Rabu, 30 Desember 2015

Oase -5: Menyongsong Tahun Perubahan - Catatan Akhir Tahun

Jika melihat ketiga anak dalam gambar ini, saat ini mereka bersama, tetapi mereka punya masa depan yang berbeda-beda. Kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi pada mereka 5-6 tahun ke depan, Lailatul, Intan dan Azmi. Yang pasti mereka mempunyai masa lalu yang berbeda. Yah, karena setiap orang mempunyai masa lalu, ada yang baik dan banyak yang buruk. Dan jika ternyata masa lalu itu buruk maka biasanya menjadi beban tersendiri. Nah, itulah tema tulisan kali, yang kami buat di saat libur panjang akhir semester 1, dimana edisi inovasi seri-5 tertahan  penayangannya  walau sebenarnya proses penulisan sudah mencapai 85 persen dan sementara tersimpan di server google, insya-Alloh siap keluar di minggu awal tahun baru mendatang. Alhamdulillah untuk menutup akhir tahun 2015 kami bisa menuliskan beberapa paragraf tulisan sekedar untuk memotivasi diri, syukur-syukur bisa memberi motivasi bagi orang lain. Tulisan edisi Oase ke-5 yang merupakan jeda panjang akan kami isi dengan catatan akhir tahun yang semoga bisa menjadi bahan evaluasi diri terhadap waktu-waktu panjang yang telah terlewati, terutama selama setahun terakhir.

Dalam setahun terakhir ada satu peristiwa yang kembali membangunkan kesadaran dan keyakinan akan adanya hukum kekekalan energi, kekekalan massa dan kekekalan amal. Ketika salah satu teman senior yang juga kami anggap sebagai guru kami, minta bantuan untuk mengembalikan file yang tanpa sengaja terhapus dari hardisk eksternal. Sudah pasti banyak sekali data yang sangat penting mengingat aktifitas beliau sebagai tokoh penting dan sentral di sekolah, di MGMP kabupaten bahkan di tingkat nasional sebagai seorang instruktur kurikulum 2013. Yang tak kalah penting adalah adanya data tentang disertasi S-2 beliau yang berhasil meraih perdikat cumlaude. Dengan keterbatasan kemampuan yang kami punya, kami mencoba membantu untuk mengembalikan file yang hilang dengan beberapa aplikasi yang ada. Alhamdulillah file-file dapat dikembalikan, namun hanya sebagian kecil, sedang sebagian lainnya tidak tertolong dan sebagian lainnya lagi tidak bisa dibuka kembali karena statusnya korup.

Dilanjutkan dengan peristiwa kedua, masih dengan pekerjaan yang sama dari orang yang sama juga, bedanya kali ini file yang akan dikembalikan berada dalam flashdisk (USB) dengan kapasitas 8 GB. Kejadian yang diluar logika adalah dalam proses recovery diperlukan space sebesar 120 GB, padahal kapasitas penyimpanan dalam flashdisk hanya 8 GB. Dan beliaunya bertanya, kok bisa ? Dari sini kemudian teringat kembali bahwa penyimpanan dalam harddisk, flashdisk dan media penyimpanan umumnya menggunakan mode cluster. Dalam sebuah harddisk, flashdisk dan memori yang lain terdiri dari cluster (lapisan) yang banyak jumlahnya. File yang ditulis/dicopy akan disimpan dalam cluster tertentu, jika file dihapus tidak serta merta terhapus permanen, namun akan berada pada tempat yang biasa disebut recycle bin, bahkan jika file dihapus permanen sekalipun pada hakekatnya ia masih ada dan tersimpan pada cluster lain yang tidak nampak namun masih tersimpan. Satu hal yang luar biasa adalah semua file yang pernah ada dan terhapus akan kembali, tanpa pilih file baik atau buruk, file layak atau tidak, file manfaat atau merugikan, bahkan file yang berbau pronografi baik berupa gambar maupun video. Dibutuhkan teknologi tinggi, aplikasi khusus dan skill istimewa untuk bisa mengangkat kembali file yang terhapus dengan hasil yang maksimal, mungkin mereka yang sudah mencapai gelar master atau doktor di bidang komputer yang bisa melakukannya.

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa di atas, bahwa setiap hal, setiap kejadian, setiap perbuatan yang pernah dilakukan akan tercatat kuat dalam memori manusia. Sejalan dengan itu juga bawa setiap perkataan yang pernah terucap, setiap pemikiran yang pernah terlintas, setiap perasaan yang pernah bersemayam bahkan setiap kehendak yang tersimpan di dalam hati juga akan tercatat kuat di dalam memori manusia. Hal-hal yang baik akan tersimpan, demikian juga hal-hal yang buruk. Peristiwa yang baru, yang belum lama maupun yang sangat lama, bahkan yang telah diupayakan dihapus sekalipun akan tersimpan dengan sangat aman, selama fungsi ingatan masih berjalan sistem memori belum mengalami kerusakan. Maka wajar, jika ada seseorang yang punya suka memelihara dendam, senang memendam amarah dan cinta mati pada hasad, iri atau dengki akan sulit untuk melupakan kesalahan orang lain, sehingga sulit berubah menjadi lebih baik. Dalam skala yang lebih besar, lebih tinggi dan lebih supranatural yang bersifat vertikal, ada proses pencatatan segala kejadian yang dilakukan pada tiap individu dari awal lahir sampai akhir hayat - yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi, tercatat dengan sangat kuat oleh petugas pencatat (malaikat) yang ditunjuk oleh Alloh SWT yang menguasai seluruh sendi kehidupan.  

Demikian pula setiap kejadian yang terjadi dalam sebuah lembaga, instansi maupun organisasi. Walau dalam juknis tidak ada yang mencatat, tidak ada yang bertugas membuat dokumen setiap hal yang terjadi, namun secara alamiah tercatat oleh alam sekitar. Siswa atau alumni, orang tua wali, anggota komite, tokoh masyarakat, penjual jajanan dan warga sekitar sekolah adalah bukti sejarah tentang kejadian masa lalu dan kemajuan yang ada di masa kini. Bahkan tukang ojek, tukang sayur dan penjaja keliling yang jarang masuk ke lingkungan sekolah pun sedikit banyak tahu bagaimana guru-guru di sekolah ini, bagaimana siswanya dan bagaimana situasi di dalamnya. Kebaikan dan hal baik pasti banyak terjadi, sebaliknya keburukan dan hal buruk juga pasti ada, walau dalam jumlah yang sangat sedikit. Sekecil apapun keburukan harus diupayakan untuk ditiadakan, dihapus dan dicegah, karena jika didiamkan dan terus bertumpuk akan berpengaruh dalam membangun sistem pendidikan yang tugas utamanya membangun sumber daya manusia.

Berkait dengan hal di atas, sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mengelola manusia mempunya dua masalah besar yang menjadi kendala dalam tumbuh kembangnya sebuah lembaga yang merupakan kumpulan orang dalam suatu komunitas adalah sistem dan sumber daya manusia. Buat apa sistem yang hebat jika tidak dapat berjalan? Untuk menerapkan sistem yang hebat perlu motivasi yang tinggi. Begitu juga buat apa sumber daya manusia yang hebat jika motivasi untuk bekerjanya payah?  Membangun sistem yang bagus adalah penting. Membangun kompetensi adalah penting. Tapi, jangan lupakan dengan membangun semangat orangnya. Berikan perhatian yang cukup mengenai motivasi. Gunakan cara yang benar untuk memotivasi, sebab cara yang salah justru bisa berakibat sebaliknya. Maksud hati ingin memotivasi, tetapi justru malah menghancurkan motivasi. Di sinilah muncul benang merah yang menunjukkan peranan dan hubungan antara motivasi, hasil kerja dan kinerja. Korelasi positif yang hendak kami sampaikan dalam peristiwa ini terkait dengan peristiwa yang sudah berlalu, dengan perbuatan yang harus dilakukan saat ini, dan dengan sikap dan pandangan kita dalam pelaksanaan tugas yang harus dilakukan untuk hari, bulan dan tahun berikutnya adalah perbaikan kinerja. Kenapa kinerja …. ? Apa hubungannya dengan ini semua.

Kinerja, menurut Mangkunegara (2001:67) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pada keterangan lain kinerja bisa disamakan dengan prestasi kerja. Kinerja inilah yang menjadi tolok ukur sehat atau tidaknya sistem manajemen pada sebuah lembaga, instansi, perusahaan atau bahkan individu sekalipun. Dengan adanya pengukuran kinerja maka dengan mudah bisa dibedakan instansi apa, bagian mana, divisi apa, unit mana serta personilnya siapa yang telah mencapai target, demikian sebaliknya yang tidak mencapai target -turun di bawah standar- juga sangat mudah diketahui. Kinerja bagi sebagian orang mungkin bersifat abstrak dan absurd, namun sesungguhnya kinerja sangat mudah untuk diukur dan dibuat parameternya, tanpa harus banyak teori, tanpa menggunakan tabel atau skala khusus sekalipun.

Dengan adanya penilaian kinerja maka setiap instansi, setiap bagian, setiap divisi, setiap unit dan bahkan setiap individu akan berusaha dan berupaya semaksimal mungkin dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung-jawabnya. Jika hal ini diterapkan pada perseorangan (individu) maka ia juga akan berbuat yang terbaik untuk sebuah target pekerjaan yang bernilai utama. Targetnya bukan untuk menjadi yang terbaik, karena menjadi yang terbaik adalah pekerjaan berat bahkan teramat berat dan banyak sekali parameternya. Target sederhana saja "Melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan".  Lalu apa yang bisa dilakukan untuk bisa meraih tingkat kinerja yang baik. Mari kita coba rangkum menjadi beberapa kesimpulan berikut ;
  1. Kinerja baik terbentuk jika dimulai dengan niat baik. Niat baik bisa berwujud motivasi, dan motivasi yang paling baik adalah yang muncul dari kesadaran diri, di mana dia mampu mengenali diri, mawas diri dan merasa diri. Perjalanan panjang beberapa tahun ini cukuplah untuk bisa bertanya siapakah saya, sudah benarkah motivasi saya selama ini, sudah maksimalkan kerja sama, berapa banyak pihak yang menyukai / membenci kinerja saya yang berangkat dari motivasi dan niat saya. Bekerja yang hanya dimotivasi karena uang, akan selesai ketika uang diterimanya dan tidak akan ada bekas yang mendalam yang sejatinya justru diupayakan. Perbaikan motivasi, pembenahan niat inilah yang perlu diusahakan terus-menerus untuk menghasilkan kinerja yang jauh lebih baik.
  2. Kinerja baik selalu berkaitan dengan pemenuhan waktu. Berat untuk memberi waktu lebih ketika di depan kelas, tak kuat bertahan untuk sekedar menambah 1-2 jam menunggu jam pulang, atau dengan sengaja menghilang dari peredaran adalah kendala yang umum terjadi pada orang-orang yang sudah masuk kategori profesional dan senior. Jangan harap hasil kerja akan bagus jika total waktu tidak terpenuhi. Jangan harap kinerja akan meningkat jika jumlah waktu kerja yang menjadi kewajiban disunat, dipotong, dikurangi atau dikorupsi. Mereka yang berani berkorban waktu untuk kepentingan bersama sudah bisa dipastikan kinerjanya. Sebenarnya pengorbanan waktu adalah yang paling mudah dilakukan oleh siapa saja - bagi yang mau. Di sisi waktu ini sangat mudah dibaca siapa yang memang punya inisiatif baik, punya motivasi baik untuk menghasilkan kinerja yang baik.
  3. Kinerja baik selalu berfikir profesional dan berorientasi komunal. Kendala yang terjadi adalah pribadi yang berat hati untuk berbuat sesuatu untuk kebersamaan dengan alasan kesibukan dan urusan pribadi. Bahkan dalam kondisi khusus (genting) masih tidak bisa membedakan mana urusan pribadi dan mana urusan profesi, kapan harus harus bersama tim dan kapan harus bersama keluarga. Ada saja alasan klise dan klasik untuk pembenaran diri, namun justru di sinilah terlihat kelemahan dirinya. Individu dengan pribadi seperti ini tidak menyadari bahwa ini adalah masalah bagi teman-temannya, dan masalah besar bagi lembaganya. Memang dibutuhkan latihan untuk melatih kepekaan diri untuk memiliki jiwa yang baik sebagai seorang profesional dan berorientasi komunal. Sikap profesional dan menjaga soliditas komunal dengan mudah menggambarkan kinerjanya.
  4. Kinerja baik selalu berfikir positif untuk membangun. Tak puas dengan lingkungan sendiri, memandang lebih lingkungan lain adalah hal positif jika diikuti dengan kemauan kuat untuk berfikir kreatif dan berkarya inovatif serta bekerja aktif untuk membangun. Namun yang menjadi masalah adalah jika sebaliknya, menjadikan nglokro, luweh-luweh dan asal jalan. Lingkungan kerja yang baik bukan terjadi dengan sendirinya, jalan panjang dan berliku telah dilalui, berbagai cara telah dicoba, berbagai metode telah diuji dan diterapkan, dan berbagai terapi dan pengobatan telah dijalani untuk menjadi lingkungan kerja yang sehat dan kondusif. Siapa yang berfikir positif bekerja keras untuk membangun sistem, di sinilah kinerja benar-benar akan nampak.
Beberapa hal di atas mungkin cukup untuk memberikan gambaran tentang kinerja, disamping itu masih ada parameter lain yang tidak kalah penting yaitu ketulusan dan pengorbanan. Mereka yang senior dan telah lebih dahulu sudah jelas pengorbanannya, ketulusan bukanlah menjadi urusan orang lain untuk mengukurnya, karena dua hal ini tidak bisa diukur secara pasti, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu akan terlihat hasil dari sebuah ketulusan dan pengorbanan. "Kebaikan tidak akan pernah tertukar dengan keburukan". Kebaikan selamanya akan tetap menjadi kebaikan, semakna dengan pepatah "mutiara walau berada dalam lumpur tetaplah sebuah mutiara". Kami yang muda tak ada apa-apanya, tentu tak layak disandingkan dan tak bisa dibandingkan dengan mereka yang lebih senior yang waktu pengabdian dan pengorbanannya lebih lama.

Sebagai guru yunior tak banyak yang bisa berikan, tak akan sebaik guru senior dalam memberikan pelayanan pembelajaran. Kami hanya bisa terus berusaha belajar dari para senior di sekolah ini, semoga kami bisa ikut andil kebaikan walau hanya sedikit. Satu hal yang kami yakini yang sejalan dengan hukum kekekalan energi, bahwa sebuah niat baik, sebuah pemikiran baik dan sebuah tindakan baik dan yang semua bernama kebaikan tidak akan ada yang sia-sia, tidak ada istilah percuma. Jangan takut dan jangan bosan untuk terus melakukan kebaikan-kebaikan dalam berbagai hal, berbagai tempat dan berbagai kesempatan. Sekian, semoga Oase -5 sebagai catatan akhir tahun 2015 ini bermanfaat, selamat jalan tahun 2015 dan selamat menjemput tahun baru 2016 dengan semangat baru.<35986>

Jumat, 11 Desember 2015

Inovasi Tertahan - Gayung Tak Bersambut, Tepuk Tak Terbalas

Terasa sudah lama tidak sempat menuliskan beberapa hal yang menyesak di kepala. Ingin mengurai untuk berbagi kebaikan, berbagi pengalaman, berbagi wawasan, ternyata kondisi tidak selalu sejalan.
Jika melihat siswa yang menjadi amanah bagi kami, ada setumpuk asa, ada segumpal cita-cita, ada segunung keinginan untuk sebuah kebersamaan, sebuah kemuliaan.
Namun tercecer juga seonggok rasa ragu, secuil rasa cemburu dan beberapa butir rasa malas jika menyaksikan kondisi yang susah untuk di ajak mengerti. Susah untuk bangun, berdiri dan berlari. Lebih suka duduk santai, berselimut dan menikmati semua makanan dan minuman yang sudah tersaji - walau tanpa beranjak dari tempat duduk sekalipun.

Untuk sekedar mengisi, sekedarnya jari-jari ini mengajak menyentuh dan memencet tombol keyboard laptop usang yang telah lama menemani. Beberapa agenda dan judul sudah tersusun, namun berat rasanya untuk menuliskan, ada kendala yang sulit diungkapkan, yang hanya dapat tergambarkan lewat sajak lepas tanpa batas ini ...

Banyak yang hendak dituliskan, namun terasa berat untuk meneruskan
Ada banyak hal yang perlu dibenahi, namun siapa yang bisa diajak berdamai
Ada banyak perkara yang belum tuntas, namun siapa yang berani membahas
Ada banyak beban menyesak di kepala, lalu pada siapa hendak berbagi rasa
Dan banyak asa mengumpul di dada, masih adakah yang bisa jalan bersama

Tak banyak yang bisa dilakukan
Tak banyak yang bisa diperbuat
Tak banyak yang bisa dipikirkan
Tak banyak yang bisa diselesaikan
Hanya sajak tak teratur ini

Masih adakah yang peduli ...
Masih adakah yang mau berbagai ..

Benar apa kata salah satu guru dalam komentar beliau di beberapa bagian tulisan di web ini;
Menuju perubahan untuk menghasilkan "sesuatu" yang lebih baik memang tak semudah "mengaduk tepung dalam air". Apalagi ketika kita berada pada kondisi yang menurut kita "sudah nyaman, sudah enak, sudah sesuai". Sekedar beranjak pun kadang terasa sulit.
 Fokus pada diri sendiri, artinya urus diri sendiri sebelum mengurusi orang lain. Perbaiki diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain.
Memang benar Pak Mar, kebaikan itu akan tetap menjadi kebaikan. Laksana pohon yang buahnya akan terasa manis sampai kapanpun. Dan betapa nyamannya hidup dalam sebuah lingkungan yang saling mengingatkan untuk berbuat baik dengan istiqomah. Tentunya itu dimulai terlebih dulu dari pribadi dan keluarga kita. Memang terkadang tak semudah membalik tangan. Dengan hal hal kecil dan sederhana akan menjadikan kebiasaan yang baik dan bermanfaat dalam hidup bersosial dengan orang lain.
Sebenarnya sangat ingin untuk melanjutkan, yah walau hanya sekedar esay berbentuk tulisan yang tak berharga, yang tertulis tanpa tata bahasa. Namun menjadi teramat berat, karena merasa hanya berjalan sendiri, dan terasa kecil sekali dampaknya dan amat lambat perubahannya, serasa gak ada yang bisa mengambil pelajaran dari apa yang telah ada. Apakah salah idealisme dan harapan ini. Mungkinkah yang terbaik cukup diam saja, karena memang begini adanya. Dimana yang salah.

Setelah banyak membaca kisah orang-orang hebat bisa menguatkan hati. Bahwa mereka bisa menjadi hebat bukan terjadi dengan sendirinya, semua dijalani dengan rangkaian yang panjang dan penuh liku, dengan perjuangan yang banyak membutuhkan waktu, tenaga dan pikiran. Inspirasi kebaikan mereka bisa menjadi lentera bagi siapa saja untuk menjadi lebih baik, lebih baik dari sebelumnya. Membaca kisah mereka hati ini kemudian tambah kuat dan semangat bertambah, semoga .<777>