa mewakili beberapa kasus antara guru, siswa dan wali murid yang banyak terjadi di tanah air.
Satu hal yang perlu kita ingat dan kita pegang kuat-kuat, siapapun dan bagaimanapun adanya kita - kita tetap hanya penonton, hanya pengamat dan bukan ahli ataupun saksi. Kebenaran dari ketiga kasus di atas bukanlah area kewenangan kita, baik untuk menilai, mengkritisi apalagi men-justifikasi. Untuk kasus kopi Vietnam, secara fakta awal dari hasil penyidikan di TKP telah mengarah sebagai tersangka, namun tidak menutup kemungkinan jika Jessica yang dari keluarga kaya raya dengan menyewa pengacara mahal dengan berbagai dalih dan alibi serta penguatan ahli yang bisa mengaburkan delik - bisa membuat dirinya terbebas dari segala tuntutan. Demikian pula dengan Mario Teguh yang kata-kata motivasinya sangat inspiratif, kita tidak tahu secara pasti, kita juga tidak punya kapasitas dan kewenangan untuk memastikan apakah Ario Kiswinar ini benar anak biologisnya, atau anak yang hanya mencari sensasi karena memang secara administrasi ia benar anaknya karena dikuatkan dengan akta kelahiran, akta nikah dan kartu keluarga. Pun dengan Dasrul sang guru yang harus tersakiti jasmani dan rohani karena perlakuan wali murid yang mau menang sendiri. Kebaikan Dasrul dan guru-guru lain yang tersangkut kasus yang sejenis seakan hilang, sirna dan tergantikan dengan predikat buruk yang mencoreng nama baiknya.
Dalam menanggapi masalah yang terjadi, seringnya kita mudah terbawa arus dan mengambil “buih” sebagai pegangan. Buih, itulah yang banyak menjadi bahan paling mudah menjustifikasi tanpa melihat apa yang sebenarnya terjadi. Biasanya hal seperti ini terjadi tanpa sadar dan sering dilakukan, bukan karena suka, namun karena mudah. Banyak orang lebih suka mencari dan melakukan hal yang mudah dan menjauhi hal dianggap sulit. Menilai, menyalahkan dan mengkritik orang lain itu sangat mudah, sebaliknya introspeksi dan memperbaiki diri jauh lebih sulit, makanya jarang dilakukan. Membajak karya orang juga jauh lebih mudah dari membuat sendiri yang tentunya butuh pemikiran dan alur logika yang "Njlimet", waktu yang panjang dan tenaga yang tak terukur berapa jumlahnya. Hal yang sangat mudah lainnya adalah "menunda", yang akan menjadi bahasan kali ini. Sangat mudah untuk mengatakan sebentar, nanti saja, besok saja dan banyak kata lain yang semakna untuk menunda. Tulisan Oase -8 dengan tema “menulis ceritera tentang diri” menjadi tulisan seri Oase yang paling banyak dibaca - lebih dari 350 kali. Oase -9 kali ini mengangkat tema “Jangan menunda - jangan menunggu yang sempurna”, semoga bermanfaat.
Kembali ke tiga headline, ada tiga area yang berbeda yang kemudian mempengaruhi stigma (pandangan) masyarakat. Jessica yang dari kalangan keluarga kaya yang berusaha bebas dengan bantuan pengacara handal membuat masyarakat acuh, jenuh dan tidak tertatik bahkan cenderung pesimis dengan vonis akhir peradilan ini. Adapun untuk Mario Teguh yang seorang publik figur, pakar motivasi paling hebat dan dikagumi, menyebabkan pecah dan tercerai berainya para fans yang merasa kecewa, yang sebenarnya belum jelas kejadian sebenarnya. Kekecewaan itu muncul secara frontal yang berbentuk bully dan hujatan keji atas segala kebaikan dan isi motivasi yang telah dijadikan rujukan dan isnpirasi selama +- 9 tahun ini. Berbeda lagi Dasrul yang seorang guru, banyak pihak yang merasa peduli, merasa simpati, selanjutnya mengumpat dan menghujat pelaku penganiayaan guru. Kok ada orang yang tega dan bisa berbuat keji pada guru, figur penuh kharisma, guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Inilah yang kemudian perlu kita cermati, mengapa sosok yang seharusnya dihormati karena kemuliaannya, namun dengan mudahnya seorang wali murid menganiaya dan menghakimi dengan tangan besi.
Singkatnya, inilah yang namanya musibah, yang bisa terjadi dan menimpa siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Tidak hanya sosok pengusaha kaya raya semacam Jessica, atau publik figur motivator yang banyak dikagumi kehebatannya, atau guru yang kharismatik dan dihormati, bahkan pejabat publik, aparat, tokoh masyarakat hingga rakyat biasa. Alibi bisa disusun rapi, alasan dibuat meyakinkan dan pembelaan diri bisa didramatisir oleh pengacara ahli, namun itu semua tidak lebih baik dari pada kepasrahan, tawakal dan introspeksi diri sendiri. Kesadaran bahwa musibah yang terjadi adalah “ayat” dari Tuhan, yang bisa dimaknai sebagai peringatan, sebagai pelajaran, atau sebagai bencana untuk menggugah kesadaran. Selayaknya pepeatah “ada api ada asap”, maka musibah yang terjadi bukan tanpa sebab, tanpa tujuan dan tanpa ijin dari Alloh penguasa segala kehidupan alam semesta ini.
Inilah episode dan sekuel kehidupan manusia - termasuk guru, roda kehidupan bergulir tiada henti, dimana martabat dan kemuliaan bisa dengan mudah terkoyak karena terlena dan terbuai oleh rayuan kenikmatan, hasrat akan kekayaan dan balutan kenyamanan jabatan. Dari cerita Pak Tri, Pak Iyun dan beberapa peristiwa headline di atas dapat kami tarik benang merah - sebagai refleksi yang kami himpun menjadi beberapa point sebagai berikut:
- Tak seorang pun yang tidak memiliki masalah, setiap kita memiliki masalah yang berbeda kadar besar kecilnya. Masalah adalah sebagian dari kehidupan dan pasti diberikan sesuai dengan kelas dan bidangnya. Masalah kecil yang tidak diatasi sejak dini bisa berubah menjadi masalah besar dan jika kadarnya besar dan terus bertumpuk dan akhirnya akan menjadi musibah yang tidak hanya berdampak pada diri sendiri, namun merembet, menjalar dan berkembang menjadi masalah yang tidak dapat terselesaikan dengan cara sederhana.
- Jika masalah menimpa, terkadang kita merasa sendiri, banyak orang menjauhi bahkan seakan mencemooh kita, padahal tidak demikian adanya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itu hanyalah perasaan kita pada kondisi yang sangat terpukul. Jika kemudian yang terjadi tidak sesuai harapan dan tidak seindah impian, maka yakin saja bahwa ini adalah yang terbaik untuk kita, karena kita tidak pernah tahu skenario yang telah ditetapkan-Nya. Maka yang terbaik adalah bersandar kepada pencipta semesta ini dengan segenap kepasrahan, tawakal dan menerima setiap kejadian dengan keyakinan bahwa ini adalah peringatan, teguran atau jeweran dari Alloh untuk segera menyadari kesalahan, segera berbenah memperbaiki diri.
- Penyebab utama terjadinya masalah / musibah adalah kelalaian. Kelalaian bisa terjadi secara sadar atau tanpa sengaja, bisa juga karena penyalah-gunaan wewenang atau lepas kendali karena emosi, bisa juga dorongan nafsu atau himpitan keadaan yang tidak teratasi. Di sinilah kita harus mengaca diri, mawas diri dan selalu berhati-hati agar tidak lalai dan terjebak dalam tirani diri sendiri. Belajar dan terus berusaha memperbaiki karakter, sikap dan perilaku, agar tidak menjadi watak yang sulit berubah seperti pepatah jawa "Ciri wanci lelai ginowo mati" - yang berarti watak buruk tidak akan berubah sampai mati, Naudzubillahi min dzalik.
- Kesadaran sering “datang terlambat”, baru tersadar setelah sekian juta kilometer perjalanan, baru tersadar setelah sekian ribu hari dilalui, baru tersadar setelah sisa waktu pengabdian semakin menipis. Menunda, itulah sumber bencana yang nyata, karena begitu mudahnya mengulur waktu, begitu ringannya mengatakan besok dan begitu asyiknya menikamti berbagai kemudahan dan melupakan bahwa kita semua sedang mengalami ujian, menjalani penilaian dan menulis catatan tentang diri yang cepat atau lambat pasti akan dimintai pertanggung-jawaban.
- Ternyata, siapapun diri kita, sebaik apapun kualitas kita - kita tidak bisa memastikan bisa melakukan sesuatu yang terbaik pada tempat terbaik dan waktu terbaik. Tidak ada cara instan untuk menjadi baik apalagi menjadi terbaik. Untuk sebuah kebaikan, untuk suatu keutamaan maka lakukan segera di saat kesempatan pertama datang, jangan tunda dan menunggu kesempatan kedua atau ketiga, karena kita tidak bisa memastikan mendapat kebaikan yang sama pada kesempatan berikutnya.
Sebagai penutup kami tuliskan penggalan syair lagu karya Ebiet G. Age "Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu, entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung, hanya atas kasih-Nya, hanya atas kehendak-Nya kita masih bertemu matahari". Selagi masih ada waktu, mari lakukan yang terbaik, jangan menunda dan jangan menunggu yang sempurna karena tiada kesempurnaan dalam hidup ini selain Alloh Yang Maha Sempurna. Kuasa kita adalah berusaha untuk melakukan yang terbaik. "Nothing is perfect", tiada yang sempurna selagi masih bernama manusia. Selalu bersyukur dan selalu optimis menapaki hari demi hari dalam pengabdian ini. Demikian coretan Oase -9 kali ini, semoga bermanfaat, selamat bekerja semoga sukses. <59060>
Senin, 26 September 2016
Lonceng Cinta TIK - Download Perangkat B-TIK
Mungkin agak terlihat lucu jika tulisan tentang Materi Bimbingan TIK harus diawali dengan pengantar berupa ulasan tentang salah satu serial drama India. Namun ada sesuatu yang menarik yang perlu kami tuliskan dan kemudian dihubungkan dengan gejolak yang terjadi dalam sinetron drama TIK beberapa tahun ini. Beberapa pekan ini ibu-ibu dan kaum hawa sedang asyik masyuk menikmati sajian drama India di stasiun ANTV yang berjudul "Lonceng Cinta" (judul aslinya Kumkum Bhagya) dengan sentral pada dua keluarga besar yang berbeda latar belakang dan kondisinya. Di satu sisi muncul keluarga biasa hadir Pragya dan Bulbul, dua sosok gadis yang dibesarkan ibunya tanpa ayah. Di sisi yang lain hadir Abhi dan Aaliya dari keluarga kaya raya. Pragya adalah peran seorang dosen yang menggambarkan sosok gadis yang dewasa, tegas, namun mudah empati dan mengalah, namun tetap gigih berjuang menuju kebenaran dan cinta. Sebaliknya sosok Bulbul adalah sosok remaja yang masih sangat idealis, namun perjuangan cintanya harus berulang kali kalah oleh kondisi yang tidak bersahabat. Mereka berdua berani membuang ego, menepis bara api cinta dan
berkorban untuk untuk ibu dan keluarganya, dan ini adalah bentuk perjuangan dan
pengorbanan yang sangat besar. Point utama dari peran keduanya, baik Pragya maupun Bulbul adalah sosok yang sangat
cinta kepada keluarganya, yang rela berkorban diri untuk kebahagiaan
orang lain. Hingga saat ini sampai pada episode 23, untuk cerita selengkapnya bisa dilihat sendiri di ANTV, atau bisa membaca sinopsisnya di internet atau juga melihat tayang lama, baru atau tayang forwardnya di youtube.
Keberadaan mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013 demikian juga adanya, tidak perlu ditutup-tutupi lagi bahwa saat ini terpecah menjadi dua kubu. Di satu sisi telah lahir Bimbingan TIK yang merupakan implementasi dari Permendikbud 68/2014 dan 45/2015 yang memberi payung legal formal tentang peran guru TIK dalam kurikulum 2013, namun di sisi yang lain banyak tuntutan dari guru TIK sendiri yang sangat menginginkan TIK kembali menjadi mata pelajaran. Jika dilihat dari peranan dan eksistensinya, maka keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan sangat dibutuhkan. Namun jika dilihat dari kemanfaatan langsung guru TIK bagi murid, maka TIK sebagai mata pelajaran adalah lebih bermakna, lebih terasa dan lebih berdaya guna - terutama di sekolah yang siswanya masih jauh dari kata modern. Sementara jika dilihat dari sisi peranan secara hukum, maka TIK sebagai bimbingan adalah satu-satunya yang paling layak, paling legal dan paling mungkin, karena telah singkron dengat aplikasi Dapodik sebagai dasar pendataan guru sebagai tenaga pendidik. Namun tentu saja kita tidak bisa memilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Kedua-duanya ada kelebihan dan kekurangan, terutama jika ditinjau dari sudut yang berbeda. Oleh karena itu yang terbaik adalah tidak memihak yang satu dan memusuhi yang lain, hanya saja kita harus realistis dan berpijak pada kondisi nyata yang sedang terjadi.
Munculnya Bimbingan TIK adalah langkah awal dan realistis yang harus disikapi dengan penuh LEGOWO dan tetap RENDAH HATI, bahwa inilah yang bisa dilakukan insan TIK saat ini. Nyatanya baru seperti ini yang bisa dilakukan kemdikbud, bahwa lahirnya permen 45/2015, walau belum bisa memuaskan semua pihak. Legowo bukan berarti menerima dan pasrah begitu saja. TIK tidak lahir begitu saja, lahir berdasar kajian akademis dengan tujuan mulia, maka tentu saja tidak rela jika kemudian dihapus dan dibuang begitu saja. Maka bisa dimengerti jika Om Jay, Aki 3 dan kawan-kawan di kogtik memperjuangkan TIK kembali pada khitohnya. Rendah hati dan tetap solid jika kemudian para pengurus dan anggota MGMP TIK yang terpaksa harus mengadopsi B-TIK karena tuntutan tugas dan kewajiban sesuai kurikulum yang berlaku, karena kita tetap harus menjalankan tugas dalam kondisi apapun, dalam waktu yang bersamaan tetap harus memberi apresiasi, dukungan dan doa kepada pihak lain yang tengah berjuang dan terus berjuang mengembalikan TIK agar masuk ke dalam struktur kurikulum sebagai mata pelajaran. Tujuan utama adalah eksistensi TIK dan kemanfaatan bagi pendidikan, maka jangan sampai masalah yang ada justru menjadi pandangan negatif dari semua pihak - khususnya pemerintah - yang pada akhirnya akan menghambat tujuan mulia pendidikan berbasis TIK sebagai langkah menuju generasi emas di tahun 2045. Inilah yang mungkin mewakili sosok "Pragya" yang menerima menikah dengan orang yang tidak dicintai (pada awalnya), namun seiring proses akan menemukan jalan terbaik untuk tetap berbakti dan membangun jati diri.
Sementara di pihak lain yang memperjuangkan TIK untuk kembali sebagai mata pelajaran adalah semangat muda yang energik, selayaknya sosok Bulbul yang cantik, energik, supel dan penuh gairah. Sosok seperti ini memang harus ada untuk mengawal, mengawasi dan memberikan "Balance" agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses pendidikan. Inilah yang dilakukan oleh Om Jay (Wijaya Kusumah - SMP Labschool Jakarta) dan Aki 3 (Tri Budi Harjo - SMPN 22 Surakarta) beserta kawan-kawan di kogtik. Jika tidak ada sosok yang berani, tegas dan berani memperjuangkan kebenaran maka bisa jadi TIK akan benar-benar hilang dari peradaban pendidikan menengah di negara kita, hanya karena asumsi dan pandangan beberapa orang yang menganggap TIK sudah usang dan tidak diperlukan lagi. Pada dasarnya kemdikbud tetap butuh masukan, kritik dan saran dalam proses pengambilan keputusan, jika tidak ada masukan maka dianggap sudah baik, sempurna dan tidak masalah. Pola seperti ini sama dengan kepolisian, tidak akan ada pengusutan atau penindakan bila tidak ada pengaduan. Maka sebagai insan pendidikan - siapapun kita dan apapun posisi kita - mari kita bersuara, mari kita urun rembug, untuk mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak negeri. Kita adalah guru bangsa, seberapapun kecilnya diri kita jika kita tulus dan berjuang dengan sepenuh hati maka peran kita akan sangat bermakna dan berharga bagi pendidikan bangsa ini.
Lonceng Cinta TIK telah ditabuh, mari kita sambut perjuangan untuk kembali menghidupkan pelajaran TIK, kami mengajak teman-teman guru TIK di kabupaten Wonosobo (khususnya) dan seluruh nusantara (umumnya), mari kita galakkan kembali MGMP TIK di tiap kabupaten/kota, mari kita tunjukkan bahwa TIK benar-benar organisasi solid dan aktif dengan membuat inovasi-iinovasi bagi pendidikan dan bisa memberi warna baru yang bermanfaat bagi pendidikan. Di sisi lain mari kita isi pendidikan TIK dengan sesuatu yang bermanfaat bagi siswa, karena mereka benar-benar membutuhkan kita untuk menuntun mereka dalam belajar teknologi khususnya di bidang IT. Bagi yang masih menggunakan KTSP silahkan dilanjutkan dengan yang telah ada, adapun yang menggunakan K-13 dan menghendaki materi yang sesuai dengan payung hukum yang legal - Permendikbud 45/2015, silahkan download contoh beberapa perangkat Bimbingan TIK berikut, yang kami peroleh atas kiriman dari Bpk Purwanto Hadi (nara sumber nasional B-TIK).
Keberadaan mata pelajaran TIK dalam kurikulum 2013 demikian juga adanya, tidak perlu ditutup-tutupi lagi bahwa saat ini terpecah menjadi dua kubu. Di satu sisi telah lahir Bimbingan TIK yang merupakan implementasi dari Permendikbud 68/2014 dan 45/2015 yang memberi payung legal formal tentang peran guru TIK dalam kurikulum 2013, namun di sisi yang lain banyak tuntutan dari guru TIK sendiri yang sangat menginginkan TIK kembali menjadi mata pelajaran. Jika dilihat dari peranan dan eksistensinya, maka keduanya sama-sama memiliki peran yang penting dan sangat dibutuhkan. Namun jika dilihat dari kemanfaatan langsung guru TIK bagi murid, maka TIK sebagai mata pelajaran adalah lebih bermakna, lebih terasa dan lebih berdaya guna - terutama di sekolah yang siswanya masih jauh dari kata modern. Sementara jika dilihat dari sisi peranan secara hukum, maka TIK sebagai bimbingan adalah satu-satunya yang paling layak, paling legal dan paling mungkin, karena telah singkron dengat aplikasi Dapodik sebagai dasar pendataan guru sebagai tenaga pendidik. Namun tentu saja kita tidak bisa memilih salah satu dan mengabaikan yang lain. Kedua-duanya ada kelebihan dan kekurangan, terutama jika ditinjau dari sudut yang berbeda. Oleh karena itu yang terbaik adalah tidak memihak yang satu dan memusuhi yang lain, hanya saja kita harus realistis dan berpijak pada kondisi nyata yang sedang terjadi.
Munculnya Bimbingan TIK adalah langkah awal dan realistis yang harus disikapi dengan penuh LEGOWO dan tetap RENDAH HATI, bahwa inilah yang bisa dilakukan insan TIK saat ini. Nyatanya baru seperti ini yang bisa dilakukan kemdikbud, bahwa lahirnya permen 45/2015, walau belum bisa memuaskan semua pihak. Legowo bukan berarti menerima dan pasrah begitu saja. TIK tidak lahir begitu saja, lahir berdasar kajian akademis dengan tujuan mulia, maka tentu saja tidak rela jika kemudian dihapus dan dibuang begitu saja. Maka bisa dimengerti jika Om Jay, Aki 3 dan kawan-kawan di kogtik memperjuangkan TIK kembali pada khitohnya. Rendah hati dan tetap solid jika kemudian para pengurus dan anggota MGMP TIK yang terpaksa harus mengadopsi B-TIK karena tuntutan tugas dan kewajiban sesuai kurikulum yang berlaku, karena kita tetap harus menjalankan tugas dalam kondisi apapun, dalam waktu yang bersamaan tetap harus memberi apresiasi, dukungan dan doa kepada pihak lain yang tengah berjuang dan terus berjuang mengembalikan TIK agar masuk ke dalam struktur kurikulum sebagai mata pelajaran. Tujuan utama adalah eksistensi TIK dan kemanfaatan bagi pendidikan, maka jangan sampai masalah yang ada justru menjadi pandangan negatif dari semua pihak - khususnya pemerintah - yang pada akhirnya akan menghambat tujuan mulia pendidikan berbasis TIK sebagai langkah menuju generasi emas di tahun 2045. Inilah yang mungkin mewakili sosok "Pragya" yang menerima menikah dengan orang yang tidak dicintai (pada awalnya), namun seiring proses akan menemukan jalan terbaik untuk tetap berbakti dan membangun jati diri.
Sementara di pihak lain yang memperjuangkan TIK untuk kembali sebagai mata pelajaran adalah semangat muda yang energik, selayaknya sosok Bulbul yang cantik, energik, supel dan penuh gairah. Sosok seperti ini memang harus ada untuk mengawal, mengawasi dan memberikan "Balance" agar tidak terjadi penyimpangan dalam proses pendidikan. Inilah yang dilakukan oleh Om Jay (Wijaya Kusumah - SMP Labschool Jakarta) dan Aki 3 (Tri Budi Harjo - SMPN 22 Surakarta) beserta kawan-kawan di kogtik. Jika tidak ada sosok yang berani, tegas dan berani memperjuangkan kebenaran maka bisa jadi TIK akan benar-benar hilang dari peradaban pendidikan menengah di negara kita, hanya karena asumsi dan pandangan beberapa orang yang menganggap TIK sudah usang dan tidak diperlukan lagi. Pada dasarnya kemdikbud tetap butuh masukan, kritik dan saran dalam proses pengambilan keputusan, jika tidak ada masukan maka dianggap sudah baik, sempurna dan tidak masalah. Pola seperti ini sama dengan kepolisian, tidak akan ada pengusutan atau penindakan bila tidak ada pengaduan. Maka sebagai insan pendidikan - siapapun kita dan apapun posisi kita - mari kita bersuara, mari kita urun rembug, untuk mewujudkan pendidikan terbaik bagi anak negeri. Kita adalah guru bangsa, seberapapun kecilnya diri kita jika kita tulus dan berjuang dengan sepenuh hati maka peran kita akan sangat bermakna dan berharga bagi pendidikan bangsa ini.
Lonceng Cinta TIK telah ditabuh, mari kita sambut perjuangan untuk kembali menghidupkan pelajaran TIK, kami mengajak teman-teman guru TIK di kabupaten Wonosobo (khususnya) dan seluruh nusantara (umumnya), mari kita galakkan kembali MGMP TIK di tiap kabupaten/kota, mari kita tunjukkan bahwa TIK benar-benar organisasi solid dan aktif dengan membuat inovasi-iinovasi bagi pendidikan dan bisa memberi warna baru yang bermanfaat bagi pendidikan. Di sisi lain mari kita isi pendidikan TIK dengan sesuatu yang bermanfaat bagi siswa, karena mereka benar-benar membutuhkan kita untuk menuntun mereka dalam belajar teknologi khususnya di bidang IT. Bagi yang masih menggunakan KTSP silahkan dilanjutkan dengan yang telah ada, adapun yang menggunakan K-13 dan menghendaki materi yang sesuai dengan payung hukum yang legal - Permendikbud 45/2015, silahkan download contoh beberapa perangkat Bimbingan TIK berikut, yang kami peroleh atas kiriman dari Bpk Purwanto Hadi (nara sumber nasional B-TIK).
Download Contoh Perangkat B-TIK
Demikian uraian yang kami sampaikan, bahwa kami SMPN 2 Kepil memang
melaksanakan pola Bimbingan TIK dalam setahun berlalu, namun dengan
segala keterbatasan dan ala kadarnya. Kekurangan / kelemahan yang paling
terasa adalah minimnya jam tatap muka yang menyebabkan tidak
tercapainya kompetensi yang seharusnya, menjadikan siswa semakin jauh
tertinggal dalam hal penguasaan teknologi informasi. Sebenarnya berat hati kami menuliskan artikel download perangkat ini, namun karena amanah yang diberikan kepada kami untuk memberikan sedikit gambaran tentang B-TIK dengan segala keterbatasan kami buat tulisan ini. Akhir kata - dengan segala
kerendahan hati kami MOHON MAAF bila yang kami sampaikan ini keliru,
salah dan tidak berkenan bagi para senior, master dan suhu di bidang IT,
baik sebagai pejuang TIK atau yang tergabung sebagai kepanjangan tangan
dari kemdikbud. Satu harapan semoga semua bermanfaat dan tetap berdoa
semoga pada tahun mendatang TIK benar-benar akan ditempatkan sesuai
posisi, fungsi dan urgensinya tanpa ada pihak yang dirugikan dan merasa
dikesampingkan, insya-Alloh. <59801>
Rabu, 31 Agustus 2016
Inovasi -5 : Variasi Bentuk dan Karya dalam Pembelajaran
Pembaca web SMPN 2 Kepil, selamat datang dan bertemu kembali dengan
sajian tulisan seri inovasi yang dalam draft coretan kami terdiri dari
12 seri. Tulisan seri inovasi terakhir adalah seri -4, yang berfokus
pada perlunya sosialisasi terhadap konsep sebagai media kontrol dan
sarana koreksi sebelum di-implementasikan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari. Di sela-sela kesibukan kami terkait kesanggupan untuk
merampungkan aplikasi penilaian K-13 bagi beberapa sekolah lain, kami
sempatkan untuk menyelesaikan tulisan ini yang sempat tertahan sekitar 7
bulan lamanya, Alhamdulillah akhirnya Inovasi seri -5 dapat kami
tayangkan pada hari-hari terakhir bulan Agustus ini. Semoga sajian
berikut bisa menambah wawasan, membuka cakrawala pemikiran dan
syukur-syukur bisa menjadi inspirasi untuk membuat sesuatu yang baru dan
inovatif dalam pembelajaran, yang untuk edisi ini kami spesialkan untuk
rumpun bahasa. Bukan untuk membatasi, namun untuk memudahkan dan
menghemat pemaparan, maka untuk seri kali ini secara spesifik akan kami
fokuskan kepada guru rumpun bahasa, namun demikian tetap terbuka dan
bisa diadopsi untuk semua mata pelajaran. Kepada para guru senior dan
master di bidang studi rumpun bahasa, tulisan ini tidak bermaksud
mengkritisi apalagi menggurui, sama sekali tidak, kami hanya sebatas
berbagi apa yang ada dalam benak kami.
Untuk membuka tulisan ini, sejenak mari kita tengok realita di luar dunia pendidikan. Jika kita masuk ke dalam dunia bisnis otomotif, maka kita bisa melihat bahwa mereka selalu mengusung tema inovasi, teknologi, safety dan semua hal yang terbaru, karena hal inilah yang merupakan magnet kuat dalam pemasaran sebuah produk, khususnya otomotif. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang otomotif -utamanya mobil- faktor varian produk merupakan hal utama dan menjadi fokus penting dalam teknik marketing, yang sering dikenal dengan psikologi pasar. Karakteristik dan tipe konsumen yang bermacam-macam menjadi latar belakang dibuatnya produk mobil dengan berbagai varian (tipe), hal ini tidak lain untuk mengakomodir selera dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sebuah mobil. Sebagai contoh, di kelas premium untuk tipe SUV ada Toyota Fortuner seri 2.5 G, 2.7 G dan TRD, ada Mitsubishi Pajero dengan seri GLX, GLS, Exceed dan Dakar, sedangkan pada tipe MPV ada Kijang Innova dengan seri E, G dan V. Adapun untuk di kelas menengah untuk tipe MPV ada Daihatsu Xenia terbaru dengan seri D, M, X dan R di kelas tertinggi. Begitu juga pada Toyota Avanza dimulai seri E, G, S dan Velos pada kelas tertinggi. Senada dengan itu berbagai merek lain seperti Nissan, Suzuki, KIA dan Isuzu juga melakukan hal yang sama. Mereka membuat berbagai tipe varian di atas dibuat bukan sekedar gaya-gayaan semata, namun berdasarkan analisis dan psikologi pasar yang didasarkan pada animo, selera dan daya beli masyarakat yang kemudian menjadi segmentasi pasar.
Toyota Avanza dikenal sebagai mobil sejuta umat karena memang paling laris sepanjang sejarah penjualan mobil. Hal ini bukan terjadi dengan istilah "kebetulan", atau laris manis karena hasil jopa-japu dukun sakti dari lereng Sindoro, namun memang terobosan segmentasi pasar yang tepat. Secara umum konsumen mobil di Indonesia adalah kelas menengah, mereka menginginkan mobil yang muat banyak penumpang, nyaman harga terjangkau dan irit BBM (faktor utama). Makanya, begitu varian Avanza muncul langsung diserbu para konsumen, apalagi update model dengan facelite yang diperbaharui, jumlah konsumen semakin bertambah tiap tahunnya. Sejalan dengan itu keluar mobil yang sama persis yaitu Xenia dengan payung Daihatsu. Inilah hebatnya sang produsen - dalam hal ini Astra, yang berkolaborasi dengan Toyota dan Daihatsu. Terakhir diketahui bahwa Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia adalah mobil yang sama dengan merek yang berbeda, dibuat dengan beberapa seri yang berbeda dan tentunya harga yang berbeda-beda. Begitu juga pada tipe SUV diketahui bahwa Toyota Rush dan Daihatsu Terios adalah varian dari pabrikan yang sama- Astra Daihatsu Motor. Inilah teknik marketing yang hebat untuk bisa menjangkau segmen pasar (konsumen) yang berbeda-beda, namun tujuannya sama - Laku, Laris dan Untung.
Nah, selanjutnya kita kembali masuk ke pendidikan, ke sekolah, ke kelas dan ke siswa dalam pembelajaran. Siswa di dalam satu kelas sangat beragam, siswa di satu sekolah yang berjumlah ratusan tentu jauh lebih beragam. Berbagai macam karakter, tipe dan intelegensi yang berbeda yang disebabkan latar belakang orang tua mereka. Ada yang orang tuanya berpendidikan tinggi, tingkat ekonomi menengah ke atas. Ada yang pendidikan orang tuanya sedang dan tingkat ekonomi menengah.ke bawah. Namun ada juga yang pendidikan dan ekonominya rendah bahkan memprihatinkan. Dari berbagai latar belakang yang berbeda itu tentu akan berdampak berbeda pula pada tingkat pemahaman, tingkat daya tangkap dan tingkat antusias siswa terhadap pembelajaran. Bakat mereka beragam bentuknya, minat mereka tidak sama, tingkat intelegensi mereka juga berbeda-beda. Ada siswa yang hanya dengan sekali baca atau sekali dengar dia paham dan langsung mampu menguasai, ada juga yang masuk kategori menengah yang dengan 2 -3 kali pengulangan baru bisa paham, namun ada juga yang sudah berkali-kali pengulangan masih belum mengalami perubahan yang berarti. Di sinilah dibutuhkan kejelian dan kepekaan bagi seorang guru.
Menurut pandangan beberapa guru senior, pada dasarnya "mengajar" adalah pekerjaan mudah, dengan syarat apabila semua persiapan mengajar yang meliputi materi, teknik mengajar dan penguasaan kelas sudah dikuasai, apalagi bagi guru yang sudah berpengalaman. Di suatu tempat mungkin bisa terjadi dan muncul anggapan "guru bagaikan raja di ruang kelas", sehingga bisa berbuat apa saja". Semua siswa harus tunduk dan patuh dengan perintah guru, mau diisi kegiatan dan materi apasaja manut, mau dibuat seperti apa dan dibawa ke manaaja ngikut, kelas itu sangat tergantung pada kehendak guru. Namun apakah pola yang seperti ini cocok dan sejalan dengan tujuan pendidikan, bahwa pendidikan bukan untuk mendidik menjadi jiwa feodal, jiwa yang mengangkat juragan dan merendahkan pelayan, jiwa membuat dinding tebal bagi bangsawan dan rakyat jelata. Di sinilah dibutuhkan kebesaran hati guru sebagai seorang pendidik. Bagi guru yang jiwanya sudah terpanggil untuk mendidik maka menyampaikan ilmu pengetahuan adalah kebutuhan, membimbing siswa dengan budi pekerti adalah kewajiban yang menumbuhkan kemuliaan.
Namun memang kondisi di dalam kelas tidak selalu mulus sesuai harapan. Ada beberapa kesulitan yang sering muncul di dalam perjalanan. Di kelompok A berisi siswa yang pandai, penurut dan mudah diatur sehingga mengajar siswa yang seperti ini serasa damai dan menyenangkan. Di kelompok B adalah kumpulan siswa yang masuk kategori umum, biasa saja dengan kemampuan yang juga umum. Di kelompok C terdiri dari siswa yang cenderung diam, cenderung introvert serta menutup diri. Dan terakhir di kelompok D banyak diisi siswa yang ekstrovet yang mengalami hambatan belajar dan susah untuk dikendalikan. Di sisi lain guru juga berisi empat macam jenis pribadi yang mempunyai kadar psikologi yang sama dengan siswa. Oleh karena itu kecermatan dalam memahami serta kedewasaan dalam bersikap adalah kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran, pengajaran dan pengasuhan yang sesuai dengan psikologi dan karakter pendidikan. Pertanyaan besarnya "Bagaimana mengemas pembelajaran dengan kondisi siswa yang multi kondisi, multi intelegensi serta multi psikologi?"
Fokus Kompetensi Rumpun Bahasa
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara ringkas kompetensi yang diutamakan adalah kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam bahasa Inggris kompetensi yang diajarkan adalah reading, speaking dan writing yang harus diperkaya dengan kemampuan listening. Dalam bahasa Jawa materi juga tak jauh beda dengan bahasa Indonesia, namun pelafalan yang kadang tidak sama dengan tulisan yang ada dalam tulisan. Khusus untuk bahasa Inggris konteksnya lebih tinggi tingkat kesulitannya karena semuanya adalah berasal dari asing barik tulisan, ejaan hingga pelafalannya. Maka tiap sekolah, tiap kelas bahkan tiap siswa bisa berbeda dalam fokus pembelajaran agar bisa lebih optimal. Guru mata pelajaran tidak harus berfikir untuk bisa memaksakan diri untuk bisa optimal di segala aspeknya, seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk mapel bahasa ini sulit untuk bisa meraih nilai sempurna (100). Di sinilah dibutuhkan kejelian dan kecermatan guru untuk bisa mengambil kebijakan terkait pemilihan dan fokus kepada salah satu aspek yang kemungkinan (khans) bisa lebih dioptimalkan.
Beberapa guru berikut mungkin bisa menjadi contoh untuk bisa diambil sebagai contoh / model dalam pembelajaran dan bisa menginspirasi sehingga berani mengembangkan ide, berkreasi dan membuat inovasi dalam pembelajaran. Yang pertama, Ibu Saraa Suaib Hanafi, guru bahasa Inggris SMP Al-Azhar 9 Kemang Jakarta adalah salah satu guru yang kreasi dan inovasinya sukses dan diakui dunia dan membawanya menjadi pemenang dalam ajang international yang bertajuk Microsoft Global Education. Proyek kolaborasi "Peace Postcard", memacu siswa untuk membuat tulisan dengan bahasa Inggris berbentuk ajakan, seruan atau brosur yang berisi pesan "Kedamaian Dunia" dalam bentuk kartu pos. Aspek writing mencuat luar biasa melalui media ini. Inovasi kreatif Ibu Saara ini kemudian membuat dirinya diundang untuk tampil di Metro TV dalam acara Kick Andy, dengan tajuk Guru Hebat. Yang kedua, masih dalam bahasa Inggris ada Ibu Badriah dari SMAN 1 Cianjur, mengajak siswa untuk menulis dalam bentuk dialog jurnal tentang sesuatu yang simple, bebas dan tidak kaku. Awalnya para siswa membuat berbagai tulisan bahasa Inggris versi Cianjur, contohnya "I will write litle-litle in english for you, this is not good but i will try because english is difficult." Mereka membuat catatan komunikasi dialog jurnal dengan guru dengan gaya dan pola yang bebas, tanpa harus terkungkung dengan grammar dan tata bahasa. Dan ternyata dalam proses habituasi yang memakan waktu 8 bulan mereka mampu membuat tulisan ide, gagasan dan paparan dalam bahasa Inggris yang luar biasa. Dari dua contoh ini maka secara umum sekolah, dalam hal ini guru bahasa Inggris bisa mengoptimalkan siswa dalam bentuk karya writing atau speaking saja.
Nah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang nota bene bahasa ibu, bahasa harian dan bahasa bangsa dan bahasa kebanggaan tentu akan sangat terbuka lebar untuk memaksimalkan karya dan prestasi bagi siswa. Orientasi kepada penyampaian seluruh materi sesuai KD yang telah diatur adalah suatu keharusan. Namun demikian, dengan berbagai pertimbangan kita bisa memilih untuk lebih fokus pada sisi tertentu misalanya menggenjot siswa dalam bentuk karya tulis. Jika siswa sudah kenal dengan menulis, tahu dengan media untuk membuat tulisan, dan tahu tata cara menuangkan tulisan yang baik maka mereka bisa berbuat sesuatu yang luar biasa. Jangan heran jika kemudian kita mendapati di antara mereka yang ternyata punya gagasan, ide, inovasi, kreasi dan bakat yang luar biasa. Nah, di sinilah perlunya memberikan mereka pandangan, membukakan mereka jalan serta menuntun mereka di langkah awal mereka agar bisa belajar, berlatih dan berkarya melalui tulisan. Sebagai langkah awal mungkin dari karya yang paling sederhana, semisal pantun, puisi, cerpen hingga artikel.
Satu hal yang perlu dirubah dan perlu dibuat inovasi adalah "ending" atas karya mereka. Bagaimana karya hebat mereka bisa diketahui dan dinikmati banyak orang, bisa diapresiasi dan selanjutnya bisa didukung untuk lebih dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Karya hebat mereka selama ini hanya tersimpan dalam memori guru mapel, atau hanya tersimpan di atas meja guru, atau yang lebih parah adalah yang belum sempat dibaca, belum sempat dinilai sudah langsung masuk lemari atau berserakan di kumpulan tugas yang tertumpuk di lantai. Dan hal ini banyak terjadi di hampir setiap mata pelajaran. Ending tugas yang monoton dalam bentuk kertas inilah yang perlu di carikan model lain sebagai bentuk inovasi, semisal menggunakan media elektronik yang bersifat real time dan on-line. Berikut ini nama aplikasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran yaitu ; Moodle, Joomla Chamilo, Claro hingga Quiper Video adalah sebagian kecil dari ratusan aplikasi berbasis on-line. Namun nama-nama itu mungkin masih sangat asing baik dari segi nama maupun penggunaan dalam keseharian. Nah ada satu aplikasi yang paling mudah dan cukup familiar serta kompatibel bagi guru maupun siswa, yaitu WhatsApp. Dengan sedikit "dalil & dalih" maka bisa dipastikan sebagian besar siswa akan sanggup untuk memiliki HP Android yang bisa untuk aplikasi WhatsApp, kalaupun belum bisa semua, maka bisa 2-3 siswa bisa bergabung dengan 1 perangkat yang sama. Nah dengan membuat Grup dalam mapel inilah, bisa difungsikan sebagai wahana siswa dalam berkarya. Tentu saja untuk ini perlu pengawalan dan pembuatan AD/ART yang ketat agar aplikasi ini tidak berbelok arah dari tujuan sebenarnya, seperti yang kebanyakan terjadi di Grup WA saat ini.
Salah satu kelemahan yang biasa bersemayam pada diri kita sebagai guru adalah adanya sikap apriori kepada siswa, bahwa mereka kecil, mereka baru belajar sehingga belum bisa berbuat yang istimewa. Ini adalah sebuah kesalahan besar yang harus segera kita sadari. Bahwa kita harus lebih apresiatif terhadap siswa, karena pada dasarnya setiap mereka memiliki potensi dan bakat yang istmewa. Bukan tidak mungkin jika siswa bisa berkarya yang lebih hebat dari gurunya. Siswa menjadi juara Menyanyi, Cipta Lagu atau Solo Gitar, siswa yang menjadi juara Catur, Bulu Tangkis atau Karate, siswa menjadi juara IMO (Matematika), siswa menjadi juara Desain Grafis, siswa menjadi juara Pidato dan Karya Tulis Remaja, dan juara-juara lainnya sementara gurunya biasa-biasa saja dan belum pernah menjadi juara apapun. Kita sebagai guru bisa jadi hanya menang usia, sehingga belajar lebih dahulu, tahu lebih dahulu. Urusan mengumpan bola (toser) dan menyemes dalam Volly bisa jadi siswa lebih jago dari gurunya, urusan program Visual Basic bisa jadi siswanya lebih piawai dari gurunya, dan berbagai bidang studi lainnya. Bukan berarti merendahkah dan meremehkan siapapun, namun justru di sinilah kehebatan guru diuji, ditantang untuk bisa memilih model, memilih siswa dan memilih wahana untuk menunjukkan karya dengan menjadikan siswa berprestasi, karena konsepnya "siswa yang hebat hanya muncul dari guru yang hebat".
Masih banyak pilihan karya hebat dari rumpun bahasa ini, ada pidato, baca puisi, monolog, pidato bahasa Inggirs, debat bahasa Inggris, pidato bahasa Jawa, mocopat serta pembawa acara berbahasa Jawa. Semuanya baik dan terbuka untuk dikembangkan dan ditawarkan bagi siswa sebagai alternatif pembelajaran bagi mereka. Sebagai penutup uraian seri Inovasi ke-5 ini, berikut beberapa kesimpulan sederhana :
Sebelum kami akhiri, perkenankan kami mohon maaf kepada para guru yang serumpun, tulisan ini hanyalah opini dan motivasi, bukan dimaksudkan untuk mengajari apalagi menggurui. Terima kasih kami sampaikan kepada Bu Ruti Sumarni, M.Pd, Bu Siti Rukhoyah, S.Pd, Bu Yani Widayati, S.Pd, calon-M.Pd, Bu Sayekti Laras S., S.Pd, Bu Tika Fibri Dwiyanti, S.Pd, Bu Sri Hartati, S.Pd, Bpk Edi Wineto, S.Pd, dan Bpk Widodo, S.Pd - atas masukan dan paparan terkait rumpun bahasa. Semoga kami dapat segera menyusun tulisan seri Inovasi berikutnya untuk rumpun MIPA (sains). Akhir kata selamat berkarya, selamat berkreasi dan ber-inovasi, semoga sukses, Merdeka. <58986-650>
Untuk membuka tulisan ini, sejenak mari kita tengok realita di luar dunia pendidikan. Jika kita masuk ke dalam dunia bisnis otomotif, maka kita bisa melihat bahwa mereka selalu mengusung tema inovasi, teknologi, safety dan semua hal yang terbaru, karena hal inilah yang merupakan magnet kuat dalam pemasaran sebuah produk, khususnya otomotif. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang otomotif -utamanya mobil- faktor varian produk merupakan hal utama dan menjadi fokus penting dalam teknik marketing, yang sering dikenal dengan psikologi pasar. Karakteristik dan tipe konsumen yang bermacam-macam menjadi latar belakang dibuatnya produk mobil dengan berbagai varian (tipe), hal ini tidak lain untuk mengakomodir selera dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sebuah mobil. Sebagai contoh, di kelas premium untuk tipe SUV ada Toyota Fortuner seri 2.5 G, 2.7 G dan TRD, ada Mitsubishi Pajero dengan seri GLX, GLS, Exceed dan Dakar, sedangkan pada tipe MPV ada Kijang Innova dengan seri E, G dan V. Adapun untuk di kelas menengah untuk tipe MPV ada Daihatsu Xenia terbaru dengan seri D, M, X dan R di kelas tertinggi. Begitu juga pada Toyota Avanza dimulai seri E, G, S dan Velos pada kelas tertinggi. Senada dengan itu berbagai merek lain seperti Nissan, Suzuki, KIA dan Isuzu juga melakukan hal yang sama. Mereka membuat berbagai tipe varian di atas dibuat bukan sekedar gaya-gayaan semata, namun berdasarkan analisis dan psikologi pasar yang didasarkan pada animo, selera dan daya beli masyarakat yang kemudian menjadi segmentasi pasar.
Toyota Avanza dikenal sebagai mobil sejuta umat karena memang paling laris sepanjang sejarah penjualan mobil. Hal ini bukan terjadi dengan istilah "kebetulan", atau laris manis karena hasil jopa-japu dukun sakti dari lereng Sindoro, namun memang terobosan segmentasi pasar yang tepat. Secara umum konsumen mobil di Indonesia adalah kelas menengah, mereka menginginkan mobil yang muat banyak penumpang, nyaman harga terjangkau dan irit BBM (faktor utama). Makanya, begitu varian Avanza muncul langsung diserbu para konsumen, apalagi update model dengan facelite yang diperbaharui, jumlah konsumen semakin bertambah tiap tahunnya. Sejalan dengan itu keluar mobil yang sama persis yaitu Xenia dengan payung Daihatsu. Inilah hebatnya sang produsen - dalam hal ini Astra, yang berkolaborasi dengan Toyota dan Daihatsu. Terakhir diketahui bahwa Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia adalah mobil yang sama dengan merek yang berbeda, dibuat dengan beberapa seri yang berbeda dan tentunya harga yang berbeda-beda. Begitu juga pada tipe SUV diketahui bahwa Toyota Rush dan Daihatsu Terios adalah varian dari pabrikan yang sama- Astra Daihatsu Motor. Inilah teknik marketing yang hebat untuk bisa menjangkau segmen pasar (konsumen) yang berbeda-beda, namun tujuannya sama - Laku, Laris dan Untung.
Nah, selanjutnya kita kembali masuk ke pendidikan, ke sekolah, ke kelas dan ke siswa dalam pembelajaran. Siswa di dalam satu kelas sangat beragam, siswa di satu sekolah yang berjumlah ratusan tentu jauh lebih beragam. Berbagai macam karakter, tipe dan intelegensi yang berbeda yang disebabkan latar belakang orang tua mereka. Ada yang orang tuanya berpendidikan tinggi, tingkat ekonomi menengah ke atas. Ada yang pendidikan orang tuanya sedang dan tingkat ekonomi menengah.ke bawah. Namun ada juga yang pendidikan dan ekonominya rendah bahkan memprihatinkan. Dari berbagai latar belakang yang berbeda itu tentu akan berdampak berbeda pula pada tingkat pemahaman, tingkat daya tangkap dan tingkat antusias siswa terhadap pembelajaran. Bakat mereka beragam bentuknya, minat mereka tidak sama, tingkat intelegensi mereka juga berbeda-beda. Ada siswa yang hanya dengan sekali baca atau sekali dengar dia paham dan langsung mampu menguasai, ada juga yang masuk kategori menengah yang dengan 2 -3 kali pengulangan baru bisa paham, namun ada juga yang sudah berkali-kali pengulangan masih belum mengalami perubahan yang berarti. Di sinilah dibutuhkan kejelian dan kepekaan bagi seorang guru.
Menurut pandangan beberapa guru senior, pada dasarnya "mengajar" adalah pekerjaan mudah, dengan syarat apabila semua persiapan mengajar yang meliputi materi, teknik mengajar dan penguasaan kelas sudah dikuasai, apalagi bagi guru yang sudah berpengalaman. Di suatu tempat mungkin bisa terjadi dan muncul anggapan "guru bagaikan raja di ruang kelas", sehingga bisa berbuat apa saja". Semua siswa harus tunduk dan patuh dengan perintah guru, mau diisi kegiatan dan materi apasaja manut, mau dibuat seperti apa dan dibawa ke manaaja ngikut, kelas itu sangat tergantung pada kehendak guru. Namun apakah pola yang seperti ini cocok dan sejalan dengan tujuan pendidikan, bahwa pendidikan bukan untuk mendidik menjadi jiwa feodal, jiwa yang mengangkat juragan dan merendahkan pelayan, jiwa membuat dinding tebal bagi bangsawan dan rakyat jelata. Di sinilah dibutuhkan kebesaran hati guru sebagai seorang pendidik. Bagi guru yang jiwanya sudah terpanggil untuk mendidik maka menyampaikan ilmu pengetahuan adalah kebutuhan, membimbing siswa dengan budi pekerti adalah kewajiban yang menumbuhkan kemuliaan.
Namun memang kondisi di dalam kelas tidak selalu mulus sesuai harapan. Ada beberapa kesulitan yang sering muncul di dalam perjalanan. Di kelompok A berisi siswa yang pandai, penurut dan mudah diatur sehingga mengajar siswa yang seperti ini serasa damai dan menyenangkan. Di kelompok B adalah kumpulan siswa yang masuk kategori umum, biasa saja dengan kemampuan yang juga umum. Di kelompok C terdiri dari siswa yang cenderung diam, cenderung introvert serta menutup diri. Dan terakhir di kelompok D banyak diisi siswa yang ekstrovet yang mengalami hambatan belajar dan susah untuk dikendalikan. Di sisi lain guru juga berisi empat macam jenis pribadi yang mempunyai kadar psikologi yang sama dengan siswa. Oleh karena itu kecermatan dalam memahami serta kedewasaan dalam bersikap adalah kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran, pengajaran dan pengasuhan yang sesuai dengan psikologi dan karakter pendidikan. Pertanyaan besarnya "Bagaimana mengemas pembelajaran dengan kondisi siswa yang multi kondisi, multi intelegensi serta multi psikologi?"
Fokus Kompetensi Rumpun Bahasa
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, secara ringkas kompetensi yang diutamakan adalah kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam bahasa Inggris kompetensi yang diajarkan adalah reading, speaking dan writing yang harus diperkaya dengan kemampuan listening. Dalam bahasa Jawa materi juga tak jauh beda dengan bahasa Indonesia, namun pelafalan yang kadang tidak sama dengan tulisan yang ada dalam tulisan. Khusus untuk bahasa Inggris konteksnya lebih tinggi tingkat kesulitannya karena semuanya adalah berasal dari asing barik tulisan, ejaan hingga pelafalannya. Maka tiap sekolah, tiap kelas bahkan tiap siswa bisa berbeda dalam fokus pembelajaran agar bisa lebih optimal. Guru mata pelajaran tidak harus berfikir untuk bisa memaksakan diri untuk bisa optimal di segala aspeknya, seperti sudah menjadi rahasia umum bahwa untuk mapel bahasa ini sulit untuk bisa meraih nilai sempurna (100). Di sinilah dibutuhkan kejelian dan kecermatan guru untuk bisa mengambil kebijakan terkait pemilihan dan fokus kepada salah satu aspek yang kemungkinan (khans) bisa lebih dioptimalkan.
Beberapa guru berikut mungkin bisa menjadi contoh untuk bisa diambil sebagai contoh / model dalam pembelajaran dan bisa menginspirasi sehingga berani mengembangkan ide, berkreasi dan membuat inovasi dalam pembelajaran. Yang pertama, Ibu Saraa Suaib Hanafi, guru bahasa Inggris SMP Al-Azhar 9 Kemang Jakarta adalah salah satu guru yang kreasi dan inovasinya sukses dan diakui dunia dan membawanya menjadi pemenang dalam ajang international yang bertajuk Microsoft Global Education. Proyek kolaborasi "Peace Postcard", memacu siswa untuk membuat tulisan dengan bahasa Inggris berbentuk ajakan, seruan atau brosur yang berisi pesan "Kedamaian Dunia" dalam bentuk kartu pos. Aspek writing mencuat luar biasa melalui media ini. Inovasi kreatif Ibu Saara ini kemudian membuat dirinya diundang untuk tampil di Metro TV dalam acara Kick Andy, dengan tajuk Guru Hebat. Yang kedua, masih dalam bahasa Inggris ada Ibu Badriah dari SMAN 1 Cianjur, mengajak siswa untuk menulis dalam bentuk dialog jurnal tentang sesuatu yang simple, bebas dan tidak kaku. Awalnya para siswa membuat berbagai tulisan bahasa Inggris versi Cianjur, contohnya "I will write litle-litle in english for you, this is not good but i will try because english is difficult." Mereka membuat catatan komunikasi dialog jurnal dengan guru dengan gaya dan pola yang bebas, tanpa harus terkungkung dengan grammar dan tata bahasa. Dan ternyata dalam proses habituasi yang memakan waktu 8 bulan mereka mampu membuat tulisan ide, gagasan dan paparan dalam bahasa Inggris yang luar biasa. Dari dua contoh ini maka secara umum sekolah, dalam hal ini guru bahasa Inggris bisa mengoptimalkan siswa dalam bentuk karya writing atau speaking saja.
Nah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang nota bene bahasa ibu, bahasa harian dan bahasa bangsa dan bahasa kebanggaan tentu akan sangat terbuka lebar untuk memaksimalkan karya dan prestasi bagi siswa. Orientasi kepada penyampaian seluruh materi sesuai KD yang telah diatur adalah suatu keharusan. Namun demikian, dengan berbagai pertimbangan kita bisa memilih untuk lebih fokus pada sisi tertentu misalanya menggenjot siswa dalam bentuk karya tulis. Jika siswa sudah kenal dengan menulis, tahu dengan media untuk membuat tulisan, dan tahu tata cara menuangkan tulisan yang baik maka mereka bisa berbuat sesuatu yang luar biasa. Jangan heran jika kemudian kita mendapati di antara mereka yang ternyata punya gagasan, ide, inovasi, kreasi dan bakat yang luar biasa. Nah, di sinilah perlunya memberikan mereka pandangan, membukakan mereka jalan serta menuntun mereka di langkah awal mereka agar bisa belajar, berlatih dan berkarya melalui tulisan. Sebagai langkah awal mungkin dari karya yang paling sederhana, semisal pantun, puisi, cerpen hingga artikel.
Satu hal yang perlu dirubah dan perlu dibuat inovasi adalah "ending" atas karya mereka. Bagaimana karya hebat mereka bisa diketahui dan dinikmati banyak orang, bisa diapresiasi dan selanjutnya bisa didukung untuk lebih dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Karya hebat mereka selama ini hanya tersimpan dalam memori guru mapel, atau hanya tersimpan di atas meja guru, atau yang lebih parah adalah yang belum sempat dibaca, belum sempat dinilai sudah langsung masuk lemari atau berserakan di kumpulan tugas yang tertumpuk di lantai. Dan hal ini banyak terjadi di hampir setiap mata pelajaran. Ending tugas yang monoton dalam bentuk kertas inilah yang perlu di carikan model lain sebagai bentuk inovasi, semisal menggunakan media elektronik yang bersifat real time dan on-line. Berikut ini nama aplikasi yang bisa digunakan untuk pembelajaran yaitu ; Moodle, Joomla Chamilo, Claro hingga Quiper Video adalah sebagian kecil dari ratusan aplikasi berbasis on-line. Namun nama-nama itu mungkin masih sangat asing baik dari segi nama maupun penggunaan dalam keseharian. Nah ada satu aplikasi yang paling mudah dan cukup familiar serta kompatibel bagi guru maupun siswa, yaitu WhatsApp. Dengan sedikit "dalil & dalih" maka bisa dipastikan sebagian besar siswa akan sanggup untuk memiliki HP Android yang bisa untuk aplikasi WhatsApp, kalaupun belum bisa semua, maka bisa 2-3 siswa bisa bergabung dengan 1 perangkat yang sama. Nah dengan membuat Grup dalam mapel inilah, bisa difungsikan sebagai wahana siswa dalam berkarya. Tentu saja untuk ini perlu pengawalan dan pembuatan AD/ART yang ketat agar aplikasi ini tidak berbelok arah dari tujuan sebenarnya, seperti yang kebanyakan terjadi di Grup WA saat ini.
Salah satu kelemahan yang biasa bersemayam pada diri kita sebagai guru adalah adanya sikap apriori kepada siswa, bahwa mereka kecil, mereka baru belajar sehingga belum bisa berbuat yang istimewa. Ini adalah sebuah kesalahan besar yang harus segera kita sadari. Bahwa kita harus lebih apresiatif terhadap siswa, karena pada dasarnya setiap mereka memiliki potensi dan bakat yang istmewa. Bukan tidak mungkin jika siswa bisa berkarya yang lebih hebat dari gurunya. Siswa menjadi juara Menyanyi, Cipta Lagu atau Solo Gitar, siswa yang menjadi juara Catur, Bulu Tangkis atau Karate, siswa menjadi juara IMO (Matematika), siswa menjadi juara Desain Grafis, siswa menjadi juara Pidato dan Karya Tulis Remaja, dan juara-juara lainnya sementara gurunya biasa-biasa saja dan belum pernah menjadi juara apapun. Kita sebagai guru bisa jadi hanya menang usia, sehingga belajar lebih dahulu, tahu lebih dahulu. Urusan mengumpan bola (toser) dan menyemes dalam Volly bisa jadi siswa lebih jago dari gurunya, urusan program Visual Basic bisa jadi siswanya lebih piawai dari gurunya, dan berbagai bidang studi lainnya. Bukan berarti merendahkah dan meremehkan siapapun, namun justru di sinilah kehebatan guru diuji, ditantang untuk bisa memilih model, memilih siswa dan memilih wahana untuk menunjukkan karya dengan menjadikan siswa berprestasi, karena konsepnya "siswa yang hebat hanya muncul dari guru yang hebat".
Masih banyak pilihan karya hebat dari rumpun bahasa ini, ada pidato, baca puisi, monolog, pidato bahasa Inggirs, debat bahasa Inggris, pidato bahasa Jawa, mocopat serta pembawa acara berbahasa Jawa. Semuanya baik dan terbuka untuk dikembangkan dan ditawarkan bagi siswa sebagai alternatif pembelajaran bagi mereka. Sebagai penutup uraian seri Inovasi ke-5 ini, berikut beberapa kesimpulan sederhana :
- Kami yakin Bapak/Ibu sudah berkarya yang besar dan hebat, telah melaksanakan tugas dengan tulus dan sebaik-baiknya, namun mungkin perlu membuat sebuah inovasi karya yang Multi Option agar bermacam-macam siswa dengan latar belakang yang heterogen bisa tercover dan bisa optimalisasi diri sesuai minat dan bakat mereka.
- Kami yakin juga jika proses kreasi sudah dilalui, namun mungkin jenuh, bosan dan capek. Nah Variasi Tugas akan memancing kreasi siswa, akan memperkaya wawasan dan pengalaman bagi siswa yang pada akhirnya akan menjadikan mereka hebat, gurunya hebat dan sekolah ikut hebat. Berbagai literatur tentang model pembelajaran dan sosok guru hebat sangat mudah diakses dan diperoleh dari internet, mari kita manfaatkan sebaik-baiknya.
- Kami percaya 100 persen jika cara mengajar sudah bagus, terbukti dengan adanya sertifikasi profesi, namun untuk membukakan jalan dan kesempatan bagi siswa untuk bisa lebih jauh memandang dunia, lebih bebas memilih cara berkarya dan lebih luas menyebarkan dan mengembangkan karya, mari kita gunakan media yang ada untuk memfasilitasi mereka agar lebih hebat, lebih terbuka dan lebih mendunia. WhatsApp, Joomla, Moodle, Blog, Youtube atau Quiper bisa dijadikan alternatif untuk berkarya, kita-lah kunci pembukanya.
- Mereka adalah amanah bagi kita, lahan amal dan perjuangan bagi kita. Sukses mereka ada di tangan mereka, namun kita bisa lebih mulia dan ikut bahagia jika turut andil dengan mendidik mereka.
Sebelum kami akhiri, perkenankan kami mohon maaf kepada para guru yang serumpun, tulisan ini hanyalah opini dan motivasi, bukan dimaksudkan untuk mengajari apalagi menggurui. Terima kasih kami sampaikan kepada Bu Ruti Sumarni, M.Pd, Bu Siti Rukhoyah, S.Pd, Bu Yani Widayati, S.Pd, calon-M.Pd, Bu Sayekti Laras S., S.Pd, Bu Tika Fibri Dwiyanti, S.Pd, Bu Sri Hartati, S.Pd, Bpk Edi Wineto, S.Pd, dan Bpk Widodo, S.Pd - atas masukan dan paparan terkait rumpun bahasa. Semoga kami dapat segera menyusun tulisan seri Inovasi berikutnya untuk rumpun MIPA (sains). Akhir kata selamat berkarya, selamat berkreasi dan ber-inovasi, semoga sukses, Merdeka. <58986-650>
Sabtu, 30 Juli 2016
Web Sekolah, Satu Media Untuk Banyak Wahana (1)
Pokok bahasan utama adalah pendataan "sikupu" dan transparasi kegiatan sekolah melalui website sekolah. Setiap siswa baik yang mampu maupun yang kurang mampu harus difasilitasi untuk mendapatkan pendidikan yang selayaknya, terlebih bagi mereka yang kurang mampu. Untuk membahas lebih lanjut, maka peserta rapat dari kalangan guru BK dan kepala sekolah diarahkan menjadi kelompok B dengan agenda kegiatan Pendataan Sikupu yang bertempat di Aula B. Adapun kelompok A dengan agenda kegiatan penguatan web sekolah bertempat di Aula A, dengan materi membuat web sekolah berbasis blog, yang untuk kali ini menggunakan basis blogger.com (blogspot.com).
Manfaat Web Sekolah
Bagi sekolah yang sudah maju, berfikir maju dan ingin maju maka keberadaan website bagi sekolah adalah kebutuhan dan keniscayaan yang harus dipenuhi. Banyak hal yang bisa disampaikan melalui website, banyak keuntungan yang diperoleh dengan memiliki website. Ini beberapa diantara manfaat website bagi sekolah;
- Sebagai sarana informasi bagi siswa dan wali murid.
- Sebagai tempat untuk memaparkan prestasi-prestasi yang sudah pernah diraih oleh sekolah.
- Sebagai gallery foto sekolah.
- Sebagai media yang memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan sekolah.
- Tempat untuk menjelaskan fasilitas-fasilitas apa saja yang ada di sekolah, contohnya : Laboratorium, Perpustakaan, Band, Gamelan, Pensi, UKS dan Unit Kegiatan Ekstrakurikuler lainnya yang ada di sekolah.
- Tempat untuk memasang struktur organisasi yang ada di sekolah.
- Sebagai pengganti brosur untuk ajang promosi sekolah dalam mencari calon siswa-siswi baru.
- Memasang pengumuman / informasi kelulusan siswa.
- Menampilkan video company profile sekolah jika ada.
- Forum komunikasi bagi alumni dan sebagainya.
Bicara masalah website, ada banyak macam dan jenisnya. Banyak tulisan yang membahas tentang ini, beberapa diantaranya ada yang menjelaskan webiste dibagi menjadi 12-15 kategori, mulai dari search engine, portal, wiki, archive, social media, forum, berita, bookmarking, share, cloud, company profile, corporate web, branding web, online store, katalog dan blog. Nah dilihat dari segi pembuatan website untuk sekolah bisa dibagi menjadi beberapa kategori yaitu membangun sendiri dengan program pembuat web, memesan pada jasa pembuatan web (web developer) dan membuat sendiri dengan web instan yang tersedia di internet.
Untuk bisa membuat web yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan pastilah sangat memuaskan, namun masalahnya untuk bisa membuat web sendiri dibutuhkan ilmu pemrograman web yang berbasis bahasa pemrograman web mulai dari HTML, PHP, CSS, ASP, XML, WML, JAVASCRIPT, jQUERY, PERL, CFM dan lain-lain yang terbaru. Bagi orang yang baru mengenal IT sebatas aplikasi office semacam kami tentu akan banyak kesulitan, apalagi bagi orang awam. Jasa pembuatan web adalah solusi bagi sekolah yang ingin mudah dan terima beres, asalkan bisa menyediakan dana yang cukup banyak mulai dari pembuatan, sewa domain hingga tempat penyimpanan (hosting) di internet.
Bila menghendaki website dengan cara memesan pada developer web, sebagai gambaran, biaya pembuatan web yang baik berkisar 3-4 juta (tergantung content dan modelnya), biaya domain sekitar 200-300 rb per tahun dan biaya hosting 50 - 100 rb pertahun. Jadi untuk biaya pembuatan web hingga tayang di tahun pertama berkisar 3-4 juta, dan untuk tetap bisa tayang di tahun berikutnya maka dibutuhkan biaya perawatan sewa domain dan hosting sekitar 300 pertahun. Inilah yang menyebabkan kenapa banyak web sekolah yang tidak aktif dan beritanya tidak up to date
Maka alternatif membuat web sendiri dengan fasilitas web gratis adalah solusi terbaik, termudah dan tersimple karena tidak perlu ribet dengan berbagai prosedur yang banyak memakan waktu dan biaya. Aplikasi on-line pembuat web gratis sudah banyak tersedia di internet. yang yang disediakan beberapa server online layak untuk dipelajari. Salah satu penyedia layanan web gratis siap pakai adalah web yang berbentuk blog. Dua yang terkenal dan terbesar diantara sekian layanan yang tersedia di internet adalah blogger.com dan wordpress.com. Dengan blog ini para pengguna diberikan kemudahan dari awal hingga menjadi blog (web) yang siap pakai. Nah, untuk blogger.com yang merupakan salah satu produk dari Google Incorporation.Web berbasis blog ini bisa dibuat, dimiliki dan digunakan oleh siapa saja baik pribadi, organisasi, instansi, bisnis atau lembaga besar lainnya.
Sudahkah sekolah anda mempunyai fasilitas website?
Dengan adanya website sekolah juga tentu akan menambah nilai plus dan menambah gengsi suatu sekolah dibandingkan sekolah lain yang tidak mempunyai website sekolah. Masih banyak lagi manfaat lainnya yang akan dirasakan oleh pihak sekolah, guru, siswa serta calon siswa yang ingin mengetahui dan berminat untuk masuk di sekolah tersebut.
Banyak kelebihan dan keuntungan menggunakan blog sebagai web sekolah, khususnya yang berbasis blogger.com sebagai pilihan dalam pembuatan web berbasis blog. Secara lebih rinci akan kami bahas pada tulisan Web Sekolah - seri 2, yang akan mengulas manfaat web / blog bagi guru dalam menunjang tugas pembelajaran disekolah. Selamat beraktifitas, semoga sukses. <41610-730>
Kamis, 14 Juli 2016
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H / 2016 M, Taqobalallohu Minna Waminkum - Minal Aidin Wal Faidzin - Mohon Maaf Lahir & Batin
Selasa sore, selepas dikumandangkan adzan magrib pertanda
buka puasa pada hari terakhir yang tahun ini genap 30 hari, semua masjid
langsung mengumandangkan takbir pertanda ramadhan tahun 1437 H / 2016 M sudah
berakhir. Syukur alhamdulilah, tanpa
terasa puasa telah berakhir, semoga berakhir dengan penuh makna.
Sejenak berfikir dan merenung, bermacam rasa berkecamuk mengakhiri ramadhan tahun ini. Beberapa hari sebelum ramadhan berakhir tertegun dan tersadar ketika membaca tulisan seorang istri ulama kondang di Bandung. Beliau menuliskan amalan puasa yang telah dijalani hampir sebulan baru tersadar ketika waktu akan berakhir, ibarat orang sholat yang lalai dan baru tersadar ketika tahiyat akhir menjelang salam pertanda sholat telah selesai. Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali menyempurnakan yang akhir dan menguatkan tekad untuk memperbaiki dan menjaga agar sholat berikutnya lebih baik, lebih khusuk dan lebih menjaga hati hanya untuk Alloh semata. Demikian juga dengan puasa kita yang terkadang berlalu begitu saja, sekedar dijalani tanpa esensi, sekedar dilaksanakan karena kewajiban dan masih banyak yang jauh dari yang seharusnya. Satu harapan, semoga tahun depan kita bisa siapkan diri agar bisa diupayakan hasil ayng lebih baik sesuai yang diharapkan. Namun jika ada salah satu dari kita yang merasa sudah baik dan sudah maksimal hal itu perlu disyukuri karena itulah yang diharapkan, sellanjutnya perlu dijaga dari berbagai rasa yang bisa merusak makna. Bagi yang merasa belum baik dan belum maksimal, inilah saatnya muhasabah diri, bahwa perjuangan kita belum berakhir, belum berhasil dan masih membutuhkan kerja keras, kesabaran dan berserah diri.
Sejenak berfikir dan merenung, bermacam rasa berkecamuk mengakhiri ramadhan tahun ini. Beberapa hari sebelum ramadhan berakhir tertegun dan tersadar ketika membaca tulisan seorang istri ulama kondang di Bandung. Beliau menuliskan amalan puasa yang telah dijalani hampir sebulan baru tersadar ketika waktu akan berakhir, ibarat orang sholat yang lalai dan baru tersadar ketika tahiyat akhir menjelang salam pertanda sholat telah selesai. Tak banyak yang bisa dilakukan kecuali menyempurnakan yang akhir dan menguatkan tekad untuk memperbaiki dan menjaga agar sholat berikutnya lebih baik, lebih khusuk dan lebih menjaga hati hanya untuk Alloh semata. Demikian juga dengan puasa kita yang terkadang berlalu begitu saja, sekedar dijalani tanpa esensi, sekedar dilaksanakan karena kewajiban dan masih banyak yang jauh dari yang seharusnya. Satu harapan, semoga tahun depan kita bisa siapkan diri agar bisa diupayakan hasil ayng lebih baik sesuai yang diharapkan. Namun jika ada salah satu dari kita yang merasa sudah baik dan sudah maksimal hal itu perlu disyukuri karena itulah yang diharapkan, sellanjutnya perlu dijaga dari berbagai rasa yang bisa merusak makna. Bagi yang merasa belum baik dan belum maksimal, inilah saatnya muhasabah diri, bahwa perjuangan kita belum berakhir, belum berhasil dan masih membutuhkan kerja keras, kesabaran dan berserah diri.
Dengan berakhirnya puasa dan melangkahkan kaki dalam
lingkungan Syawal, maka langkah terbaik adalah menapaki hari dengan bekal ilmu
dan amal selama bulan ramadhan yang telah berlalu. Di satu sisi kita merasa bahagia bahwa puasa
telah tuntas dilaksanakan 1 bulan penuh, bahagia bahwa hari raya Idul Fitri
telah datang, di mana akan menjadi hari dan situasi yang baru, yang penuh suka
cita dan dipenuhi rasa bahagia, saat yang tepat untuk bersilaturahmi kepada
keluarga, kerabat, teman sejawat, tetangga dan sahabat. Namun di sisi lain
sebenarnya merasa kehilangan momen ramadhan yang seakan terlewat begitu saja
dengan meninggalkan banyak kekurangan dan kekhilafan. Kesempatan baik itu tidak
termanfaatkan secara maksimal untuk beribadah, berbenah, bersilaturahmi,
bermuamalah dan berbagai kebaikan lainnya.
Setelah bersilaturahmi dengan keluarga terdekat, maka berikutnya adalah melangkah untuk tetangga, kerabat dan juga berkunjung pada keluarga yang lebih jauh. Inilah yang dirasakan oleh segenap guru dan karyawan SMPN 2 Kepil di tahun ini. Kebahagian lebaran akan terasa lebih lengkap dengan adanya silaturahmi keluarga besar guru dan karyawan SMPN 2 Kepil yang rutin diadakan setiap tahunnya. Untuk acara Syawalan (Halal bil halal) tahun ini akan dilangsungkan di kediaman Bapak Satiyun, S.Pd (wakil kepala sekolah / guru senior) yang beralamat di dusun Margosari Randusari Kepil Wonosobo. Sesuai rencana yang telah direvisi dan divalidasi acara syawalan digelar pada hari Kamis 14 Juli 2016, pukul 12.00 - selesai.
Acara syawalan dan halal bihalal keluarga besar SMPN 2 Kepil yang dilaksanakan di "Pendopo Baru" Pak Satiyun yang baru saja selesai dibangun, yang dirancang lantai 2 yang berhadapan langsung dengan jalan dan dapat dengan mudah melihat kondisi sekitar. Situasi syawalan nampak meriah dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada syawalan ini dihadiri hampir 90% guru karyawan sekolah, di samping itu nampak dihadiri para mantan kepala sekolah, komite yang diantaranya juga menjabat kepala desa Randusari. Mantan kepala sekolah yang hadir di antaranya Bapak Budi Setyo Wahyono, Bapak Wachid Asrori, Bapak Kardan dan Bapak Bambang Nuryanto serta Bapak Muh. Kosim - mantan guru PAI pada tahun 90-an yang diundang sebagai pemberi tausyiah tentang syawalan.
Setelah bersilaturahmi dengan keluarga terdekat, maka berikutnya adalah melangkah untuk tetangga, kerabat dan juga berkunjung pada keluarga yang lebih jauh. Inilah yang dirasakan oleh segenap guru dan karyawan SMPN 2 Kepil di tahun ini. Kebahagian lebaran akan terasa lebih lengkap dengan adanya silaturahmi keluarga besar guru dan karyawan SMPN 2 Kepil yang rutin diadakan setiap tahunnya. Untuk acara Syawalan (Halal bil halal) tahun ini akan dilangsungkan di kediaman Bapak Satiyun, S.Pd (wakil kepala sekolah / guru senior) yang beralamat di dusun Margosari Randusari Kepil Wonosobo. Sesuai rencana yang telah direvisi dan divalidasi acara syawalan digelar pada hari Kamis 14 Juli 2016, pukul 12.00 - selesai.
Acara syawalan dan halal bihalal keluarga besar SMPN 2 Kepil yang dilaksanakan di "Pendopo Baru" Pak Satiyun yang baru saja selesai dibangun, yang dirancang lantai 2 yang berhadapan langsung dengan jalan dan dapat dengan mudah melihat kondisi sekitar. Situasi syawalan nampak meriah dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada syawalan ini dihadiri hampir 90% guru karyawan sekolah, di samping itu nampak dihadiri para mantan kepala sekolah, komite yang diantaranya juga menjabat kepala desa Randusari. Mantan kepala sekolah yang hadir di antaranya Bapak Budi Setyo Wahyono, Bapak Wachid Asrori, Bapak Kardan dan Bapak Bambang Nuryanto serta Bapak Muh. Kosim - mantan guru PAI pada tahun 90-an yang diundang sebagai pemberi tausyiah tentang syawalan.
Dalam kesempatan yang mulia ini dengan penuh kesungguhan dan segala kerendahan
hati kami atas nama pribadi dan rekan-rekan guru dan karyawan SMPN 2 Kepil
menyampaikan ...
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Taqobalallohu Minna Waminkum - Minal Aidin Wal Faidzin - Mohon Maaf Lahir & Batin."
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Taqobalallohu Minna Waminkum - Minal Aidin Wal Faidzin - Mohon Maaf Lahir & Batin."
- Kepada Ibu Dra. Dyah Nuryani Praptiningsih, MM.Pd selaku kepala sekolah
- Kepada Ibu Ruti Sumarni, M.Pd selaku pejabat WKS1 dan Satiyun, S.Pd selaku WKS2.
- Kepada Bpk Edi Wineto, S.Pd, Ibu Prihatin Handayani, S.Pd, Bpk Drs. H. Muh Abdul Latif, M.Pd, Ibu M Isti Supriyanti, S.Pd dan segenap pejabat pembantu kepala sekolah lainnya - mohon maaf yang setulus-tulusnya atas tingkah laku kami yang kurang sopan dan kurang berkenan.
- Kepada segenap senior, teman sebaya dan seperjuangan, kami juga mohon maaf atas sikap dan perilaku kami yang kurang sopan dan kurang terkontrol selama ini.
Semoga di hari-hari mendatang kita bisa menjadi lebih baik,
lebih mudah berkomunikasi dan berkoordinasi, lebih mudah memotivasi diri untuk
terus berkarya dan melakukan inovasi demi mewujudkan sekolah yang maju, lebih
sukses dan lebih berkualitas. Satu harapan akhir, semoga ke depan kita bisa
bersatu kembali dalam satu visi, satu misi dan satu cita-cita untuk kemajuan
dan kebahagian semua, Amin. <202>