Penampilan gadis bernama lengkap Jasmine
Mutia Salsabila pada malam itu mampu membuat orang nomor satu Indonesia
tersebut terpukau menatap kemahirannya menyampaikan masalah kemiskinan
dalam bahasa Inggris tanpa gugup di hadapan delegasi internasional. "Ya
pasti grogi awalnya tapi setelah mulai bicara semuanya berjalan saja
karena kan niatnya memang ingin membantu anak-anak miskin," ujar Jasmine
saat dijumpai di rumahnya di Semarang, Sabtu (30/3/2013).
Masalah kemiskinan biasanya dinilai
sebagai topik yang terlalu berat untuk anak seusia Jasmine. Namun, bagi
gadis yang kini duduk di bangku kelas VII SMP Negeri 2 Semarang ini, hal
itu justru penting untuk dibicarakan oleh banyak kalangan, termasuk
anak-anak seusianya agar segera menemukan solusi.
"Kemiskinan terjadi karena adanya
kesenjangan sosial akibat ketidakadilan dan banyaknya bantuan dari
pemerintah yang disalahgunakan oknum," ungkap Jasmine.
"Untuk mengatasi kemiskinan juga harus
dimulai dari masyarakat sendiri. Terutama bagi si miskin, ya harus
bekerja keras dan berusaha mendapatkan pendidikan dan terus kreatif,"
imbuhnya.
Kondisi ekonomi yang kurang mencukupi
sebenarnya cukup akrab dengan Jasmine. Sejak usia dua tahun, ayahnya
meninggal dunia karena serangan jantung dan empat tahun kemudian
ibundanya juga meninggal dunia.
Selanjutnya, Jasmine tinggal bersama
neneknya dan harus hidup seadanya. Meski hidup dalam kondisi pas-pasan,
ia tak mau menyerah dan bertekad mengubah nasib dengan belajar keras.
Usaha dan kerja kerasnya berbuah manis. Sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), Jasmine terus mengukir prestasi.
Bahkan sejak bangku SD hingga saat ini ia selalu berhasil menyabet peringkat pertama di sekolah.
"Alhamdulillah rankingsatu terus. Jadi sekarang bisa sekolah benar-benar gratis," ujar anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Kemampuan bahasa Inggrisnya yang mumpuni
dan ditunjukkan pada saat kegiatan MDGs tersebut tak lepas dari kerja
keras sang nenek yang selalu menemaninya belajar bahasa Inggris.
Sementara itu, penguasaan isu yang
dibahas, selain dari pengalamannya, juga dari mencari tambahan bahan
melalui internet dan menonton berita di televisi.
"Belajar bahasa Inggrisnya otodidak sama oma. Terus belajar di sekolah juga dan dengerin lagu," tutur gadis yang mengaku menyukai Bruno Mars dan Katy Perry ini.
Terpilihnya Jasmine untuk berpidato pada waktu itu tak lepas dari prestasinya yang membanggakan meski hidup seadanya.
Awalnya, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan meminta tiap-tiap daerah mencari anak berprestasi. Kemudian
saat Pemerintah Kota Semarang mengajukan nama Jasmine, Kementerian
langsung memeriksa dan menyetujuinya.
"Nggak tau gimana awalnya.
Langsung ditunjuk sekolah saja. Setelah itu latihan dan buat naskah.
Naskahnya aku buat sendiri dibantu orang dari kepresidenan," pungkas
gadis yang bercita-cita menjadi arkeolog ini.